Jilbab (Love) Story

Redy Kuswanto
Chapter #4

Adilkah Ini?

KRIEETT… brakk!

Keyzia membanting pintu sekuat tenaga, menimbulkan suara gedebum dan gema di dalam ruangan. Lalu senyap. Ia berdiri kaku di depan pintu yang baru saja ia banting dengan gerakan kilat. Napas cewek ber-tank top merah itu memburu, berpacu dengan gerakan dada yang tak beraturan. Soft lens biru yang ia kenakan seolah menyala. Tatapannya nyalang, mengitari setiap sudut ruangan berwarna cokelat dan berlampu temaram.

Sayup-sayup terdengar musik rock dari balik ruangan di depannya. Seumpama falcon yang tengah mengintai mangsa, mata Keyzia lekat pada pintu ruangan itu. Ia melangkah perlahan, berjingkat dan sedikit mengendap. Meskipun ia sudah berusaha menahan sekuat tenaga, namun masih terdengar embusan napas kasar dari hidungnya yang bangir.

“Mas Bimo! Mas… Mas Bimo!” ia mengetuk–tepatnya memukul-mukul–pintu kayu dengan grendel bergambar singa berwarna emas. “Mas Bimo, aku ingin bicara!”

Pintu besar di depannya terkuak. Lalu muncul lelaki muda berpostur tinggi dan berambut sebahu. Begitu melihat siapa yang datang, lelaki itu tersenyum lebar.

“Keyzia? Kok datang malam-malam? Ada angin apa, nih?”

Mata lelaki yang memiliki garis wajah Arab itu sesaat mengitari ruangan di depannya. Lalu pandangannya beralih pada Keyzia yang masih berdiri kaku dan menatapnya. “Bagaimana kamu masuk? Nggak ada security di depan? Ah, sudahlah. Ayok kita duduk.”

“Aku pengen ngomong sesuatu, Mas Bimo!” Suara Keyzia tegas dan kaku.

Lelaki yang dipanggil Bimo itu tertawa. Ia mematikan audio dan menutup pintu di belakangnya. Tak peduli wajah Keyzia yang tegang, ia melangkah ke sudut ruangan dan mengempaskan tubuh di sofa berwarna maroon. Setelah memberikan sekotak minuman dingin yang ia ambil dari lemari es di sisi pintu, Bimo menyilakan Keyzia duduk.

“Ini nggak adil, Mas!” seru Keyzia sambil duduk di depan Bimo. Suaranya menurun beberapa oktaf. Dipandanginya lelaki berjambang itu. “Aku nggak paham, gimana mungkin voting-ku bisa dikalahkan Melody, si cewek kampung yang sok culun itu?!”

Bimo terbahak sesaat. “Oh, jadi itu sebabnya kamu bela-belain datang?”

Dengan gerakan kasar, Keyzia meletakkan minuman di atas meja. “Aku datang lewat tengah malam begini, bukan untuk minuman ini tentu saja!” Ia merasakan kedua matanya memanas secara tiba-tiba. Ujung hidungnya memerah.

“Hey, hey… Key. Ada apa sebenarnya ini?” Bimo menjejeri Keyzia. Ada cemas tergambar. “Coba ngomong pelan-pelan dan lebih jelas. Biar rileks… minum dulu ya?”

Keyzia menyusut sudut mata yang basah. Tangannya yang berkuku runcing meraih minuman dari tangan Bimo. Ia membenahi poni dan meneguk minuman hingga tandas. Gemuruh di dadanya tidak juga mereda. Justru sekarang semakin tidak keruan, bercampur dengan rasa yang berbeda. Ada kecewa dan sedih kembali datang secara tiba-tiba.

“Sekarang cerita, ada masalah apa, hmm?”

“Itu tadi, masuk akal nggak kalau voting-ku dikalahkan Melody?” tanya Keyzia setelah beberapa saat menata debaran yang menyesaki dadanya. “Kalian sebagai tim juri, apa yakin kalau kemenangan Melody murni, bukan rekayasa?”

“Kenapa pikiranmu sejauh itu, Key?” tanya Bimo dengan alis terangkat.

Because… this is a big nonsense! Ini nggak masuk akal bagiku, Mas!”

“Yang mana yang nggak masuk akal?”

“Kemenangan Melody, tentu saja!” seru Keyzia.

Bimo menarik napas dalam, lalu melepaskannya perlahan melalui hidung. Lelaki itu menyandarkan punggung. Tatapannya menerawang. Ya, Keyzia Candrawinata. Cewek itu sudah menampakkan karakter sejak masuk nominasi 10 besar. Ia yang terlalu percaya diri dengan kemampuan bernyanyi, acap kali meremehkan teman-teman seperjuangannya. Tak dipungkiri, Bimo secara pribadi, melihat Keyzia sangat berpotensi. Ia memiliki vokal yang kas; serak dan rendah. Ciri kas itulah yang membedakannya dengan yang lain.

Keyzia Candrawinata atau Keyzia Chan menjadi idola tim juri karena ciri khasnya. Meskipun di beberapa penampilan sering menduduki rangking terbawah, ia selalu terselamatkan oleh voting sms sebagai dukungan penilaian dari penonton. Voting itu pula yang membawanya hingga ke posisi dua besar, berdampingan dengan Melody Prisha. Sebenarnya, dari warna vokal, kedua finalis ini hampir memiliki genre yang sama. Yang membedakan, Mel memiliki vokal yang lebih bulat dan tertata dibandingkan dengan Keyzia.

“Key, tim juri tentu punya kriteria penilaian,” ujar Bimo berusaha menjelaskan.

Tell me. Kriteria apa lagi, Mas?” Suara Keyzia tertahan di kerongkongan. “Fisik? Jelas aku lebih jauh dibandingkan Melody. Kalian nggak lihat apa, body dia yang pendek itu, kan makin aneh dengan hijab yang nggak benget? Apa itu yang kalian bilang seksi?”

“Bukan. Bukan itu tentu saja, Key….”

Lihat selengkapnya