Adegan menyatakan cinta menjadikan benaknya seakan-akan membeku. Sepasang netra memang bertaut pada tayangan drama percintaan di televisi, tetapi dirinya merasa dibuat kembali teringat paparan dari salah seorang kenalan baru.
Mawatari Takenaga, Pahlevi mengenalkannya beberapa waktu silam. Sudah jelas saudara sebangsa Nakanishi dan Shimada, yang mulanya mempelajari berbagai agama di dunia temasuk Islam hingga memutuskan menjadi mualaf, kemudian menikahi seorang mahasiswi sekampus asal Indonesia. Pahlevi membawa Heiji dan Shimada menemuinya ke kediamannya yang merangkap tempat usaha sang ibu mertua berupa kedai pastry dan bakery halal.
Saat Heiji meminta bantuan Shimada untuk meneruskan pada Pahlevi supaya dicarikan akses mempelajari bahasa Indonesia, Pahlevi justru menceritakan tentang Takenaga yang sudah pandai berbahasa Indonesia setelah menikahi muslimah Indonesia. Pahlevi lalu mengajak Heiji dan Shimada untuk belajar dan bertanya langsung perkara agama Islam pada Takenaga—yang sesekali dibantu sang istri dan ibu mertua untuk menjelaskan tiap pertanyaan.
Rasa takjub berpendar di sekujur tubuh Heiji tiap apa yang ditanyakannya selalu membuahkan jawaban. Dimulai tentang mengapa kita harus beragama, supaya manusia yang diberi kelebihan berupa akal oleh Tuhan tidak semena-mena di muka bumi. Kemudian bertanya lagi tentang mengapa perempuan muslim berjilbab, karena memang ada perintah dalam kitab yang disebut Al-Qur'an bahwa perempuan diwajibkan mengenakan jilbab sampai menutup dada, belum lagi penelitian menyebutkan bahwa laki-laki pada umumnya lebih cenderung melihat dada perempuan pada pertama kali berjumpa. Menghindari tindakan yang menyimpang dari masing-masing lawan jenis, maka diperintahkan mengenakan jilbab sampai ke bawah dada bahkan lebih hingga bila perlu menggunakan cadar dan berpakaian dengan keseluruhan berwarna gelap. Adapun pelecehan dan pemerkosaan tetap terjadi pada perempuan yang sudah menjaga diri, maka yang patut dipertanyakan adalah dari si laki-laki termasuk lingkungan. Bagaimanakah kondisi lingkungan, jauh dari wawasan dan edukasi kah, dan lain sebagainya. Dan bilamana tidak terjadi apa-apa meski tidak berjilbab, sesungguhnya perintah berjilbab untuk memuliakan perempuan dan sebagai uji ketaatan pada Sang Pencipta.
Mengenai Islam banyak dianut di Indonesia hingga kuantitas penganutnya terbesar di dunia, padahal Islam selalu identik sebagai agama orang Arab, Takenaga menjawab bahwa Islam bukan untuk orang Arab saja, karena Islam adalah kasih sayang Tuhan bagi seluruh alam—termasuk tanpa mengenal suku dan bangsa bagi umat manusia. Orang Arab tidak semuanya muslim meski agama Islam pada mulanya banyak disebarkan oleh orang-orang Arab.
Islam, bukan tentang ritual saja, tetapi mencakup topik apa pun. Tidak hanya tentang hubungan dengan Tuhan semesta alam, tetapi juga hubungan dengan sesama seperti berdagang yang didasari niat agar diridhoiNya. Ada lagi berkecimpung di dunia politik, membantu rakyat susah dengan mengharapkan berkahNya. Termasuk dalam ilmu kejiwaan, demi memahami sesama manusia supaya mengerti bagaimana menyampaikan pesan dari ajaran Tuhan. Dan topik lain lagi yang alangkah indahnya bila dinapaskan atas nama Tuhan.
Tidak sekali dua kali Heiji bertamu, dan ia datang pun sebagai pembeli—menikmati dagangan pastry dan bakery ibu mertua Takenaga seraya melontarkan pertanyaan demi pernyataan.
Perkara video tentang poligami yang diunggah Caca, Takenaga meminta Tsurayya sang istri untuk lebih dulu menjelaskan. Bahwa memang ada dalil poligami, akan tetapi dalil tidak serta merta turun tanpa sebab. Dalil bahkan turun secara bertahap, dimulai dari Nabi Adam sang manusia pertama sampai manusia termulia di antara seluruh manusia yaitu Nabi Muhammad.
"Zaman dulu banyak sekali orang terutama raja-raja melakukan poligami sampai punya selir. Dalil turun untuk memberi batasan sebagai upaya penghargaan pada perempuan serta melindunginya. Namun dalam dalil ini dikatakan bahwa bila tidak mampu, maka cukup satu saja," begitu Tsurayya menjawab dengan suara menenangkan.
Pahlevi tidak tahan menanyakan terkait sebagian lelaki muslim yang justru menjadikan dalil tersebut sebagai pembenaran poligami tanpa memikirkan perasaan istri bahkan anak-anak. Tsurayya kemudian menjawab bahwa dalil sesungguhnya untuk dipelajari, bukan dipilih. "Sudah disebut bahwa cukup satu istri bila tidak mampu adil sampai empat istri, belum lagi bila sampai menorehkan luka pada jiwa anak-anak."
