Jo dan Mita

Imam Firman
Chapter #2

Selamat Pagi, Jo!

Nah, Jo yang sekarang sudah menjadi seorang siswa di kelas XI di SMA Putra Berkarya II. Pada pukul 6.10 WIB, sedang mencari-cari kelas barunya, XI IPS 2. Dilihatnya Pak Agus penjaga sekolah sedang membuka kunci pintu. Jo mengendap-endap lalu menepuk pundak Pak Agus.

"Dor!" Jo sengaja mengejutkan Pak Agus dengan suara dan tepukan yang tiba-tiba juga keras.

"Mati lu! Mati lu! Mati lu!" Pak Agus yang latah mengangkat tangan ke atas lalu menempelkan tubuhnya di pintu kelas yang masih tertutup, mirip cicak.

"Pagi, Pak Agus. Bahagia banget pagi ini, udah jejingkrakan aja."

"Ampun, deh. Ngagetin aja, Jo!" Pak Agus segera menormalkan perasaan. Dia nggak marah, apalagi yang barusan jahil adalah siswa yang paling akrab dengannya dari semua siswa yang dia kenal. "Pagi amat, mau bantuin ngepel?"

"Nyari bangku. Supaya nggak keduluan yang lain." Jo mengeluarkan kotak makanan berwarna biru dari dalam tasnya. "Masih doyan roti stroberi?"

Pak Agus tersenyum sembari menerima kotak makanan dari Jo. "Masih, dong. Saya malah kangen. Selama liburan sekolah nggak bisa sarapan roti stroberi, ngopi terasa sepi."

"Kalau itu masalahnya bukan karena roti, Pak Agus."

"Apa, dong?"

"Maried, Pak. Minimal pacaran."

"Ha-ha-ha. Itu yang berat, saya nggak bisa kayak kamu Jo. Kok, bisa punya banyak penggemar cewek? Bagi resepnya, dong."

"Bawa hape?"

"Bawa."

"Catet, nih."

"Asik." Pak Agus mengeluarkan hape dari saku celananya.

"Pertama-tama ..." Jo diam agak lama seperti yang berpikir.

"Apa?"

"Ah, nggak jadi, deh. Bahaya, kalau Pak Agus salah meracik bisa banyak perempuan tersakiti."

"Ta'elaaah, gitu amat, orang udah serius!" Pak Agus kecewa.

"Ha-ha-ha. Ada syarat utama yang berat, sanggup nggak?"

"Apaan tuh?"

"Sini, dibisikin."

Pak Agus mendekatkan kupingnya ke arah mulut Jo yang agak membungkukkan tubuhnya karena tinggi Pak Agus itu hanya sepundak Jo. Pak Agus terlalu bersemangat yang malah membuat pipinya menempel di bibirnya Jo.

Pada saat bersamaan muncul seorang cewek yang melihat kejadian itu, matanya terbelalak, mulutnya membentuk huruf 'o' lalu memalingkan wajahnya sambil menutupi pandangan dengan sebelah tangan. Pundaknya bergidik.

"Hiii, pagi-pagi lihat ginian! Hiii, anak laki nyosor aki-aki!" Anak perempuan yang membawa tas punggung warna ungu yang rambutnya panjang itu cepat-cepat menyingkir..

Jo melongo. Belum selesai keheranannya melihat tingkah anak perempuan tadi, ada dua orang yang berseru keras sambil menepuk pundak Jo.

"Yeeaaa, nyari bangku kaaan!"

Pak Agus terkejut, latahnya kumat. melompat memeluk Jo yang berada dekat dengannya. Cewek itu menoleh kembali karena mendengar suara ribut di belakangnya, dia kembali bergidik. "Amit!Amit! ini sekolah apaan, sih? Kayaknya Papa salah milihin sekolah buat aku, deh! Laki nyosor laki, peluk-pelukan nggak pakai malu! Vulgar display of sex disorder!"

Jo melirik tingkah cewek itu, untuk kedua kalinya dia melihat anak perempuan itu bergidik.

"Itu cewek kebelet pipis?" batin Jo, tapi dia nggak terlalu peduli. Pertemuannya dengan sahabat karibnya lebih menyenangkan ketimbang memikirkan cewek yang kebelet kencing.

Pak Agus segera menyingkir sembari menenteng kotak roti, banyak kelas yang masih harus dibuka.

"My bro, Black, Bule!" Jo merangkul pundak kedua temannya. "Lu, pada sekelas sama gue?"

"Gue yang sekelas ama, lu," ujar Black.

"Gue ips satu. Sekelas ama Agung, ama Joko." Bule nyengir.

"Kok, nyengir?" Jo heran.

"Dia sekelas ama bokin lu, Jo," tukas Black.

"Airin?"

"Heleeeh, Jooo. Buaya stempel erte aja belagu amat. Mentang-mentang punya banyak harim, pakai nanya, Airin? Yang namanya Airin di angkatan kita cuma satu dan yang lu pacarin ya, Airin yang sekarang sekelas sama Bule!"

"Banyak Airin kayaknya, Black," ejek Bule.

Lihat selengkapnya