Rukmini berjalan perlahan menuju kamar Rindayu. Sesekali dia melihat sekeliling seolah takut ada orang yang memperhatikannya. Setelah sampai di depan kamar Rindayu dan dirasa aman, ia pun perlahan membuka handel dan membukanya perlahan. Pintu itu ia tutup perlahan. Kamar itu tertata rapi dengan nuansa warna ungu sesuai warna kesukaannya.
’’Di mana Dayu menyimpan lontar itu, ya?’’ gumam Rukmini. Ia memeriksa setiap sudut kamar dengan hati-hati, mulai dari lemari baju hingga nakas. Ia tahu benar bila putrinya agak ceroboh, kerak menyimpan barang berharga sembarangan. Beberapa kali Rindayu kehilangan perhiasan karena lupa menyimpannya di mana.
Rukmini merasa kesal setelah hampir lima belas menit mencari tetapi benda yang ia inginkan tak ditemukan. Wanita cantik yang berusia awal empat puluhan itu akhirnya duduk di tepi ranjang sambil mencoba memikirkan tempat yang dipilih putrinya untuk menyimpan barang berharga itu. Lontar peninggalan Dewi Sedayu yang berisi petunjuk keberadaan Puspa Arum. Bila bukan karena Batu Merah Delima itu, ia tak mungkin terjebak di desa kecil ini, meninggalkan kehidupannya di kota. Ia pun mengingat peristiwa belasan tahun yang lalu.
’’Papamu sudah kehilangan banyak aset demi mencari keberadaan benda itu. Katanya nanti kalau bisa ketemu kita bisa membelinya kembali bahkan berlipat-lipat dari yang kita punya sekarang,’’ ujar Bu Purnomo.
Rukmini yang saat itu baru lulus SMA hanya menatap kecewa mendengar perkataan ibunya. Ia terancam tak melanjutkan ke jenjang berikutnya dan itu memalukan. Semua teman di sekolahnya tahu ia adalah putri keluarga terpandang dan bila sampai tak melanjutkan kuliah itu sungguh memalukan.
’’Kuliah Mini bagaimana, Ma?’’ tanya Rukmini. Ia merasa kecewa dan marah mendengar kabar itu.
’’Mini tetap bisa kuliah,’’ jawab Pak Purnomo yang tiba-tiba muncul, ’’Papa mau bicara berdua sebentar. Ma, tolong keluar sebentar,’’ pintanya.
Bu Purnomo beranjak dari duduk lalu meninggalkan ruangan. Ia sudah tahu apa yang akan disampaikan suaminya. Sebuah langkah untuk solusi kondisi ekonominya agar tak semakin meluncur jatuh ke bawah.
’’Dahulu Papa pernah bercerita kepadamu tentang obsesi menemukan Batu Merah Delima milik Dewi Sedayu. Mini tahu ndak betapa berharganya benda itu? Bila kita mendapatkannya apapun yang Mini inginkan akan terwujud. Namun, saat ini kita telah kehilangan beberapa aset dan tabungan. Oleh karena itu, Papa membutuhkan sedikit pengorbanan darimu, Nduk,’’ ujar Pak Purnomo.