Bude Rukmini semakin mendekat. Kedua bola matanya berubah keemasan dengan retina berbentuk bulan sabit berwarna hitam. Mata yang sama dengan yang dimiliki Ulagara. Aku mundur satu langkah. Aku merasakan ada tangan yang menepuk bahu kananku.
‘’Jangan takut, di tempat kekuatan mereka tak berfungsi.’’ Terdengar suara di sampingku.
Aku menoleh dan melihat seorang gadis berambut hitam panjang yang diikat ekor kuda. Ia mengenakan ikat kepala dari kain berwarna putih. Pakaiannya seperti yang dikenakan tokoh pendekar yang sering kulihat di serial kolosal lokal. Ia menatapku sesaat lalu menyunggingkan senyum.
‘’Lintang Kinasih!’’ seru Bude Rukmini.
Lintang Kinasih? Bukankah itu nama anak angkat Ki Ageng Reksapati yang menghilang dalam tugas sebagai telik sandi yang dikirim ke Babatan?
‘’Gusti Ratu Tsumaratungga, lama kita tak bersua sejak engkau mengacaukan Glagah Anom ratusan tahun yang lalu,’’ sapa Lintang Kinasih.
‘’Bagaimana mungkin kau bisa ada di sini?’’ tanya Bude Rukmini.
‘’Apa kau lupa, Gusti Ratu? Aku terpilih menjadi penjaga Puspa Arum sampai keturunan yang dinanti lahir,’’ jawab Lintang Kinasih.
Bude Rukmini mengeluarkan desisan, ‘’Berikan pusaka kerajaan kami!’’ serunya.
‘’Kekuatanmu tak berlaku di sini. Namun harus kuakui engkau sungguh cerdik menggunakan tubuh menantu Gayatri untuk mencuri lontar peninggalan Ki Ageng dan agar bisa sampai ke sini,’’ ujar Lintang Kinasih.
Pemandangan di depanku seperti tak nyata. Aku menyaksikan Tsamarangga dan Ulagara masih bertarung seperti adegan dalam film laga. Bude Rukmini menyerang Lintang Kinasih tetapi tak mampu mengimbangi kelincahan gadis itu. Ia tampak seperti tupai yang melompat menghindari serangan Bude Rukmini. Tubuhku bergetar disusul dengan ruangan yang bergemuruh. Aku ingin segera pergi dari tempat ini. Namun bagaimana caranya membawa Bude Rukmini yang tubuhnya telah dikuasai oleh sesuatu yang oleh Lintang Kinasih dipanggil Gusti Ratu.
‘’Keluarlah dari tubuh itu, Gusti Ratu sebelum pemilik Puspa Arum yang melakukannya. Kau tahu apa yang terjadi bila itu ia lakukan?’’ ancam Lintang Kinasih. Ia menarik kedua tangan Bude Rukmini ke belakang lalu menatapku, ‘’Tekan dahi di antara kedua alisnya, Lana. Sekarang!’’
Aku kebingungan. Ada keinginan untuk menyelamatkan Bude Rukmini berbaur dengan rasa takut dan bingung.
‘’Gunakan ibu jarimu!’’ seru Lintang Kinasih,’’Cepat Lana! Waktu kita tak banyak. Aku akan mengeluarkan kalian dari tempat ini sebelum semuanya hancur.’’
Aku melangkah perlahan lalu mengarahkan ibu jariku di antara kedua alis Bude Rukmini. Ibu dari Mbak Dayu itu menatapku tajam lalu mendesis. Kupejamkan mata agar tak menatap mata menakutkan itu. Sekuat tenaga kutekan lalu terdengar jeritan yang memekakan telinga. Semuanya begitu cepat terjadi. Lintang Kinasih membopong tubuh Bude Rukmini yang terkulai lemas lalu mengisyaratkan agar aku memegang tangannya.