Langit hari itu tidak seperti biasanya. Matahari yang biasanya menyilaukan terasa redup, seolah dunia sedang menahan napas. Suhu turun, angin berembus pelan, dan keheningan merambat ke kota-kota kecil di Korea.
Di hari itu, dua keluarga yang tidak saling mengenal, yang hidup di tempat berbeda, dengan kehidupan berbeda, tidak pernah menyangka bahwa kehidupan mereka akan hancur dalam waktu yang bersamaan.
Dan di hari itu pula, dua bayi terlahir ke dunia.
Bayi pertama: Juno.
Bayi kedua: Jinni.
Dua takdir yang kelak saling bersinggungan… tapi hari ini, mereka masih berada di dua dunia yang jauh.
KECELAKAAN YANG MELAHIRKAN JUNO.
Gerhana matahari sudah mendekati puncaknya. Cahaya mulai meredup hingga langit tampak seperti sore hari, padahal waktu baru menunjukkan pukul 10.45.
Di ruas tol yang padat, sebuah mobil hitam berjalan stabil di lajur kanan. Di dalamnya, duduk seorang pria bernama Lee Jungho dan istrinya Song Ji Eun, yang sedang hamil besar.
Ji Eun menggenggam perutnya sambil tersenyum lemah.
“Yeobo… kalau nanti anak kita lahir, aku ingin menamainya Juno.” katanya pelan.
Suaminya menoleh singkat. “Juno? Kenapa?”
“Karena… dia cahaya kecilku.” Ia tertawa kecil. “Walau hidup kita gelap, dia selalu terasa hangat.”
Jungho meraih tangannya.
“Kau dan anak kita adalah hidupku.”
Namun tepat saat itu… gerhana mencapai totalitas.
Cahaya menjadi gelap sepenuhnya.
Beberapa pengemudi panik.
Dan seorang pria di mobil depan tiba-tiba berteriak, “MATAKU! AKU TIDAK BISA LIHAT!”
Mobil hitam di depan Jungho mengerem mendadak.
Jungho tidak sempat bereaksi.
BRUUAAAKKK—!!
Benturan keras terjadi. Sabuk pengaman menahan tubuh Jungho, tapi kepalanya membentur kemudi terlalu keras. Darah segera mengalir dari dahinya.
“YEOBO!” Ji Eun berteriak histeris.
Mobil-mobil belakang ikut menabrak beruntun.
Suara teriakan bercampur dentuman logam memenuhi udara gelap itu.
Ji Eun mencoba mengguncang tubuh suaminya.
“Yeobo! Yeobo buka mata! Yeobo!”
Tidak ada jawaban.
Suaminya tidak bergerak.
Tiba-tiba kontraksi keras menghantam tubuhnya.
Perutnya mencengkeram seperti diremas dari dalam.
“A...anakku… tolong…” suara Ji Eun melemah.
Pintu mobil sulit dibuka karena ringsek.
Orang-orang berlari mendekat.
“Wanita hamil! Ada wanita hamil di sini!”
“Panggil ambulans!”
“Aku… aku mau melahirkan…” Ji Eun merintih sambil mencengkeram perutnya.
Seorang perawat yang kebetulan lewat berlari mendekat.
“Ibu, saya akan bantu! Nama ibu siapa?”
“S...Song Ji Eun…” jawabnya sambil menangis.