"Tapi tidak semua wanita yang dipoligami itu merasa tersakiti," ibu mertua Takenaga menambahkan, "karena ada beberapa kondisi yang bisa membuat seorang pria melakukan poligami seperti memang sudah direlakan sang istri setelah mendapat vonis dari dokter berupa tidak bisa memiliki keturunan, tapi bahkan ada kasus seorang istri yang bahkan mencarikan istri baru untuk suaminya. Hal itu karena tiap kita punya kondisi yang berbeda. Untuk itu, di sini penting memahami satu sama lain, apalagi kebahagiaan anak itu biasanya bergantung dari kondisi psikis ibunya. Istri dan anak-anak pasti butuh bimbingan sang kepala keluarga, belum lagi perempuan diibaratkan tulang rusuk yang bengkok—yang apabila dipaksa lurus maka dia patah."
"Apakah bisa dianalogikan seperti makanan pedas? Tidak semua orang bisa makan pedas. Ada yang sampai sakit perut dan pencernaannya terganggu karena makan makanan pedas, tapi pada orang lain justru baik-baik saja memakan makanan pedas?" Shimada mengajukan perumpaannya.
"Mungkin bisa dibilang begitu," jawab ibu mertua Takenaga. "Lagipula tidak berdosa bila tidak poligami. Monogami saja bila lakukan kelalaian seperti abaikan kondisi psikis istri dan anak-anak, akan jadi pertanggungjawaban yang berat di alam setelah kematian nanti..."
"Ya dibanding itu semua tentang poligami dan pernikahan," Takenaga berkata dengan terlihat menerawang, "adalah beratnya tanggung jawab sebagai lelaki yang sudah dari akad nikah—seperangkat alat solat memiliki pesan tersirat supaya membimbing istri dan anak-anak sampai ke surga. Diri sendiri saja belum tahu nasibnya di alam setelah kematian kelak, apalagi punya istri dan anak, tapi kita tentu butuh menikah karena itu adalah wadah bagi kita manusia diciptakan berpasang-pasangan. Namun bagaimanalah perihal poligami yang belum lagi bila ada anak dari istri-istri lainnya? Meski mungkin bisa menjadi ladang pahala karena mengajak para istri dan para anak untuk memuja Sang Pencipta, tapi saya pikir tiada salah bila menyadari kemampuan diri sendiri untuk cukup satu istri dan anak-anak dari istri satu-satunya. Daripada memaksakan sampai lalai. Belum lagi kita tidak tahu akan diberi amanah berupa anak dengan kondisi kejiwaan yang seperti apa."
"Berarti saya kurang belajar," Pahlevi tepekur menyadari kekeliruannya sendiri. "Saya dikuasai perasaan kecewa pada oknum seiman, sampai saya heran kenapa ada yang mau mualaf—selain karena pernikahan. Saya menyesal tidak dari dulu menelusuri agama ini. Meski saya muslim dari lahir, tapi Takenaga-san jauh lebih paham esensi atau hakikat dari perintah dan laranganNya serta dalil-dalil dalam ajaran agama ini..."
"Saya juga masih belajar," tanggap Takenaga lembut. "Tapi memang manusia adalah tempat salah dan lupa, tapi bukan berarti kita melakukan pembenaran dengan bilang 'manusia tempat salah dan lupa serta dosa' bila kita terkadung berbuat salah dan dosa. Justru karena kita manusia tempat salah dan dosa, maka Tuhan hadirkan petunjuk berupa Al-Qur'an dan hadist. Sesungguhnya lslam agama yang sudah sempurna setelah melewati proses dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, kalimat 'manusia tempat salah, lupa dan dosa' adalah supaya kita berhati-hati dalam bertindak. Manakala ada salah bahkan dosa yang terlanjur diperbuat maka perlu kita jadikan pelajaran dan perenungan supaya kita bisa memperbaiki dan tidak mengulangi lagi."
"Dan bila kita kecewa pada saudara seiman yang keliru, maka tekadkan supaya kita tidak menjadi muslim yang seperti itu. Sebab bila ingin tau atau ingin pelajari suatu agama, jangan lihat para pemeluknya, tapi baca kitab suci serta sejarah diturunkannya," tambah ibu mertua Takenaga.
Heiji, Shimada dan Pahlevi mengangguk paham. Pertanyaan-pertanyaan lain masih terus dilontarkan tiap kali bersilaturahim. Tiba di hari berikutnya kembali bertandang, Heiji mengatakan ingin istirahat sebentar dari keingintahuannya terhadap agama Islam demi menyusuri diri yang tidak disadarinya sempat tidak mengerti arah diri bermuara. Pertemuan selanjutnya dan selanjutnya serta seterusnya, Heiji meminta diajari bahasa Indonesia demi memahami apa yang diucapkan ulama dalam video yang diunggah Caca perkara poligami. Sementara Pahlevi mencuri kesempatan untuk bertanya saat Heiji diberi soalan uji kemampuan bahasa Indonesia.