"Terkadang kenyamanan tidak bisa diciptakan. Kenyamanan juga tidak bisa dipaksakan. Rasa itu akan hadir dengan sendirinya pada sebuah hubungan dengan siapa saja".
Liburan masih belum usai. Anak sekolah belum lagi menekuni buku-buku pelajarannya. Santri pondok pesantren Al-Iman belum berdatangan dan masih menyibukkan diri di rumah. Akan tetapi di Pondok Pesantren Al-Anwar, milik Abah Ophi masih ramai.
Pondok pesantren Al-Anwar merupakan pondok salaf. Metode yang digunakan masih seputar mengaji kitab kuning. Rata-rata santrinya tidak bersekolah. Mereka lebih bangga dengan khatam kitab Alfiyah ketimbang mendapat selembar ijazah sekolah.
"Ning Ophi ditimbali Abah. Sanjange wonten tamu badhe kepanggih njenengan" (Ning Ophi dipanggil Abah. Katanya ada tamu mau ketemu kamu).
Ophi yang sedang duduk di pinggir kolam menoleh pada mbak-mbak ndalem yang menyampaikan pesan Abahnya itu. Ia menggerakkan kepalanya tanda menanyakan siapa tamu yang ingin menemuinya.
"Kirangan, Ning. Abah namung dhawuh kados mekaten" (Kurang tau, Ning. Abah hanya bilang begitu).
"Nggih mbak. Bilangin Abah, bentar lagi Pohi kesana".
"Njih, Ning".
Mbak-mbak ndalem itu berjalan mundur sambil jongkok sampai beberapa meter. Kepalanya tetap menunduk menghadap Ophi. Setelah sampai pintu, ia membalikkan badannya dan menghilang.
Ophi segera bergegas menuju ruang tamu. Ia paham betul bahwa Abahnya adalah tipe orang yang tidak terlalu suka menunggu lama. Bisa-bisa ia didamprat di depan tamunya kalau tidak segera memenuhi panggilan Abahnya.
Sebelum masuk ruang tamu, Ophi mengintip sedikit dari jendela. Ia ingin mengetahui siapa tamu yang ingin menemuinya. Kiai Yusuf terlihat sedang berbincang-bincang dengan Abahnya. Di sebelah Kiai Yusuf, seorang laki-laki bertubuh pendek dan berkulit gelap sesekali mengikuti pembicaraan mereka. Laki-laki itu usianya sekitar 30 tahun. "Siapa laki-laki yang disebelah Kiai Yusuf?" Batin Ophi bertanya-tanya dan sesekali mencoba menebaknya.
Saat Ophi sedang asyik mengintip dan berniat mengurungkan niatnya masuk ke ruang tamu, tiba-tiba seseorang mendorongnya sehingga ia tepat berada di depan pintu. Ophi menoleh, memastikan orang yang mendorongnya.