“ternyata kejutan”
Arsen tengah gelisah sedari tadi tidak bisa menghubungi istrinya. Mang Ucup ketika di tanya juga tidak tau Adel ada di mana. Karena terakhir mang Ucup langsung pergi setelah mengantar Adel ke kantor Arsen.
“Mang, tadi ke kantor sekitar jam berapa?” Tanya Arsen berusaha mengira-ngira. Karena Arsen bertanya pada staf nya di kantor juga tidak ada yang melihat jika Adel datang ke kantor mencarinya.
“Sekitar jam 3 pak. Karena setelah mengantar non Adel, saya juga langsung singgah ke masjid untuk sholat Ashar.”
Padahal acara kejutan di rumahnya juga sudah suap semua, namun Adel malah tak bisa di hubungi sampai langit hampir gelap seperti ini membuat Arsen semakin khawatir. Sehabis maghrib nanti, para keluarganya pasti datang. Bagaimana jika semua orang sudah berkumpul namun Adel belum juga pulang?
“Maaf Pak, kalau tidak salah jam segitu bapak ada bertemu Catline untuk menyiapkan ini semua. Bukanya bapak ada bertemu Catline di depan kantor? Karena setelahnya bapak juga sholat ashar di masjid sebrang kantor.”
Benar! Arsen juga baru menyadari hal itu. Bagaimana jika Adel memang kebetulan datang pada saat itu lalu Adel salah paham?
Mau tidak mau pilihan Arsen jatuh pada ibu mertuanya. Adel sangat menghargai dan menyayangi Bundanya, maka tidak mungkin Adel tidak menjawab ketika Bundanya itu yang menelfon.
Bergegas Arsen menelfon sang Bunda,
“Halo Assalamualaikum Bunda, Arsen boleh minta tolong?”
“Waalaikumsalam Arsen. Ada apa?”
Saat itu Arsen langsung saja menyampaikan apa maksud dan tujuanya menelfon sang Bunda. Lalu Bundanya pun setuju atas ide baru yang diberikan menantunya itu.
…
Adel masih menunggu Bundanya di taman. Tempat yang sedari beberapa jam yang lalu menjadi tempat pelarianya.
Waktu sudah hampir maghrib, Adel sebenarnya sudah mau pulang sendiri. Namun karena Bundanya tadi menelfon ingin menjemput dan ingin sekalian datang ke rumah, membuat Adel mau tak mau harus menunggu bundanya di sini.
“Adel?” Panggil Bundanya menghampiri sang putri yang tengah duduk sendiri di kursi taman itu.
“Bunda?” Adel langsung lari menghamburkan pelukanya pada sang Bunda. Rasanya, Adel masih ingin bermanja-manja terus seperti ini. Menjadi dewasa tak selamanya indah. Banyak hal yang harus dipikirkan ketika kita akan melakukan sesuatu.
“Anak Bunda ini kenapa? Kamu ada masalah?” Ditanya seperti itu justru membuat Adel semakin terisak. Berada di hadapan Bundanya seperti sekarang ini membuatnya semakin terlihat lemah.
Namun sayangnya Adel, dia masih membela suaminya. Yang sdah jelas-jelas karena sang suamilah ia menjadi seperti ini da nada di tempat ini sampai selarut ini.