"Hati-hati, Mas, di jalan!” teriakku pada Mas Pras di depan rumah Mama. Aku melambaikan tangan, diiringi bunyi klakson mobil Mas Pras. Aku menginap dua hari di rumah sendiri. Kedengarannya lucu, masa iya menginap di rumah sendiri. Semenjak Mama sakit, rumah Mama malah seperti rumahku sendiri, karena aku sering di sini dibanding di sana. Kemarin aku harus mengeringkan bajuku terlebih dahulu untuk dipakai hari ini, serta menunggu bengkel mengembalikan mobil kami, karena kehilangan kuncinya malam itu.
Mas Pras membawa semua bajuku ke rumah Mama, sampai tidak tersisa satu potong pun di rumah.
Aku membuka pintu kamar Mama. Terlihat Mama sedang asyik mengobrol dengan seseorang. Dia memakai hijab berwarna merah dengan gamis berwarna hitam. Aku melihatnya dari belakang, sehingga tidak bisa melihat wajahnya. Mama terlihat sangat bahagia bercerita dengannya.
“Eh ... kamu sudah pulang,Sayang?” tanya Mama, ketika menyadari aku sudah berdiri di depan pintu sejak tadi.
“Iya, Ma. Maaf, aku ganggu enggak?”
“Tentu enggak, dong, Sayang. Lihat nih, siapa yang jauh-jauh datang dari Bandung?”
Aku mendekati mereka, kemudian sedikit melongok, melihat wajah perempuan yang sedang bersama Mama. Aku terkejut tidak percaya. Menutup mulut dengan kedua telapak tangan. Ekspresi kaget sekaligus bahagia melihat kedatangannya. “Tante Rini? Aaaa.” Aku tertawa sampai melompat-lompat kegirangan. Langsung memeluk tante kesayanganku ini dengan penuh suka cita.
“Kaget, ya?” tanyanya sambil melepas pelukan, dan kembali memeluk tubuhku erat. “Dulu masih kecil banget. Terakhir ketemu, ingus meler ke mana-mana. Gigi ompong, warnanya hitam semua. Sekarang? Wuhuuuu cantik beud, euy,” puji tante Rini yang membuat pipiku merona malu.
“Ih, Tante malu-maluin saja.” Aku menutup wajah dengan kedua tangan.
Tante Rini adalah adik Mama yang hingga kini masih betah sendiri. Dia sibuk membantu Mama mengurus semua butik-butik Mama, sampai tidak berpikir untuk berumah tangga lagi. Ya, dia seorang janda. Bercerai karena kasus KDRT yang dilakukan suaminya. Meskipun umurnya tidak muda lagi, tapi dia masih cantik dan segar. Mata bulat dengan alis yang tebal menjadi ciri khas Tante kesayanganku ini.
“Enggak usah malu begitu. Dulu kan masih anak-anak. Sini duduk sama Tante. Sekarang tugas kamu sudah selesai. Jadilah istri yang baik untuk suamimu. Ada Tante di sini. Jadi, biarkan Tante yang mengurus mamamu. Dulu ketika Tante masih kecil, mamamulah yang mengurus Tante. Sekarang, saatnya Tante membalas budinya.”
“Ya ampun, Dik, kamu begitu banget. Enggak usah lebay.” Mama tertawa bahagia.
Aku memperhatikan mereka bercanda. Sudah lama sekali rasanya tidak melihat Mama tertawa sebahagia ini. Itulah keluarga, tidak peduli dekat ataupun jauh, hidup ataupun mati, kaya ataupun miskin. Yang aku tahu, keluarga adalah salah satu bagian dari tubuh. Yang mana jika salah satu hilang, maka hidup tidak akan terasa sempurna.
***
“Non, mau buat apa?” tanya Bik Susi, ketika melihat aku sibuk di dapur malam ini.
“Pengin belajar buat kue brownies, Bik. Aku bingung, takut gatot alias gagal total. Meskipun di YouTube sudah ada bahan–bahan dan takarannya, tapi tetap saja aku gugup. Takut enggak jadi.”
“Bolu apa, Non?” tanya Bik Susi penasaran.
Aku menyodorkan gawaiku ke arah Bik Susi. Matanya sedikit menyipit memperhatikan ponsel di tangan. “Bibik bisa?” tanyaku antusias dengan mata berbinar
Yang ditanya malah nyengir kuda sambil garuk-garuk kepala.
Dahiku mengerut bingung, tidak mengerti maksudnya. “Bisa enggak, Bik?” tanyaku sekali lagi sambil menaik-naikkan wajah ke atas. Memastikan.
“Non, Bik Susi enggak kelihatan. Itu gambar apa, sih?” tanya Bik Susi penasaran.
Ah, enggak ngomong dari tadi, gerutuku. “Bik Susi, matanya minus?”
“Enggak tahu, Non. Baca koran saja enggak bisa lagi.”
“Aduh, aku pikir bisa buatnya. Lebih enak saja, jadi ada yang ngajarin aku.”
Ketika aku dan Bik Susi sedang sama-sama bingung, tiba-tiba Tante Rini menghampiri ke dapur. Aku bertanya, bisakah dia membuat kue brownies? Ternyata Tante ahlinya. Jadilah, malam itu kami membuat brownies bersama, bahkan Mbok Minah juga membantu kami hingga larut malam.