Jingga Ambang

Gia Oro
Chapter #24

Muara Hidup

Heiji telah menyatakan keberatan terhadap lagu-lagu erotis yang belakangan menjadi lagu-lagu grup. Menurutnya, lagu-lagu tersebut sangat bertentangan dengan nama grup yang memiliki pesan tersirat untuk bangkit dari keterpurukan. Dirinya merindukan masa sekolah yang masih membawa lagu-lagu menyentuh jiwa. Sudah sangat jelas lagu-lagu yang dibawakan sejak para anggota memasuki usia dewasa, sudah melenceng dari nama grup.

Tersirat kekecewaan pada air muka para petinggi staf agensi. Sebagian menyebut Heiji sebagai hipokrit—'mengapa baru sekarang protesnya?'. Kesan sinis dari mereka disuguhkan pada Heiji. Salah seorang staf bahkan menyebut Heiji telah alami ketidaksehatan akal akibat koma berbulan-bulan.

Akan tetapi Heiji bersikukuh. Tidak lantas berterus terang pada sesama anggota grup, ia benar-benar mengutarakan niatnya untuk berhenti dari dunia hiburan karena kecewa—yang meski terlambat—terhadap lagu-lagu grup. Para petinggi staf pun berdiskusi hingga mempersilakan para anggota lainnya untuk mendengarkan kesah Heiji di ruang rapat.

Sungguh, Heiji tidak berpura-pura tentang alasannya itu. Ia memang memikirkan keganjilan grupnya dari sejak seluruh anggota sudah tidak lagi menjadi pelajar sekolah. Ekspresi yang sama ditampakkan para anggota grup setelah pengakuan itu dinyatakan.

"Prank apa lagi ini?" sinis Suzui bertanya, rupanya masih tidak terima dari sejak dikerjai reality show terkait ada anggota yang akan keluar dari grup.

"Maaf, Suzui-chan. Kali ini aku tidak sedang bercanda. Aku mengatakan hal yang sesungguhnya," dengan berat hati Heiji menegaskan.

"Heiji, apa yang terjadi padamu?" Shunya bertanya khawatir.

"Katakan pada kami, apa yang berlangsung di kepalamu selama koma!" Hiroto yang biasanya dikenal banyol, kali ini begitu sangat serius, namun ada saja yang meragukan keseriusannya, salah seorang anggota justru mengusap seraya mendorong wajahnya.

Alih-alih menjawab, Heiji justru dihujani satu per satu pertanyaan tanpa jeda. Semakin riuh semakin yang diajukan mulai melantur mengarah pada guyonan. Sementara itu Heiji agak menunduk, entah tidak habis pikir dengan para rekan anggota grup yang mulai bertikai karena ada yang sungguhan serius dan ada yang tidak tahan berlelucon.

Satu tangan merentang vertikal lurus ke atas, Gen telah membuat satu ruangan mengerti untuk menghentikan keriuhan. Pandangannya sangat terlihat menilik Heiji, ia lantas melipat kedua tangannya di atas meja. "Ya, sesuatu pasti telah terjadi padamu. Kau harus bicara pada salah satu dari kami. Kupikir di waktu mendatang kita akan membicarakan hal ini lagi."

Para anggota grup saling melempar pandang, mereka setuju. Gen yang lebih dulu akan beranjak, menepuk bahu Heiji sebelum keluar. Disusul satu per satu anggota lain. Dan yang terakhir adalah Kousei, cukup lama memandang Heiji.

Terdengar helaan napas panjang, sang pemimpin grup lantas menghampiri. "Hey, kau yang kuanggap sebagai adik, jangan sungkan menceritakan sesuatu. Kita telah melewatkan banyak hal bersama bertujuh, kau tidak bisa menyatakan ingin keluar begitu saja dengan alasan lagu-lagu kita yang telah melenceng dari nama grup."

Heiji menelan air ludah, kelu hendak menjawab. Sunyi yang tidak mengenakkan menjadi aroma bagi keduanya. Terasa menegangkan sebelum kemudian tepukan hangat sang pemimpin grup mendarat di bahunya. Dan, Kousei pun menyusul keluar. Tepekur sendirian Heiji di ruangan itu.

Tertunduk. Sulit baginya merasakan sesal, karena masa kecil bersama-sama bertujuh. Tersingkap mundur memorinya menuju akhir-akhir sekolah dasar mengikuti audisi untuk menjadi penyanyi dan artis cilik. Di masa itu untuk pertama kalinya mengenal istilah 'san' sebagai sebutan sopan dalam budaya bangsanya yang ditambahkan di belakang nama—ketika staf agensi mengenalkan sang pemilik agensi.

Tidak serta merta grup dibentuk, Heiji pada awal dirinya menjadi tokoh publik cilik belum terikat dengan grup penyanyi apa pun. Mengusung konsep untuk memotivasi, grup bernama Kintsugi tak lama kemudian dibentuk.

Salah seorang anggota ada yang menangis karena tidak pandai menari pada debut pertama, dialah Ichinose Nobuyuki yang kini bahkan sudah mahir melakukan akrobat. Saotome Hiroto, si biang humoris yang kerap mengutil makanan orang saat sedang berkumpul. Suzui Shotaro, Heiji sempat perang dingin dengannya karena posisi sebagai pusat perhatian grup direbut oleh karena suara Suzui terdengar lebih merdu dibanding suara para anggota lainnya. Kemudian Inukai Gen si cerdas lulusan universitas ternama yang pernah mengajak menjadi relawan saat musibah gempa dan tsunami melanda beberapa titik daerah di Jepang. Takahashi Shunya, si atletis yang selalu langganan jadi playboy dan antagonis pada hampir seluruh drama dan film yang ia mainkan. Dan, Aibu Kousei sang pemimpin grup yang sangat membuka mata terhadap politik, sampai sering seperti sedang berceramah ketika bicara politik pada para anggota.

Mereka semua sudah seperti saudara bahkan melebihi Wataru karena waktu lebih banyak bersama mereka dibanding dengan saudara kandung sendiri. Wataru sangat gengsi untuk dipeluk, sementara para anggota dengan bebas bisa dipaksanya untuk dipeluk. Meski tidak seayah dan tidak seibu, tapi harga kebersamaan dengan mereka tiada ternilai bila mengingat pertemanan pada remaja Jepang pada umumnya cenderung sulit dimiliki.

Namun Heiji telah menetapkan pilihan. Bahkan Gen dan Ichinose secara tidak sadar membuatnya tergerak menelusuri muara kehidupan. Mereka bertujuh mungkin memang disebut selalu bisa menghibur, namun pesan ancaman kematian telah sangat membuat Heiji memikirkan dalam-dalam sampai ke relung rohaninya.

Mati, bagaimanalah nasib nanti? Tiada yang bisa menyelamatkan diri selain amal dan ibadah, begitu kata Takenaga. Namun meski begitu bukan berarti Heiji akan memutuskan pertemanan begitu saja, tidak akan dibuangnya begitu saja harga mahal pertemanan.

Tetapi tetap tidak bisa diutarakannya selain memang bukan sebuah kebohongan ketika ia mengatakan ingin berhenti dari dunia hiburan karena lagu-lagu Kintsugi yang sudah bertentangan dengan nama grup Kintsugi sendiri.


>>>


"Sesuatu terjadi padamu selama di Indonesia..."

Lihat selengkapnya