JODOH UNTUK ADIKKU

Renny Juldid
Chapter #1

1. Like a Family

Alina Ghania adalah tunangan dari pria berwibawa bernama Arganta Yuda. Keduanya mulai bersama bukan satu dua bulan, tetapi bertahun-tahun. Itulah mengapa keduanya sangat dekat dan harmonis, hingga memutuskan untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih serius.

Alina sendiri bukanlah wanita yang mengerti fashion dan kecantikan diri seperti wanita lainnya. Dia hanya tahu bagaimana untuk menutup diri dari orang yang bukan mahramnya. Meski tidak mengenakan pakaian syari—gamis longgar dan jilbab menjulur ke bawah hingga dengkul, tetapi dirinya sudah menutupi aurat dengan jilbab sedadanya, sesuai syariat Islam.

Sementara Arga pun sama sepertinya. Pria saleh yang mengerti agama dan memahami betul bagaimana dua insan tidak boleh bersama, berdekatan, dan hanya berdua tanpa didampingi oleh orang lain.

Umur keduanya memang tidak terpaut jauh. Hanya berkisar dua tahun di atas Alina, Arga adalah kakak kelasnya dahulu ketika SMA dan kuliah. Itulah mengapa mereka bisa berjumpa dan berhubungan hingga sekarang.

Tepat dua bulan lalu, Arga melamar Alina untuk menjadi istrinya. Karena orangtua Alina sudah meninggal dunia, sehingga mereka melakukan semuanya didampingi para tetangga sekitar rumah dan satu orang adik perempuannya.

Rencananya mereka akan melakukan pernikahan bulan depan. Tanggal sudah ditetapkan sejak lamaran itu tiba. Alina sangat senang akan itu. Rupanya Arga memang berniat meminang dan menjadikannya seorang istri, bukan hanya gombalan dan dusta semata.

"Mas, hari ini kita mau ke mana?" Alina bertanya pada Arga yang tengah fokus pada laptop di depannya. Arga menoleh sekilas lalu mengelus janggutnya.

"Terserah kamu, kalau mau ke mal juga nggak apa-apa. Mau beli apa?"

"Belanja bulanan, sih. Cuma kalau bisa sekalian mau ke tempat jualan karangan bunga, untuk bulan depan. Takutnya nanti repot." Arga mengangguk mantap, menyetujui perkataan Alina.

"Mas masih lama?"

"Bentar lagi. Sabar, ya, file-nya harus dikirimkan segera, takut kalau Manajer nunggu lama, nggak enak juga." Alina mengangguk paham.

Lihat selengkapnya