Dua minggu kemudian....
"Apa semua barang-barang mu sudah di masukan ke dalam bagasi mobil?" Tanya Abi saat masuk kedalam mobil.
"Sudah," jawab Atiqa singkat, lalu dia membuang muka ke jendela. Abi menghembus nafas panjang, lalu Abi memakai sabuk pengaman sambil melihat kaca spion dalam mobil.
Mobil melaju dengan mulus. Sepanjang perjalanan Atiqa hanya diam. Mereka berkendara sudah hampir 3 jam. Karena pondok pesantren yang akan Atiqa tinggali selama pendidikan berada di daerah Banten.
Akhirnya mereka sampai di Pondok Pesantren Al-Hikmah. Disana sangat ramai. Atiqa melihat ratusan santri dan santriwati yang memenuhi pekarangan Pondok Pesantren Al-Hikmah.
"Nah sekarang kita sudah sampai," ucap Abi sambil melepaskan sabuk pengamannya. Atiqa turun dari mobil diikuti Abi lalu Umi. Para santri dan santriwati memperhatikan kami dengan seksama. Bagaimana tidak menarik perhatian mereka, la wong Abi berpakaian loreng yang katanya akan pergi berdinas setelah mengantarkan Atiqa, sedangkan Umi dia memakai seragam Persit yang katanya akan ada acara pertemuan ibu-ibu Persit.
"Baik-baik ya disini, jangan macem-macem, jaga kehormatan mu dan juga kehormatan Abi dan Umi ya nak," sebuah pesan singkat dari Umi untuk Atiqa.
"Hmmmm," hanya itu yang keluar dari mulut Atiqa.
"Dan kamu jangan coba-coba untuk melarikan diri ya, jika kamu melarikan diri Abi tidak akan segan-segan untuk menghukum mu!!" Ucap tegas Abi.
"Abi sudahlah jangan terlalu keras sama Atiqa, kasihan Atiqa dia pasti sangat tertekan," ucap Umi lalu membelai kepala Atiqa dengan lembut.
"Atiqa sudah terlalu tertekan Umi," batin Atiqa.
"Ya sudah sana masuk! Abi sama Umi mau berangkat ini udah terlambat," ucap Abi sambil melihat jam tangannya. Atiqa menyalami mereka, lalu mereka masuk kedalam mobil dan melajukanya. Menangis, hanya itu yang bisa Atiqa lakukan.
🌹🌹🌹
"Tunggu-tunggu, tadi kapten bilang, kapten masuk ke Pondok Pesantren Al-Hikmah?" Tanya Rizal.
"Iya, dulu aku bersekolah di sana, emang kenapa zal?" Tanya nya kemudian.
"Aku juga alumni sana," ucap Rizal sumringah.
"Kapten masih ingat sama nama cungkring?" Tanya Rizal dengan antusias.
"Masih, itu kamu," jawab Atiqa, lalu Rizal mengangguk.
"Astaga, padahal kamu dulu itu cungkring, culun, tapi sekarang kamu menjadi Kopassus, sungguh luar biasa," mata Atiqa berbinar tatkala mengucapkan kata demi kata.
"Hai! Kalian berdua!" Ucap Atiqa ketika kedua pemuda yang semenjak tadi ia hukum pergi meninggalkan Atiqa dan Rizal. Kedua pemuda itu membalikkan badannya lalu memberikan Atiqa dan Rizal sebuah penghormatan.
"Kalian mau kemana? Hemm!" Tanya Atiqa sambil menaikkan satu alisnya. Seketika tubuh kedua pemuda itu menjadi lebih tegap.
"Mohon izin menjawab senior, kami ingin kembali ke asrama kami!!" Ucap salah satu pemuda tersebut.
"Siapa yang menyuruh kalian kembali ke asrama? Hah!" Tanya Atiqa tegas.
"Hukuman kalian belum selesai ya, sekarang kalian bersihkan lapangan ini sampai bersih, jangan sampai ada 1 atau 2 helai daun atau sampah yang masih berserakan!" Perintah Atiqa.
"Siap laksanakan," jawab kedua pemuda itu dan berakhir dengan penghormatan.