Menemui ulama yang diketahuinya dari unggahan video Caca, memang salah satu alasannya kembali ke negeri yang saat ini tengah dipijakinya. Mempelajari bahasa Indonesia, untuk memudahkannya menonton tausyiah yang sedang berlangsung offline maupun online. Namun agaknya ada sesuatu dari dirinya yang dirasa telah dinafikannya. Secara perlahan diselaminya diri setelah sepulang dari pernikahan 'kembaran tidak sedarah'-nya. Caca yang mengaku pernah menggemari Kintsugi, dan menyukai sang pengantin perempuan karena mirip salah satu anggota grup Kintsugi. Heiji termangu, ia telah menangkap bahwa dirinya yang telah diunggulkan gadis itu di antara tujuh anggota.
Sempat diterpa kecewa karena mengira gadis itu diam-diam memanfaatkan kesempatan untuk berdua dengan seorang anggota Kintsugi yang diunggulkan. Namun bila diteliti lebih lagi selama jalan berdua dengan gadis itu, tidak ada kesan antusias dari selain saat mempertemukan dengan Quincy yang dianggap berwajah mirip dengan seorang Nakanishi Heiji.
Suatu hal yang menurutnya telah Heiji nafikan adalah perihal gadis itu, yang meski bagaimana pun telah membuatnya urung melanjutkan upaya bunuh diri, Heiji merasa belum berterima kasih. Adapun berterima kasih di hari pertama bertemu setelah digagalkan upaya terjun bebas, Heiji merasa itu hanya basa-basi. Terlintas ingin menguji sang gadis manakala tidak pernah lagi dihubungi dari sejak pernikahan 'sang kembaran tak sedarah'—Tidak pernah ganti media sosial dan tidak pernah ganti nomor ponsel—malah membuatnya menerka-nerka gadis itu kenapa tidak pernah menghubungi. Seakan-akan membuktikan bahwa gadis itu tetap seorang gadis yang dikenal menjaga jarak dengan lawan jenis, sekaligus mematahkan dugaan bahwa gadis itu yang bisa saja memanfaatkan momen berduaan dengan sang idola.
Sementara waktu terus bergulir, Pahlevi sudah kembali ke tanah air setelah wisuda di Jepang. Ia mulai senang menjahili Heiji manakala ada gadis yang disukai, akan dibantunya untuk dicarikan seiman, tapi sama sekali Heiji tidak berminat. Hal itu makin menguatkan Pahlevi untuk menggodai perihal Caca.
Heiji terlihat tidak pernah ambil pusing, namun diam-diam kejahilan Pahlevi tersebut membuatnya teringat tudingan Kousei, menjadikannya berpikir bahwa kembalinya ia ke Indonesia bukan karena ingin menemui ulama dari video yang diunggah Caca semata. Berulang kali termenung, mengingat awal berjumpa gadis itu, namun sangat diyakininya sekali perihal rasa ingin menemui kembali bukan lagi sebagai 'anjing malang yang merindukan majikan baru'—ia yakin sudah utuh menjadi seorang Nakanishi Heiji.
Akan tetapi, beberapa kali Kusaka Takeru sang atasan mendapatinya melamun—yang untung saja tidak sampai mempengaruhi pekerjaan di kedai. Hanya karena benaknya menerka-nerka kebenaran dirinya dari apa yang ditebak Kousei dan Pahlevi. Atensinya sedikit teralihkan tatkala berbilang bulan kemudian, Pahlevi menggelar pernikahan. Saat itulah panggilan video dari ayah ibu dan adik diterimanya.
Seakan ada dendam rindu yang harus dibayar lunas, begitulah yang dirasakan setelah sebelumnya tidak menyangka akan dihubungi langsung dari Jepang sana. Semua dalam kondisi baik-baik saja, dengan pekerjaan yang lancar-lancar saja, baik di Indonesia maupun di Jepang. Tibalah suatu pertanyaan yang menjurus pada ranah pribadi, Chisato sang ibu menanyakan apakah sulungnya sudah menikahi wanita muslimah. Wajah gadis yang menggagalkan upaya bunuh diri tersingkap dalam angan si sulung.
"Kami akan ke sana dalam waktu dekat. Kalau kau punya pilihan sendiri, beritahu kami. Kami akan selalu mendukungmu," tutur Haruki sang ayah.
