Jingga Ambang

Gia Oro
Chapter #12

Unggahan

Suara dari pintu luar kamar terdengar seperti ada orang yang baru saja masuk. Heiji yang tengah beristirahat usai dari lokasi pembuatan video klip sebuah lagu dengan grupnya, secara mengendap-endap membuka pintu kamar untuk melihat kamar Wataru sang adik. Sudah lama dari sejak kembali dari Indonesia, ia ingin sekali bertanya perihal salah satu follower bernama Veronica Chintya.

Mungkinkah Wataru kenal?

Akan tetapi, merasa tidak mungkin akan diceritakannya tentang apa yang terjadi selama ia dan dua rekan grup berlibur di Indonesia. Perlahan-lahan pintu kamarnya ditutup kembali, ia kembali menghempaskan tubuh di atas kasur. Merasa tidak perlu membicarakan perihal Caca pada sang adik—yang juga merupakan salah satu anggota penyanyi grup berbeda agensi darinya.

Sepersekian detik melamun sebelum kemudian menyadari bahwa ia tidak pernah memperhatikan akun media sosial Caca selain hanya dikunjungi untuk menimbang-nimbang bilamana ingin mengirim pesan. Ponsel yang berada tak jauh darinya pun diraih. Jemarinya terhenti sesaat ketika fisik ponsel menjadi atensi. Ponsel yang digunakan saat ini tidak lagi ponsel yang ia gunakan untuk berada di Indonesia. Setelah hampir terseret kelebatan singkat ihwal saat bersama Caca akan membeli ponsel, jemarinya menari mengunjungi akun media sosial gadis itu.

Tersadar, belum pernah gadis itu dihubunginya dari sejak sampai di Jepang. Rupanya cukup aktif Caca mengunggah banyak hal di media sosial. Tidak bisa dimengerti bagi Heiji yang tidak paham bahasa Indonesia. Satu unggahan membuat gerak jemarinya yang menggulung layar pun terhenti. Sebuah kata 'poligami' memantik atensinya, terhubung benaknya perihal percakapan dengan Shimada.

Benarkah dia tertekan dengan agamanya sendiri?

Heiji mulai khawatir. Sayangnya unggahan dengan tulisan poligami tersebut berupa video. Terpikir janji temu yang sudah ditentukan dengan Shimada dan Pahlevi, ia akan meminta bantuan Pahlevi untuk mengartikan apa yang dikatakan seorang pria di video tersebut.

Sempat terjadi penundaan dan beberapa kali dilakukan penjadwalan ulang karena aktivitas Heiji bersama grup. Ia pula memutuskan merahasiakan dirinya yang telah menggunakan jasa sewa teman dan akan kembali lakukan janji temu dengan sang teman—yang tidak lagi disewa—akan bersama Pahlevi sang kenalan. Setelah momen yang diyakini tiada siapapun yang tahu sudah datang, di hari setelah beberapa kali penundaan janji temu itu mereka bertiga bertemu.

Mengambil tempat duduk yang sudah dipesan dari hari sebelumnya dengan posisi supaya Heiji sang tokoh publik tidak terlihat umum, perkenalan singkat dilakukan antara Heiji dan Pahlevi.

"Kau mengetahuinya?" Shimada bertanya pada Pahlevi, setelah pramusaji meletakkan pesanan di atas meja.

"Saya tidak kenal." Pahlevi si pria berkacamata dan berpakaian kotak-kotak menyengir pada Shimada yang duduk di sampingnya.

"Eh? Ada apa?" Heiji yang nyaris menikmati hidangan, bingung oleh percakapan Shimada dan Pahlevi.

"Hihi. Tidak, Nakanishi-san," Shimada mulai menjelaskan, "saat saya mengatakan padanya bahwa ada kenalan saya yang ingin tahu seputar agama Islam, saya tidak sebutkan nama anda. Saya hanya berkata bahwa kau adalah penyanyi dan pemain drama dan film. Sengaja tidak diberi tahu nama supaya dia tahu sendiri, ternyata dia tidak kenal anda."

"Maaf," Pahlevi menunduk sejenak begitu sopan. "Saya tidak memperhatikan dunia hiburan Jepang. Shimada-san bilang, kau penyanyi grup ya? Ah, saya penggemar band rock."

Heiji tertawa ringan mendengar penuturan Shimada dan kejujuran Pahlevi. "Bagus lah! Jujur, aku lebih suka dianggap sebagai orang biasa-biasa saja."

"Ah, aku hanya takut kau tersinggung," tutur Pahlevi.

"Jangan sungkan begitu. Ayo nikmati hidangan ini dulu!"

Situasi yang sempat kikuk dari Pahlevi, berangsur-angsur mengendur oleh Heiji yang selama makan kerap mengomentari makanan, diikuti Pahlevi dan Shimada kemudian. Topik mengenai makanan-makanan lain turut terseret menjadi buah percakapan, lalu bergeser dengan membahas keberadaan Pahlevi di Jepang. Sesekali menjeda untuk menelan makanan dan meneguk minuman, namun jeda selanjutnya terasa cukup panjang bagi Pahlevi dan Shimada. Heiji rupanya tengah mengira-ngira apakah sudah saatnya 'membahas' dengan Pahlevi.

"Jadi, dari Shimada-san, apakah benar Nakanishi-san ingin bertanya seputar agama dengan saya?" Pahlevi bertanya ketika makanannya sudah separuh dikonsumsi.

Lihat selengkapnya