Mata Tami mengerjap beberapa kali. Dia nyaris kehilangan kata-kata. Rasanya semua yang dia dengar sulit dipercaya.
“Aku jarang mewujud” tambah lelaki itu.
Perkataan lelaki itu menimbulkan deretan pertanyaan baru bagi Tami. Sampai dia bingung harus mengajukan pertanyaan yang mana dulu. “Karena nguras energimu?” tanyanya.
“Iya. Juga karena aku gak suka manusia”
“Kenapa?”
Saga tertawa kecil, “karena manusia makhluk rakus perusak bumi”
Tami tersenyum simpul, “wah, kamu menghakimi manusia padahal belum pernah komunikasi atau hidup sebagai manusia utuh”
“Hehe, yah memang. Tapi aku sudah lama banget mengamati di sini. Jadi menurutku itu penilaian yang fair” sahut lelaki itu. Lalu lanjutnya, “bukan berarti aku nganggap Tami kayak begitu juga. Kamu pengecualian. Kamu ini sangat menarik, jujur aja”
Sekonyong-konyong Tami tertawa tapi secepat kilat menutup mulutnya. Dia lupa harus menjaga sikap di depan umum karena tak ada siapapun yang bisa melihat Saga.
“Kuharap suatu hari nanti kita bisa berkunjung ke cafe dan minum kopi bersama”
“Kamu bisa minum kopi? Maaf kalau pertanyaanku lancang, tapi apa makanan kamu sama dengan makanan manusia?” Tami merasakan inspirasi aneh melandanya.
“Ketika mewujud menjadi bentuk fisik yang ada di bumi, kami makan sesuai dengan wujud kami. Misalnya, kalau ada makhluk yang mewujud ular maka dia makan tikus, dan sebagainya. Kalau aku sendiri, karena wujudku begini ya jelas aku makan apa yang kamu makan. Tapi kalau mode ghaib begini, sebenarnya aku gak perlu makanan terlalu banyak. Aku hanya menyerap beberapa sumber energi”.
“Sumber energi apa?”
“Air, atau bisa juga aliran listrik”
Tami berusaha menggambarkan semua yang dikatakan lelaki itu dalam imajinasinya. “Tadi di sekolah aku mencari informasi soal Jin. Tapi informasi yang kudapat gak banyak juga” kata Tami kemudian.
“Kadang informasi dari internet itu menyesatkan, jangan mudah percaya” Saga menyahut. “Kalau boleh tahu, sejak kapan kamu bisa lihat makhluk ghaib?”
“Dari kecil. Biasanya aku hanya ngeliat mereka aja, bentuknya macam-macam. Jarang sekali yang mirip manusia” Tami menjawab.
“Aku pengen tau” kata Tami lagi, “perwujudan dalam bentuk fisik kayak gitu emang berdasarkan pilihan kalian sendiri atau gimana? Misalnya kamu yang mirip manusia begini apa karena kamu emang pengen seperti manusia?”