JODOH UNTUK ADIKKU

Renny Juldid
Chapter #3

3. Wedding Plans

Hari ini Alina dan Arga sudah mengambil cuti, karena seminggu lagi mereka akan menikah. Libur bekerja tidak membuat mereka bersantai sedikit pun, karena mereka harus mempersiapkan semuanya hari ini.

Arga dan Alina sudah mengadakan janji pada pengurus tenda dan Wedding Organizer yang akan mereka sewa. Belum lagi mengenai katering yang harus mereka pesan, dan beberapa persiapan lainnya.

Sementara itu keluarga Arga sudah menyiapkan bingkisan sebagai hantaran pernikahan untuk Alina. Memang tidak banyak dan mewah, tetapi tetap saja mereka harus memastikan kalau semuanya sudah beres. Arga tidak mau hal-hal kecil menjadi masalah untuknya saat akad nikah terjadi. Begitu juga dengan Alina yang akan menyiapkan semuanya dengan sempurna.

Beberapa perabotan rumah tangga sudah Alina bereskan agar rumahnya terlihat lebih rapi. Karena pastinya akan sangat ramai nantinya. Dan yang pasti, Alina melakukan persiapan di rumahnya sendirian, tanpa bantuan Aliza. Memang benar jika Aliza terlalu lelah untuk membantu Alina. Karena akhir-akhir ini dia selalu pulang sore hari. Alasannya selalu sama, ada kelas sore dan kerja kelompok.

Alina paham akan itu. Dia juga pernah menjadi mahasiswi. Dia pernah berada di posisi Aliza yang harus ikut kelas sore hingga membuatnya pulang malam dan berhujan-hujanan. Itulah sebabnya Alina tidak ingin memarahi atau merasa keberatan dengan lamanya Aliza pulang ke rumah.

Aliza sendiri adalah gadis yang tidak mau diatur, anak pembangkang, dan ingin semuanya terwujud. Alina tahu itu saat adiknya mulai memasuki jenjang SMA. Saat itu keinginan Aliza membeli handphone mahal yang tidak bisa dibeli oleh orangtuanya menjadi masalah besar dan untuk pertama kalinya orangtua mereka menangis. Aliza tidak mau pulang ke rumah sebelum handphone itu dibeli. Dan itulah yang membuat Alina tidak ingin membuat kesalahan dengan membuat Aliza pergi dari rumah. Sudahlah cukup orangtuanya pergi, jangan Aliza. Masalah sudah sangat banyak sekarang, jangan karena keras kepalanya Aliza menambah derita Alina selama ini.

Selama kakak kandungnya berhubungan dengan Arga, Aliza tidak pernah mengobrol layaknya calon kakak ipar dengan adik ipar. Aliza memang tidak pernah mau duduk santai dengan keluarganya, sekalipun itu dengan Alina.

Beberapa kali Arga ke rumahnya, Aliza tidak pernah mengobrol dengan banyak. Itulah yang menjadikan hubungan antara Aliza dan calon kakak iparnya, Arga, menjadi kurang dekat. Arga sendiri tidak pernah mau bertanya terlalu banyak, karena dia tahu bahwa Aliza tidak tertarik mengobrol dengannya. Dia juga tahu betul bagaimana Aliza memperlakukan Alina selama orangtuanya meninggal. Dia tidak ingin ditanya lebih dalam, dia selalu membentak ketika berbicara, dan tidak pernah mau menerima candaan orang lain. Entahlah mengapa, yang pasti Alina tetap menjaga perasaan adik semata wayangnya itu.

"Kamu mau pakai gaun warna apa, Dek?" kata Arga saat mereka baru saja sampai di butik gaun pernikahan.

"Nggak tau juga, Mas. Ntar deh liat aja dulu di dalam, banyak yang bagus kayaknya." Alina menjawab seraya menatap gaun-gaun yang terpampang di kaca depan butik.

"Pastinya yang berhijab, kan?" Alina mengangguk. Mereka mulai memasuki butik gaun pernikahan itu dengan berbinar.

Seorang wanita pekerja butik menghampiri mereka dengan mengucapkan selamat datang dan mempersilakan mereka untuk memilih pakaian yang disuka.

Lihat selengkapnya