Jingga Ambang

Gia Oro
Chapter #10

Teman Sewaan

"Kudengar di Jepang ada jasa sewa teman ya? Mungkin Nakanishi-san bisa sewa teman bila memang kekhawatiran(mu) belum tertangani."

Senyumnya menguntai saat membaca pesan itu. Ia benar-benar menyampaikan kekhawatirannya pada Caca melalui percakapan aplikasi perpesanan. Perasaan bersalah pernah merobek rok gadis itu saat terhisap tangga berjalan, belum lagi keterlambatannya menolong dari si pelaku asusila, membuatnya tidak tahan mengungkit semua itu kembali dengan dirinya sendiri di dalam benak. Ia merasa ia sudah sadar, tapi anjing malang di dalam dirinya tampaknya memberengut tidak ingin berpisah.

Dengan balasan Caca seperti itu membuatnya tersenyum, namun juga kemudian tersadar nyaris lupa bahwa di negerinya ada bisnis semacam itu. Sewa teman, sewa pacar, dan sewa keluarga. Namun, untuk apakah ia disuruh menyewa teman, padahal ada teman-teman dari grup penyanyi?

Ah, bukankah aku menyembunyikan apa yang kurasa dari para anggota lainnya?

Terdengar gemeretak dari dalam lehernya saat akan menegakkan posisi duduk untuk mengedarkan pandangan sebentar pada sekitar bandara. Sungguh, masih ada sesal karena setidaknya harus bertemu sekali lagi. Namun sosok sadar dari dirinya sebagai Nakanishi Heiji mengingatkan bahwa ia bukan anjing yang malang. Tapi bercakap-cakap melalui aplikasi perpesanan dengan gadis itu membuatnya seakan mengalir begitu saja. Tersentak, baru disadarinya pula selama berjalan dengan Caca ia merasa tidak seperti Nakanishi Heiji yang segan bila sedang bersama lawan jenis. Dan memang begitu dirinya saat di luar jam syuting bila sedang dengan lawan mainnya yang merupakan perempuan.

Nakanishi merasa sedang menjadi diri sendiri saat bersama Caca.

Jadi bukan anjing yang malang?

Suara dari pengeras suara mengenai jam keberangkatannya mengingatkan. Sendu kembali merayapi diri karena akan meninggalkan negeri ini, tetapi langkah tidak bisa dihentikan. Ia lantas beranjak bersama para calon penumpang yang satu pesawat dengannya. Sembilan jam ia akan duduk sampai tiba di Bandara Narita, Jepang.

Ponsel yang dibelinya bersama Caca diraihnya saat pesawat sudah dalam keadaan berangkat. Pikirannya rupanya masih menetap di Indonesia, terutama pada sosok yang membuatnya tidak menyangka telah menjadi anjing yang malang yang diketemukan tuan baru.

Benarkah cinta?

Aku jatuh cinta padanya?

Pertanyaan itu kembali menepi di benaknya.

"Kudengar di Jepang ada jasa sewa teman ya? Mungkin Nakanishi-san bisa sewa teman bila memang kekhawatiran(mu) belum tertangani." Pesan dari Caca ini membuatnya terngiang-ngiang.

Mungkin aku akan melakukannya untuk menceritakan tentangmu...


>>>

Jadwal untuk konser ternyata tengah menanti. Belum lagi rekaman lagu baru serta latihan untuk tarian lagu tersebut.

Nakanishi kembali sebagaimana dirinya dikenal ceria dan tangguh oleh teman-teman satu grupnya. Menasihati bila ada yang berkesah padanya. Sesekali bersenda gurau tatkala jam istirahat dari latihan menari.

Selama itu pula ponsel yang dibelinya dengan Caca disembunyikannya dari siapa pun. Bahkan dari orang-orang rumah tidak ia beri tahu. Sangat disyukurinya kekerasan yang dilakukannya pada pelaku asusila terhadap Caca tidak tersebar apalagi sampai ke negerinya.

Semua berjalan sebagaimana mestinya, sebagaimana biasanya dan seperti sebelum-sebelumnya. Lancar.

Minggu kian merajut minggu selanjutnya, dan minggu-minggu seterusnya. Menjadi bulan yang bergulir menjadi bulan-bulan penuh kesibukan.

Segala jenis tawaran untuk bermain peran untuk sementara waktu tidak ia terima. Ia ingin mencoba apa yang menjadi saran Caca untuk menyewa teman. Tanpa sepengetahuan siapapun hal itu benar dilakukannya.

Janji temu dengan teman sewaan sudah ditentukan. Tentang apa-apa yang akan dilakukan sudah dibicarakan terlebih dahulu melalui jagat maya milik agensi jasa. Shimada Junnosuke, adalah yang menjadi teman sewaan Nakanishi Heiji. Merupakan seorang mahasiswa, begitu antusias tatkala mengetahui Nakanishi Heiji sang tokoh publik yang menyewanya.

"Kira-kira apa yang membuat Nakanishi-san menggunakan jasa sewa teman? Saya kira teman-teman anda dari grup yang sama sudah cukup," ujar Shimada setelah berbasa-basi dirasa cukup.

Nakanishi tersenyum hambar. Ada rasa bersalah pada teman-teman yang dimaksud, merasa apakah dirinya telah salah karena selama ini bersikap baik-baik saja tapi ternyata enggan berbagi cerita. "Justru karena dari lingkup yang sama. Kukira berbagi cerita dengan orang yang tidak saling kenal denganku akan lebih leluasa...???"

"Leluasa?"

"Salah seorang bicara begitu, dia yang sarankan saya untuk sewa teman."

Lihat selengkapnya