Setelah ujian selesai, aku tak lagi ke sekolah. Tak sempat bertemu dengan teman-teman untuk terakhir kalinya. Mereka tak pernah tahu bahwa nanti di tahun ajaran baru, aku tak lagi bersekolah di SMAN 1 Glagah Anom. Akankah ada yang menyadari itu? Entahlah, mungkin nanti hanya Khafa yang mencari keberadaanku.
Aku mencoba memejamkan mata, meksipun tempo hari racun kembali bisa dikeluarkan oleh Mbah Min tetpai ternyata membawa pengaruh juga pada tubuhku. Sebenarnya apa yang diinginkan Ulagara dariku? Puspa Arum kah? Bila ia dan bangsanya begitu sakti kenapa memerlukan aku untuk menemukan batu itu? Aku sungguh belum memahami peristiwa ini secara utuh.
Penyelidikanku dan Mas Barra terhadap mitos anak kembar di Pahesan ternyata membuka begitu banyak misteri. Aku mencoba mengurutkannya satu demi satu. Pertama, Dewi Sedayu dan Damar Langit adalah kembar pertama di Pahesan. Kedua, Ki Ageng Reksapati berhasil menundukkan Amaradatu dan mendapat Puspa Arum tetapi ternyata sang ratu masih menginginkannya kembali. Ketiga, Arya Samudra putra dari Raden Arya Wirayudha dijodohkan dengan Dewi Sedayu. Ia tak mengetahui bila Dewi Sedayu memiliki saudara kembar. Ini jelas aneh, apakah mereka bukan kembar identik seperti aku dan Mas Barra? Keempat, Dewi Sedayu diberi Puspa Arum dan Arya Samudra membawa Tapak Kusuma lalu terjadilah peristiwa salah paham itu.
Tapak Kusuma dilepas dari warangkanya dan ditancapkan di tanah Pahesan untuk mengutuk keturunan Dewi Sedayu begitu juga Puspa Arum yang ditanam untuk menangkalnya. Namun, ternyata hanya keturunan perempuan dari Dewi Sedayu saja yang tak bisa menikah. Kedua benda pusaka itu sama-sama ada di dalam tanah Pahesan. Jadi, Dewi Sedayu menikah dengan orang lain. Apakah salah paham itu menyebabkan kematian Damar Langit seperti dalam mimpiku?
Siapa yang menulis lontar berisi cerita ratusan tahun yang lalu itu? Dewi Sedayu sendiri atau salah satu keturunannya? Bukankah Ki Ageng Reksapati orang yang sakti? Apa mungkin ia diam saja melihat keturunannya dikutuk? Kata Mbah Min ada yang menginginkan Puspa Arum juga. Darimana orang itu tahu tentang cerita ini? Apa isi lontar yang ada di tangan Eyang Gayatri? Apakah di sana menyebutkan tentang keturunan Dewi Sedayu yang dinanti untuk melepaskan kutukan? Apakah di sana disebutkan pula perihal pewaris Puspa Arum dan petunjuk benda itu berada?
’’Amaradatu itu negeri apa ya?’’ gumamku. Apakah itu negeri tak kasat mata? Siapa penguasanya? Selain Ulagara ada Tsamarangga. Dia sepertinya mengenalku dan jelas ini aneh. Aku mencoba membaca berulang-ulang terjemahan lontar tetapi taka da menyebut nama mereka. Siapa Tsamarangga? Kenapa ia menolongku?
’’Lan…,’’ panggil Bude Rahma.
Aku menoleh ke arahnya, ’’Ya, Bude. Ada apa?’’ tanyaku.
Bude Rahma seringkali ke rumah untuk melihat kondisiku. Sejak dari Rumah Sakit hingga sekarang berat badanku turun dratis hingga tampak begitu kurus. Sekarang ini nafsu makanku membaik dan tubuhku jauh lebih bertenaga.
’’Jangan sering melamun,’’ ujar Bude Rahma. Ia menatapku dengan seksama seakan sedang membaca apa yang ada di dalam pikiranku.
’’Ndak melamun kok. Lana hanya sedang memikirkan apa yang telah terjadi selama ini. Semuanya tampak sulit dipercaya. Banyak yang ingin Lana tanyakan,’’ ucapku.