Jilbab (Love) Story 2

Redy Kuswanto
Chapter #2

Rahasia Melody

SUARA musik mengentak, berbaur dengan sorak sorai yang hingar. Sungguh, hati Keyzia terbakar. AC di ruangan bernuansa ungu-biru itu tak mampu meredam panasnya. Berulang kali, ia membanting-banting kepalan tangan pada spring bed, membuat ujung rambut di bawah rahangnya terburai-burai. Pandangan cewek itu lekat pada layar TV berukuran 24 inci. Di sana, di halaman sebuah gedung megah, Melody Prisha tengah bernyanyi live. Penonton berjubel di seputar panggung, seperti ribuan ikan yang tengah memijah. Dengan gerakan anggun, cewek berkerudung tosca itu tersenyum dan melambaikan tangan.

“Arrghh! Seharusnya aku yang berada di panggung itu!” gumam Keyzia tak mampu menahan geram sambil menegakkan punggungnya pada tumpukan bantal. Gelisah mendera. Ada degup yang berpacu dan mengentak dalam dadanya seiring lagu yang mengalun indah. Beberapa kali ia mengencangkan rahang untuk sekadar menahan gemeretak gusi-gusinya. Pipinya yang halus dan putih, kini memerah seperti ruam yang membekas.

Sedetik kemudian, cewek berdagu lancip itu benar-benar membayangkan dirinya tengah berada di panggung, di tengah-tengah lautan penonton yang histeris. Pekikan dan yel-yel begitu hingar memuji dan meneriakkan namanya. Suitan dan applause membahana. Bangga, Keyzia menyalami ratusan tangan yang terulur. Cowok berparas sedikit oriental melompat ke atas panggung, menghadiahi bouquet mawar.

Thank you a lot, Inu,” bisiknya seraya tersenyum semringah.  

Kriing…! Kriing…!

Keyzia terlonjak dari posisi bersandar. Deringan yang memenuhi seantero kamar itu, melenyapkan semua bayangan indah dalam sekejap. Refleks pandangannya mengarah pada pesawat telepon di atas meja kecil. Dengan gerakan cepat dan kasar, kedua kakinya menghardik bed cover yang menutupi separuh tubuh bawahnya. Meskipun terlalu malas untuk bangun, Keyzia terpaksa beranjak dari tempat tidur. Ia bergegas menghampiri meja kayu pendek di sudut ruangan, mengangkat telepon dengan gerakan kasar. Jika mengabaikan panggilan, dapat dipastikan Salmah, mamanya akan berteriak dan menceramahi panjang lebar. Dan Keyzia sedang tidak ingin mendengar omelan apa pun hari ini, sepagi ini.

“Keyziaaa!” Dari pesawat telepon berwarna biru terdengar suara teriakan Salmah, kaku dan kasar. “Harus berapa kali Mama bilang, jangan matikan hp-mu! Krang-kring, krang-kring nggak tahu waktu. Berisik, tahu nggak?!”

Keyzia menyibak sedikit poninya. Ia menggerutu dalam hati, bawel amat sih!  

Lalu, sepersekian detik kemudian….

“Hey, Mas Dery!” Seketika wajah Keyzia berseri-seri. Ada binar bahagia di bola matanya. “Gimana rencana meeting kita sama pejabat itu? Jadi, kan?”

“Iya, aku mau ngomongin itu dari kemaren.” Suara di seberang terdengar agak tak bersemangat. “Tapi kenapa semua nomermu nggak bisa dihubungi, Key?”

Keyzia mengempaskan tubuhnya di kursi kayu. “Maaf, belakangan aku nggak mood terima telfon,” sanggahnya membela diri. “Banyak orang nggak jelas belakangan ini. Ngaku-ngaku wartawan, tanya ini-itu. Terus, tiba-tiba banyak yang nanyain cincin punya Melody. Hah, tahu apa aku tentang perhiasan dia? Emang aku nanny yang ngawasin dia tiap saat?!”

“Wajarlah,” balas Dery tanpa rasa terkejut. Ia tertawa kecil beberapa saat. “Emang kamu belum tahu cincin dia yang bikin heboh itu?” tanyanya serius.

“Sama sekali nggak tahu. Dan aku nggak tertarik ngomongin ini!”

“Ini hot gossip, Key. Pasti sebentar lagi jadi trending topic di semua sosmed.”

“Kita ngomongin kerja kita aja!” sergah Keyzia, protes.

Dery mendesah beberapa kali. “Okelah, Key. Tapi jangan keseringan matiin alat komunikasi ya. Ini bisa mengganggu kerja kita dan menghambat kariermu loh!”

Lihat selengkapnya