Gayatri memanggil Rindayu. Gadis itu hanya menatap tak percaya apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin lontar yang ada di kamarnya bisa ditukar orang tanpa diketahui oleh siapapun. Darimana orang itu mengetahui tempatnay menyimpan kotak kayu itu. Ia menatap Gayatri dengan wajah cemas.
’’Di mana Dayu menyimpannya?’’ tanya Gayatri.
’’Di atas lemari, Eyang,’’ jawab Rindayu. Ia mencoba mengingat kejadian beberapa waktu sebelumnya. Ibunya pernah masuk ke dalam kamarnya saat ia sedang membaca lontar tetapi langsung ia sembunyikan di bawah bantal. Tak mungkin sang ibu mencuri dan menukar lontar karena yang tahu tentang rahasia di dalamnya adalah eyang dan dirinya sendiri.
’’Siapa yang tahu lagi?’’ selidik Gayatri.
’’Ndak ada, Eyang. Dayu menyimpan di atas lemari karena letaknya tinggi biar ndak menarik perhatian orang,’’ jawab Rindayu.
Mbah Min menatap Rindayu sambil manggut-manggut. Gadis itu hanya menunduk tak berani menatap kedua netra Mbah Min.
’’Siapapun pelakunya cepat atau lambat ia akan kembali untuk mencari keturunan yang bisa membaca isi lontar kosong itu,’’ ujar Mbah Min.
Suara deru mobil memasuki halaman. Sedan berwarna hitam itu lalu berhenti di dekat pendopo. Mbok Asih buru-buru menghampiri dan membantu Rukmini membawa barang bawaan. Wanita itu mengenakan blus bermotif bunga biru muda dengan rok panjang berlipit senada. Ia mengenakan kacamata hitam dengan sebuah tote bag merek ternama. Ia berjalan dengan anggun menuju rumah utama.
’’Assalamu’alaikum,’’ sapanya ketika memasuki ruang tamu. Ia sedikit terkejut ketika melihat Mbah Mintono, ’’Oala ada tamu to,’’ ujarnya.
’’Wa’alaikumsalam, bagaimana kabar bapak dan ibu?’’ tanya Gayatri.
’’Alhamdulillah sehat, Bu. Salam dari Papa dan Mama. Ada sedikit oleh-oleh buat Ibu,’’ jawab Rukmini.
Rindayu memeluk ibunya, ’’Pesanan Dayu dibelikan ndak?’’ tanyanya.
’’Sudah pasti to, Nduk,’’ jawab Rukmini sambil mengelus rambut anaknya. Ia melirik ke arah meja dan terpaku selama beberapa saat. Jantungnya kemudian berdetak lebih keras. Ia menggigit bibir. Rasa panik mulai menghampiri, ’’Ada apa, Bu?’’ tanyanya berusaha tetap tenang.
’’Ada yang diam-diam menukar benda bersejarah peninggalan leluhur Keluarga Soenggono,’’ jawab Gayatri.
’’Lho kok bisa, to. Mana ada yang berani masuk ke rumah ini,’’ ujar Rukmini. Dia berusaha bersikap seolah-olah tak tahu apa-apa.
’’Siapapun yang menukar dan mengambil yang asli, orang itu pasti tahu rahasia yang tersimpan di dalamnya dan sudah pasti akan kembali ke rumah ini lagi,’’ timpal Mbah Min.
Rukmini terkesiap bagaikan disindir secara halus. Dia masih berusaha tetap tenang, ’’Memangnya ada rahasia apa, Bu? Rukmini tinggal belasan tahun di rumah ini malah ndak tahu apa-apa,’’ tanyanya.
’’Lain kali Ibu cerita. Kamu baru sampai istirahat dulu saja,’’ jawab Bu Gayatri.
’’Bapakmu yang tinggal di Semarang itu asli Glagah Anom to?’’ selidik Mbah Min.
Rukmini mengangguk. Rasa was-was tampak dari raut wajahnya.