Jin

Ismaw
Chapter #11

Mansa 1

Bel masuk berbunyi seantero sekolah. Tami sudah kembali ke kelas dan duduk di samping Nina dengan muka agak pucat. Nina bertanya apa saja yang telah dilakukannya saat istirahat hingga terlambat masuk kelas. Dia tampak khawatir karena dikiranya Tami sakit. Tapi Tami hanya tersenyum dan menjawab kalau dia sehat-sehat saja. Walau jelas dia tidak baik-baik saja setelah kejadian di laboratorium komputer bersama Mansa tadi.

Kenapa aku selalu apes kalau bertemu Mansa, pikir  Tami. Sebelumnya mereka berpapasan di perpustakan dalam situasi yang tidak mengenakkan. Ditambah lagi sekarang malah Mansa memergokinya mengobrol dengan makhluk ghaib. Tami yakin kalau Mansa menangkap basah dirinya dengan Saga tadi. Itu berarti Mansa juga bisa melihat Saga!

Tami ingat Saga pernah bilang kalau jarang sekali ada manusia yang punya kemampuan seperti dirinya, bahkan Saga sendiri belum pernah berurusan dengan manusia semacam itu. Tami juga belum pernah. Kalaulah benar Mansa bisa melihat Saga juga, berarti ini pertama kalinya dia bertemu seseorang yang memiliki kemampuan sama. Dan ternyata orang itu teman sekolahnya sendiri! Tapi kenapa Mansa sama sekali tidak terlihat memiliki kemampuan serupa dirinya? Cowok itu seperti bad boy pada umumnya saja, tidak cocok dikait-kaitkan dengan urusan mistis.

Saga sendiri pergi begitu cepat saat Mansa datang. Lelaki itu bisa dipastikan tahu kalau Mansa memiliki kemampuan melihat sang pengamat.

Begitulah kesimpulan Tami.

Dia tak pernah merasa kalut seperti itu. Apakah Mansa bisa melihat Saga dengan jelas atau hanya merasakan keberadaannya saja? Baik Mansa bisa melihat Saga atau hanya merasakannya, tetap akan menimbulkan masalah, kecuali jika mereka bisa kompromi dan menyimpan rahasia masing-masing. Ah aku benar-benar apes hari ini, Tami merasa kesal sendiri, karena semua ini terjadi akibat kecerobohannya berkomunikasi dengan makhluk yang tidak terlihat di tempat umum. Mungkin lain kali dia harus mempertimbangkan untuk cuek saja walau Saga muncul.

Harusnya memang dia bersikap seolah Saga tidak ada di sekitarnya. Tapi, dia tentu akan melewatkan kesempatan berharga berkomunikasi dengan sang pengamat. Kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali.

Jika Mansa bertanya macam-macam, apa yang harus kujawab, pikir Tami dengan frustasi. Lebih dari itu, jangan-jangan Mansa juga sempat mendengarkan pembicaraan mereka. Kalau demikian, situasinya akan lebih kacau lagi.

Sekarang Tami benar-benar bingung.

Bel masuk tadi benar-benar menolongnya karena dia bisa langsung pergi ke kelas. Dia berkata pada Mansa, “teman? Teman siapa? Aku sendirian kok” dengan memasang muka sesinis mungkin. Sambil menenangkan diri.

“Dia masih di sini. Kamu yang bawa dia kemari?” tanya Mansa lagi.

“Kak Mansa pasti salah lihat. Udah ya, permisi dulu, mau masuk kelas” jawab Tami, lalu segera bangkit melintasi Mansa dan meninggalkan ruangan itu.

“Oya, istirahat kedua temui aku di kantin belakang ya, Tami. Aku tunggu” sahut Mansa sebelum dia keluar dari ruangan itu.

Gawat. Ini sangat gawat! Tami mencak-mencak sambil memikirkan alasan biar tidak usah menemui Mansa nanti.

Walaupun Tami dilanda kepanikan, tapi di sisi lain dia cukup terkesan mengetahui bahwa anak lelaki itu mungkin memiliki kemampuan seperti dirinya. Dia tak sendirian selama ini, walaupun sulit dipercaya kalau orang seperti Mansa memiliki sesuatu yang mistis dalam dirinya. Seperti yang sudah dibilang tadi, Mansa dengan image bad boy, berpenampilan khas berandal sekolah, menggigit batang rokok, bersitegang dengan Pak Anton dan Pak Supri, dan tiba-tiba ternyata dia adalah seorang yang bisa melihat makhluk halus? Sungguh perpaduan yang aneh.

Tapi kalau diingat-ingat lagi, pertemuannya dengan Mansa di perpustakaan tidak terlalu sia-sia sebenarnya. Ini membuat Tami merasa sedikit lega. Mansa semestinya sudah bisa mengantisipasi hal itu juga. Jika Mansa berbuat iseng kepadanya, dia sudah memegang satu kartu yang bisa membuat kondisi jadi seimbang. Jika Mansa membuat gosip tentang dirinya memiliki jin, dia akan membuka berita juga tentang Mansa yang bermesuman di perpustakaan dan para guru pasti tidak akan membiarkannya, walaupun kedua berita itu belum bisa diklarifikasi kebenarannya karena tidak ada bukti.

 

Saat istirahat kedua, akhirnya Tami pergi ke kantin belakang seperti yang diminta Mansa. Anak lelaki itu sudah berada di sana sambil tersenyum penuh kemenangan. Apapun yang terjadi, pikirnya, dia harus menghadapi itu. Kalaupun ada sesuatu yang membahayakan, dia pasti bisa meminta bantuan Saga. Barangkali lelaki itu punya kemampuan menghapus memori, jadi mereka bisa membuat Mansa lupa ingatan parsial.

“Aku gak nyangka kamu memelihara jin” ledek Mansa ketika Tami duduk di hadapannya. Mansa memesan dua gelas jus alpukat untuknya sendiri dan untuk Tami. Beberapa orang siswa perempuan memerhatikan mereka sambil berbisik-bisik.

Lihat selengkapnya