Jilbab (Love) Story

Redy Kuswanto
Chapter #17

Epilog

JILBAB… jilbab putih, lambang kesucian.

Lembut hati, penuh kasih, teguh pendirian.

Jilbab… jilbab putih, bagaikan cahaya.

Yang bersinar di tengah malam gelap gulita.

Lagu jadul yang diaransemen baru bergema di berbagai media di tanah air; di radio, televisi bahkan menjadi nada dering beberapa provider kartu seluler. Mel menyanyikannya dengan versi dan gaya yang sangat sesuai dengan karakter suaranya. Tidak mengherankan jika lagu yang dijadikan single andalan album perdana ini, banyak diminati kalangan remaja. Dan, prediksi seorang Edo, ternyata benar adanya.

“Ini beneran lagu bundamu jaman dulu ya?” tanya Ryan dengan bangga. Cowok itu telah mengganti nada dering android-nya dengan lagu tersebut.   

Mel tertawa lirih. “Bukan lagu milik Bunda, tapi milik grup qasidah,” sahutnya dengan mata berbinar. Ada embun menitik di bola matanya. “Ini adalah lagu pertama yang dikenalkan Bunda pada kami. Karenanya, sangat berkesan bagiku. Lagu ini semacam pengikat batin antara Bunda, Mbak Ony dan aku.”

“Aku bangga pada bundamu sama Mbak Ony. Aku yakin, mereka juga bangga sama kamu yang kuat dan hebat….” Ryan membuang pandangannya ke hamparan telaga. “Andai saja Mama memiliki hati kayak bundamu.”

“Percayalah dengan pertolongan Allah,” ujar Mel setengah menasihati. “Berdoalah terus, minta pertolongan-Nya agar semua keadaan menjadi lebih baik. Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini, Yan. Kamu lihat sendiri kan, ini terjadi padaku.”

Matahari beringsut ke ufuk barat, menciptakan bayang-bayang berwarna jingga pada permukaan telaga. Dua ekor burung bangau berputar-putar lalu hinggap pada sebuah dahan. Angin basah bertiup agak kencang, menghalau burung-burung kecil di atas pohon flamboyan.

“Kamu masih ingin ke sisi tebing, Mel?” tanya Ryan beberapa saat kemudian. Ia masih menyandarkan punggungnya pada pohon flamboyan dan matanya mengarah ke barat. “Kayaknya sunset sebentar lagi datang tuh.”

Mel tersenyum dan mengangguk pelan, lantas mengikuti langkah Ryan menaiki bukit hijau yang landai. Memandangi sosok tinggi di depannya, mendadak muncul rasa bangga dan bahagia di hati Mel. Ia bangga memiliki sahabat seperti Ryan yang selalu membantu dengan tulus. Ia bahagia memiliki Ryan yang selalu ada saat ia membutuhkan teman. Mel juga merasa aman setiap kali berada di dekat cowok itu. Seandainya saja Ryan bisa menjadi sosok yang benar-benar selalu ada untuknya. Menjadi sosok yang….

Lihat selengkapnya