“acara keluarga”
Hari berlalu begitu saja, tanpa terasa pernikahan Arsen dan Adel sudah menginjak usia 1 bulan. Namun sampai saat ini, tak ada yang terlalu istimewa dari hubungan mereka berdua. Arsen masih tampil dengan sosok dinginya itu.
Sedangkan Adel masih tetap menjadi seperti dirinya, bahkan sampai sebulan lamanya Adel masih belum membuka Jilbabnya meski hanya di hadapan Arsen. Kecuali pada pertama kali itu, kejadian yang juga tidak disengaja.
“Adel ingat apa ucapan saya tadi?”
Adel mengangguk.” Iya mas suami.”
“Adel jangan panggil saya mas suami. Minimal pada acara malam ini. Paham kamu?”
Adel hanya mengangguk geli sendiri. Semoga ia tidak lupa ketika sudah di hadapan banyak orang nanti. Sebenarnya ia agak gugup sekarang. Hadir di pesta keluarga Arsen, leih tepatnya acara ulangtahun pernikahan mertuanya. Semoga saja dirinya bisa menyesuaikan diri.
“Kamu kenapa malah senyum-senyum sendiri seperti itu?” Adel malah tak menjawab. Ia masih asik memoles make up tipis ke wajahnya.
“Adel?”
“Iya Inzaghi?”
Deg.
Arsen terdiam. Apa katanya tadi? Inzaghi? Siapa itu? Ada rasa tak suka karena Adel menyebutkan nama orang lain ketika sedang bersamanya seperti ini. Apa itu pacarnya? Apa tu orang yang disukai Adel? Banyak sekali pertanyaan dalam diri Arsen saat ini.
“Berangkat sekarang.” Arsen langsung turun ketika mengatakan itu membuat Adel terheran-heran sendiri.
“Kenapa lagi sih? Emang Adel ada salah ngomong gitu? Emang ya, ngadepin suami modelan Arsen emang harus punya kesabaran ekstra.” Adel menyambar tas selempang yang sudah di siapkanya dan langsung berlari mengikuti Arsen yang sudah lebih dulu meninggalkanya.
Sekarang Adel malah smabil senyum-senyum sendiri. Pertama kalinya ia memanggil suaminya ini dengan sebutan Inzaghi. Dengan segenap hati, Adel memutuskan nama itu sebagai nama sayangnya untuk sang suami.
Karena Adel fans berat seorang Song Jong Ki, dan Inzaghi adalah merpati kesayangan Vincenzo yang dipernakan Song Jong Ki di film Vinzenco. Maka dari situlah, Adel menjadikan Arsen sebagai Inzaghinya.
Dug, Adel menabrak Arsen ketika laki-laki itu entah sejak kapan ada di hadapanya sekarang. “Kenapa? Ada yang ketinggalan?” Tanya Adel polos pada sang suami.
“Otak kamu yang ketinggalan. Kamu ngapain dari tadi senyam-senyum gak jelas gitu? Sakit kamu?” Arsen berkata sarkas. Entahlah, Arsen memang biasa seperti ini, tapi kali ini seperti lebih nyelekit.
Adel benci di kasari, Adel benci di bentak. Namun Arsen melakukan sebaliknya, tidak pernah berlaku lembut kecuali saat Adel sakit dan ketika Adel sudah marah. Setiap ucapanya juga selalu diucapknya dengan nada yang seolah-olah seperti membentak.