Batin tak pelak didera haru, Heiji hanya mengangguk-angguk ringan. Percakapan kemudian bergeser ke topik Wataru yang mengungkapkan kesedihan perihal natal dan valentine akan sepi tanpa abangnya. Heiji lantas tergelak, hari natal dan valentine memang biasanya mereka sering menerima hadiah atau surat cinta dari lawan jenis dan penggemar.
Menjelang kedatangan ayah ibu dan adik ke Indonesia, Heiji memberi tahu Pahlevi perihal demikian. Di hari ke sekian setelahnya, Pahlevi dengan mobilnya berangkat bersama Marini sang ibunda akan mencari makanan enak untuk istri Pahlevi yang sedang ngidam, Pahlevi mengajak Heiji untuk mengunjungi warung nasi yang didominasi makanan pedas namun enak.
Dalam perjalanan, Pahlevi bercerita pada ibunya bahwa ia sudah lama menyukai istrinya namun pernah tidak yakin dengan agamanya sendiri, sementara sang istri yang belum dinikahinya kala itu adalah putri seorang pendakwah. Beruntung ia berteman dengan Shimada, yang mengenalkannya pada Heiji. Dengan Heiji dan Shimada, Pahlevi menemui senior di kampusnya yaitu Takenaga, untuk menyelami agama Islam lebih lanjut. Tiap paparan seniornya itu membuatnya tercenung. Kekeliruan yang selama ini diyakini perlahan-lahan terkikis. Namun tidak serta merta keberanian menemui sang gadis yang sudah menjadi istrinya kini ada, justru rendah diri karena malu pernah jijik pada agama sendiri. Seiring dipelajarinya agama, ia mulai memberanikan diri menemui orang tua sang gadis.
Heiji yang menyimak, merasa seakan becermin dengan apa yang diceritakan Pahlevi. Hanya saja bedanya, dirinya diawali oleh surat ancaman kematian, selain memang sudah merasa ingin menelusuri setelah mengetahui Gen ingin ke Palestina untuk merasakan nilai religius dan Ichinose yang ingin ke Arab dengan mayoritas memeluk agama Islam di sana. Akan tetapi, keduanya terlihat tidak begitu serius dengan apa yang diucapkan, malah justru Heiji yang kini menjadi mualaf. Hidayah, memang milik Sang Pengatur Jagat Semesta. Bahkan meski memiliki pengetahuan tentang agama yang diridhoiNya, namun bila hidayah tidak dijemput, ada saja orang-orang dengan kondisi seperti itu. Demikian Takenaga berkata.
Tapi tunggu dulu, aku merasa seperti becermin dengan apa yang diceritakan Pahlevi? Heiji merasa seakan-akan membenarkan tuduhan Kousei. Tidak begitu menjadi pikirannya secara mendalam, atensinya sudah teralihkan oleh Marini yang berterimakasih atas Heiji menjadi perantara hidayah Pahlevi.
Topik kembali pada istri Pahlevi yang ngidam, Marini menceritakan warung nasi yang akan dikunjungi, ibu dari pemilik warung sudah sangat tidak diragukan lagi masakannya menurut Marini. Suami dari ibu pemilik warung adalah sahabat ayah Marini yang merupakan seorang pendakwah—yang oleh sebab itu ia senang memiliki besan seorang pendakwah. Namun sayangnya melalui panggilan telepon, diketahuinya ibunda dari pemilik warung telah tiada. Berpikir bila tidak bisa didapati masakan ibunda dari pemilik warung, setidaknya mendapatkan masakan buatan anak-anaknya. Namun sayang, warung yang dituju sedang tutup.
Beruntung Marini melihat sang pemilik warung keluar, ia lalu keluar dari mobil dan menemui pemilik warung. Heiji dan Pahlevi hanya menunggu. Entah apa yang dibicarakan, Marini dan pria itu melangkah mendekati mobil, Marini mempersilakannya masuk. Dikenalkannya bahwa pria itu adalah putra sulung dari teman ayah Marini yang beristrikan pandai memasak. Pria itu menuntun ke warung nasi yang sedang buka milik adik perempuannya. Setelah dalam perjalanan membicarakan istri Pahlevi yang ngidam dan adanya Heiji di antara mereka sebagai kawan Pahlevi, warung nasi yang dituju lantas terlihat. Mereka memasukinya, menerima salaman dari sepasang suami istri yang merupakan pemilik warung.