Jilbab (Love) Story 2

Redy Kuswanto
Chapter #10

Cincin Itu....

BAGAIMANAPUN sebalnya pada sikap Keyzia yang kadang terlalu egois, keloyalan Zahra, Umi, Asri dan Leea sebagai sahabat patut diacungi jempol. Buktinya, setelah beberapa hari mereka jarang bicara karena bad mood, pada akhirnya kembali merapat. Sejujurnya, mereka pun menyadari, persahabatan mereka seumpama bahan-bahan cupcake yang berbeda jenis. Bila beberapa bahan itu hanya berdiri sendiri, tentu rasanya aneh. Namun, jika semua bahan disatukan dalam adonan, akan menjadi cake yang indah, manis dan nikmat.

Sore hari sepulang dari kantor sebuah EO di kawasan Gejayan, mereka sepakat jalan-jalan di Ambarukmo plaza. Keyzia ingin mencari syal baru dan ingin mentraktir teman-temannya. Tetapi saat mereka tiba di lantai dua, mendadak Keyzia meminta keempat sahabatnya untuk turun kembali. Keyzia kaget ketika melihat Raga berada di pusat perbelanjaan Centro. Meskipun hatinya bertanya-tanya, kenapa lelaki necis itu ada di sana, tetapi ia tak ingin teman-temannya tahu siapa Raga. Lebih-lebih, ia tak ingin keempat sahabatnya mendengar ocehan Raga tentang misi yang tengah dijalaninya.

Terlambat! Ketika mereka berbalik dan hendak menuruni escalator, setengah berlari lelaki dengan rambut emo style itu berseru dan mengejar. Keyzia pura-pura tak mendengar apa pun. Ia bergegas menyeret lengan Zahra. Tetapi Asri dan Zahra justru menghentikan langkah saat mendengar panggilan itu. Umi dan Leea yang menyadari alasan Keyzia untuk meninggalkan tempat itu, hanya mematung tak paham.

“Hey, Key! Kebetulan sekali bisa ketemu di sini,” tegur Raga sesaat setelah berhasil mencegah Keyzia menuruni escalator. “Ada yang pengen gue omongin nih.”

Zahra, Asri, Leea dan Umi saling berpandangan, lalu serentak memandangi wajah Keyzia dengan tatapan bingung. Melihat tatapan keempat sahabatnya dengan isyarat mengharapkan penjelasan, Keyzia luluh. Meskipun di dalam hati ia merutuk karena tingkah mereka, tetapi dengan senyum renyah dan ceria ia menghampiri Raga.

“Kenalkan, ini Mas Raga. Dia loh yang ngurusin kostumku di kontes The Singer,” celoteh Keyzia. Kemudian lengannya bergelayut manja di pundak lelaki muda itu.

Raga melambaikan tangan dengan gerakan ala miss universe.

Lalu Keyzia mengenalkan teman-temannya. “Yang paling cantik dan pintar adalah Zahra. Terus, yang seger dan rambutnya kembar sama aku, namanya Umi. Kalau yang paling seksi kayak model Hollywood dan berambut kriwil, Asri namanya. Yang terakhir. Hati-hati dengan dia ya. Dia super girl yang paling ganteng, namanya Leea.”

Dengan senyum hangat dan bersahabat, Raga menyalami mereka. Lalu setelahnya, ia kembali mengungkapkan bahwa ada hal penting yang ingin ia sampaikan. Namun, seolah mengabaikan Raga, justru Keyzia sibuk bertanya apa yang dilakukan lelaki itu di Centro. Dengan rengekan manja, ia lalu menyalahkan lelaki itu.

“Eh, lo lupa kalau gue sedang apa di sini?” tanyanya dengan wajah jenaka, lalu dijawabnya sendiri. “Gue lagi kerja, lo tahu itu. Dan tugas lo itu… huh! Rasanya….”

Lelaki itu menghentikan kalimatnya saat Keyzia membelalakan mata, mengisyaratkan agar Raga tak membicarakan tentang misi yang tengah dijalaninya. Sesaat kemudian ia baru menyadari ada cincin bermata hijau di jari manis Keyzia. Raga ingin bertanya, namun lagi-lagi Keyzia mengulang hal serupa. Lelaki berkemeja ungu kembang-kembang itu segera paham apa yang dimaksud Keyzia. 

“Kalian udah lunch belum?” Raga mengalihkan topik. “Lunch bareng yok?”

Lunch? Ini udah kesorean kaleee!” timpal Asri dan Leea.

“Eh, cantik. Nggak papa kali,” tukas Raga. “Kita ngegosip, seru, kan? Yok!”

Tak mampu menolak ajakan lelaki seharum citrus itu, Keyzia menurut saja ketika keempat sahabatnya mengiayakan tawaran makan siang. Memang, cewek manapun akan sulit menolak ajakan cowok stylist itu. Penampilannya yang modis laiknya cowok metropolis, membuat lelaki itu enak dipandang. Apalagi ditunjang dengan senyum yang renyah, wajah fresh dan tubuh yang sangat terawat, membuat siapa pun akan nyaman berada di dekatnya. 

Dan, di sinilah mereka sekarang, duduk di sebuah restoran oriental tanpa peduli tatapan dari banyak pengunjung. Gaya bicara Raga yang ceplas-ceplos dan pintar mengakrabkan diri, membuat mereka nyaman. Tanpa terasa, tiba-tiba mereka akrab layaknya teman lama. Obrolan pun tercurah tentang banyak hal, termasuk rencana konser tunggal Mel.

“Lo belum dapat bocoran dari orangnya Pak Jay?” tanya Raga menanggapi omongan Keyzia bahwa cewek itu tak tahu menahu tentang rencana yang dimaksud.

Keyzia mengendikkan bahu. “Nggak! Dan aku nggak peduli,” tukasnya ketus.

“Bukan itu maksud gue, Key.” Raga menjentik hidung Keyzia dengan gaya yang kenes. “Yang gue denger nih, lo bakal diundang untuk jadi bintang tamu….”

“Kenapa mesti aku?” potong Keyzia tak sabar.

Raga tertawa pelan dan membasahi bibirnya. “Ya nggak tahu juga sih. Tapi yang gue dengar dari tim kreatifnya, karena kalian berasal dari ajang yang sama, lo kan runner up-nya. Selain itu, kalian sama-sama dari Yogya.”

“Bagus dong, Key. Terima aja,” komentar Zahra. “Ini kesempatan langka.”

“Ini kan yang lo cari sejak lama, Key,” timpal Umi. “Terima aja!”

“Iya, itung-itung ngobatin kangen,” sambung Asri bersemangat.

Leea yang sejak tadi hanya diam, ikut berkomentar, “Kalau aku sih, terima aja, Key,” pungkasnya dengan nada yang cool. “Asal jangan sampai ajang ini jadi momen reunian, ajang kangen-kangenan, terus akhirnya kalian jadi teman akrab deh.”

“Yey! Emang elo!” seru Keyzia seraya menjitak pelan kening Leea.

Lihat selengkapnya