Blurb
Barangkali orang-orang bisa menyebutku seseorang yang "naif", karena apa yang aku pikirkan, tidak pernah berbanding lurus dengan kenyataan.
Ketika kupikir bahwa aku tidak memercayai takdir, tetapi hari-hari kulewati dengan sesuatu yang disebut takdir.
Ketika kupikir bahwa aku tidak butuh ketenaran, justru aku menjadi seseorang yang populer dan selalu dikejar.
Ketika kupikir bahwa sia-sia saja berinteraksi dengan manusia, kalian malah datang dengan sejuta janji persahabatan dan rasa damai.
"Bahwa dalam persahabatan adalah bagaimana kita memikul beban bersama. Bahwa sedihmu menjadi sedih kita. Bahwa ketika kamu kehilangan arah, maka kami adalah arah utara dalam kompas."