Jodoh Untuk Prasetyo

Selvi Nofitasari
Chapter #1

Sah! (Pov Prasetyo)

"Bapak, aku ketemu dia aja baru beberapa kali pas dia dan Doni menikah. Aku belum tau sifat dia itu bagaimana. Kenapa Bapak dan Ibu mengambil keputusan sepihak?"

"Pras, bagaimanapun dia istri adikmu. Tidak ada salahnya kamu menikahi istrinya. Usiamu sudah mau 35 tahun, Le. Kapan kamu mau menikah?" ucap Ibu mengelus punggung tanganku.

"Kamu sudah dewasa, menikahlah! Kami sudah sepakat akan menikahkanmu dengan Dilla. Kasian, dia baru satu bulan menikah dengan adikmu Doni, malah ditinggal adikmu lebih dulu menghadap Illahi," lanjut Bapak sembari menghisap rokok di tangan.

Itulah perdebatanku bersama Bapak dan Ibu tadi malam. Namaku, Prasetyo Almanda Putra, aku seorang guru sejarah di SMA N 13 di kotaku. Umurku hampir 35 tahun, lajang, malah belum pernah pacaran. Aku tipe lelaki pemalu dan tidak banyak bicara. Pernah sekedar suka pada beberapa wanita, tapi aku tidak pernah berani mengungkapkannya. 

Wajahku cukup manis, dengan tinggi 170 dan berat tujuh puluh kilogram. Rambutku ikal, dengan bibir yang tebal, kata teman-teman di sekolah, hidungku seperti perosotan anak TK saking mancungnya. Adikku yang seorang tentara, bernama Doni. Berumur 27 tahun. Dia menikah bulan lalu, tapi Allah berkehendak lain, Dia memanggilnya lebih dulu. Doni menikah dengan seorang gadis yang lincah bernama Ardilla Rastanty, rambut lurus sebahu dengan kulit yang putih mulus. Wajahnya cantik, bahkan mirip aktris Citra Kirana menurutku. Orang tua kami sepakat akan menikahkan kami berdua setelah kepergian Doni. 

Ini gila! 

Aku belum siap menikah, tapi kok dipaksa menikah? Apalagi ini dengan adik iparku sendiri. Alasan mereka, karena kasihan melihat Dilla sendiri dan mereka sudah mengerti apapun tentangku sehingga tidak merasa khawatir jika aku menikahinya. 

Ah!

Kepalaku pusing dibuatnya. Aku bahkan baru beberapa kali bertemu wanita itu, karena dia dan Doni langsung pindah ke Semarang sehari setelah akad. Lagi pula dia pasti sedang berkabung karena baru saja kehilangan suaminya. Aku menghempaskan tubuh di ranjang, menutup kepala dengan bantal. Rasanya tidak masuk akal. Jika harus menikahi adik Iparku sendiri. Ini apa namanya? Apakah hal ini di sebut 'Naik Ranjang'? atau 'Turun Ranjang? Entah.

***

5 bulan kemudian.

"Saya terima nikah dan kawinnya Adilla Rastanty Binti Sujiwo dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar 150 ribu dibayar tunai!"

"Sahhh?"

"Sah!"

"Amin. Alhamdulillah." Puji dan syukur orang-orang panjatkan, terutama Bapak dan Ibu.

"Akhirnya kamu tetap menjadi menantu Ibu, Nduk," kata Ibu memeluk Dilla, lalu mencium pucuk kepalanya.

Tubuh Dilla dibalut pakaian kebaya berwarna putih dengan make up natural di wajahnya, sehingga membuat wajahnya yang ayu terlihat semakin memesona. Aku menelan ludah memperhatikan sosok perempuan yang sekarang sudah sah menjadi istriku ini. Rasanya seperti mimpi, tidak pernah terbayang jalan hidupku akan seperti ini.

"Iya, Bu," jawab Dilla singkat. 

Wajahnya tampak murung dengan senyum kegetiran yang terlihat jelas di sana. Kedua mertua juga memelukku, tidak lupa mereka mengucapkan selamat atas pernikahan ini. Entah apa yang ada di pikiran mereka, tapi ini sungguh tidak adil untukku ataupun buat wanita itu.  Bagaimana ini bisa terjadi? Apalagi Dilla terlihat sangat mencintai Doni, dia bahkan masih dalam suasana berkabung setelah ditinggalkan adikku lima bulan yang lalu.

Lihat selengkapnya