Jingga

Lailatul Khomsiyah
Chapter #4

4. Semesta

Ospek hari kedua.

Seluruh mahasiswa baru diminta untuk berkumpul dengan teman satu fakultas.

Ada 10 fakultas di Senwel. Setiap tahun, Senwel hanya menerima 1000 mahasiswa baru. Itu berarti, setiap fakultas punya daya tampung sekitar 100 mahasiswa. Setiap kelas bisa terisi 10 sampai 20 orang saja, tergantung banyaknya jurusan di fakultas itu.

Sebagai kampus bergengsi, tentu tidak heran jika Senwel memilih sedikit mahasiswa baru dibanding dengan kampus lainnya.

Persentase mahasiswa yang diterima dan yang tidak adalah 1:100.

Itulah mengapa, tempo hari Bintang sampai ingin melompat dari atap rumahnya ketika tahu bahwa dia diterima di Senwel-saking senangnya.

Bintang merasa peruntungannya sedang baik saat itu. Meskipun dia berada di urutan ketiga terakhir, dia tetap sangat senang. Setidaknya, kali ini dia tidak mengecewakan orang tuanya.

Jingga?

Jangan tanya! Dia berada di urutan pertama saat pengumuman lulus seleksi. Sehingga dia tidak perlu ngubek-ngubek daftar seleksi untuk melihat peringkat kelulusannya.

Jingga tidak sedang beruntung, dia memang terlahir jenius.

Bahkan saat masih SMA, ketika siswa lainnya sibuk ikut les sana-sini untuk persiapan ujian, Jingga tidak pernah sekalipun ikut. Setiap hari dia hanya diam di kamarnya, menulis novel.

Namun anehnya, dia selalu peringkat satu dan menjadi pelajar terbaik di sekolahnya.

Kembali ke ospek.

"Fakultas Ilmu Komputer, gabung dengan fakultas Bahasa." Perintah senior yang sedang bertugas membagi kelompok Maba itu.

"Wah ... kita bakalan gabung sama anak komputer." Biru berkata antusias, menampilkan senyum setannya.

Bintang menoyor kepala Biru. "Gue tau apa yang ada di otak gile lo! Pasti sama dengan yang gue pikirin. Haha." Bintang tertawa heboh, karena merasa menemukan teman yang sefrekuensi soal hal gila seperti ini.

Nilai plus anak fakultas komputer menurut Biru dan Bintang adalah ... mahasiswa di sana 'mayoritas cowok'.

"Cogan ... I'm Cominggg." Biru dan Bintang berteriak serempak. Tidak peduli dengan tatapan orang-orang sekitar. Mereka mana tahu malu. Malu-maluin, iya.

Jingga menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. Tidak habis pikir dengan kelakuan duo krucils ini.

Entah karena takdir atau memang kebetulan-Bintang, Biru dan Jingga sama-sama berada di fakultas Bahasa dengan jurusan yang sama, Pendidikan Bahasa Indonesia.

"Eh tapi, lo nggak boleh ngincer P4. Mereka bagian gue." Biru memicingkan matanya ke arah Bintang. Mewanti-wanti agar Bintang tidak berebutan dengannya.

Bintang mengernyitkan dahinya dalam. Saking dalamnya, alisnya seperti akan menikah. Perasaannya tidak enak. "Maksud lo?" Meminta penjelasan.

"P4 kan anak komputer." Biru menjawab santai, tidak 'ngeh' dengan ekspresi Bintang yang level kecewanya sudah tingkat jendral.

Mendengar jawaban Biru, mood Bintang terhempas. "Astagah! Sial banget gue." Bintang cemberut. Membayangkan tampang Aldebaran yang tengil itu.

Lihat selengkapnya