Nakanishi Haruki diam termangu. Sosok kepala keluarga yang sangat disegani itu kelihatan berusaha mengemas tanggapan yang nyaris ditampakkannya. Meja makan di ruang keluarga terasa memudar kehangatannya setelah pengakuan Heiji si sulung. Chisato sang istri begitu takut-takut menanti sang kepala keluarga memberi tanggapan. Sementara Wataru si bungsu beberapa kali menggigit bibir.
"Ayah...," Heiji berupaya mengetuk kebisuan sang ayah, agar tidak terlalu lama mengatupkan mulut. Hening yang berlangsung terasa mencekam.
"Kau sudah dewasa, kau yang bertanggung jawab atas dirimu sendiri." Nakanishi Haruki tidak menandaskan makanan, beranjak keluar menuju kantor.
"Ayah...," Heiji ingin mengejar, namun Chisato sang ibu menahannya dengan amarah disertai kecewa yang tertahan.
"Heiji, sebaiknya kau tidak bicara lagi dengan ayahmu bahkan ibumu ini!" Air mata wanita itu merembes, Chisato turut bangkit keluar menuju kantornya pula.
Ruang makan keluarga menyisakan Wataru yang masih di tempat, terlihat sama rasanya bentuk batinnya yang sedang berlangsung sebagaimana Haruki sang ayah dan Chisato sang ibu.
Heiji menekan kedua bibirnya begitu kuat, merasa akan sama saja Wataru seperti ayah dan ibunya. Ia tertunduk. Padahal pagi ini untuk pertama kali makan berempat satu meja setelah sekian lama disesaki rutinitas masing-masing.
"Aku berangkat," Wataru menyusul beranjak keluar.
Heiji mengangguk-angguk. "Hati-hati."
Dirinya lantas seorang diri. Dengan hidangan di atas meja yang seharusnya sudah tandas. Ia menghela napas, mengambil posisi duduk yang rileks dengan pandangan ke atas secara sembarang. Disadarinya ketika asisten rumah tangga mulai mengintip akan mengemas apa-apa yang ada di atas meja, dipersilakannya bahkan dibantunya untuk membawakan ke dapur.
"Tuan muda Heiji, ini pekerjaan kami." Salah seorang asisten rumah tangga berseragam seperti yang lainnya berusaha mengingatkan.
Heiji patuh di tempat, membiarkan para asisten rumah tangga mengemas. Namun ia merasa ingin juga ikut campur. "Izinkan aku membantu kalian," katanya saat dirinya nyaris diingatkan kembali.
Para asisten rumah tangga terlihat saling melempar pandang, membiarkan tuan muda sulung mereka membantu. Tidak hanya membawa piring-piring dan gelas serta peralatan lainnya ke dapur, Heiji juga meminta diajari tentang bagaimana mencuci. Selama ini untuk soal makan, ia hanya tahu perkara pandai memasak beberapa makanan saja tetapi nyaris tidak pernah mencuci. Tiap mencuci, selalu ragu apakah benar pekerjaannya sudah bersih. Para asisten rumah tangga yang sempat segan dan heran pun bersedia mengajarkan tuan muda mereka mencuci piring dan gelas.
"Oh? Sudah bersih ya?" tanya Heiji setelah berulang-ulang membilas gelas. Hampir saja gelas yang dibersihkannya jatuh saat ditelitinya benarkah sisa sabun sudah tidak ada.
Para asisten rumah tangga refleks berseru takut bila gelas itu pecah. Namun untung saja tidak, ruang dapur justru dipenuhi tawa ringan sesaat tak lama kemudian. Dan kembali, para asisten rumah tangga kembali pada diri mereka yang selalu segan pada tuan-tuan mereka.
"Sudah ya, tuan muda. Ini bukan pekerjaan tuan muda."
Heiji mengangguk, berterima kasih pada para asisten rumah tangga sebelum kembali ke kamar.
Sikap dingin dan hambar dari ayah ibu dan Wataru berlangsung selama berhari-hari. Chisato sang ibu kerap membuang muka pada sulungnya meski tersirat dari air muka itu ada keberatan untuk melakukan demikian. Haruki sang ayah tak beda jauh, lekas melempar pandang ke sembarang ketika berpapasan dengan si sulung. Dan Wataru, ia menundukkan wajah seperti sedang segan, namun Heiji meyakini adiknya sama dengan ayah ibu yang menghindari papasan dan pandangan dengannya.
Heiji berusaha menjalin interaksi dengan para asisten rumah tangga, namun para asisten rumah tangga terlampau menjunjung tinggi rasa segan mereka pada para majikan mereka. Hanya Mowgli, yang bahkan sering diajak Heiji untuk tidur bersama.
Komunikasi dengan para anggota grup Kintsugi masih terjalin, saling bertanya kabar; para anggota memaklumi sikap orang tua dan adik Heiji setelah pengakuan itu diutarakan. Sedikit tercenung ketika ada dari anggota Kintsugi yang memberi tahu bahwa media sosial Wataru kerap ditanyai mengenai kabar sang Abang setelah berhenti dari dunia hiburan. Tak pelak Heiji berpikir bagaimanalah ayah ibunya bekerja, belum lagi sang ayah sebagai pejabat pemerintah kemungkinan akan mendapat pandangan asing atas pilihan si sulung memeluk agama yang nyaris tidak dianut para tokoh publik dalam negeri.
Tebersit ingin mencari pekerjaan lain setelah diputuskannya berhenti dari dunia hiburan, namun kabar dari Pahlevi bak memberikan energi yang berbeda. Kenalan dari Indonesianya itu akan pamit kembali ke tanah air karena suatu urusan, Heiji lantas ingin turut serta untuk mengejar sosok ulama muda yang sempat dibicarakan dari unggahan Caca. Sudah dipaparkannya kondisi rumah atas dirinya yang sudah berhenti dari dunia hiburan dan menjadi mualaf, tiga teman seimannya pun memberikan dukungan moril.