Jodoh Untuk Prasetyo

Selvi Nofitasari
Chapter #8

Malam Pertama (Pov Prasetyo)

Hari ini weekend aku berencana mengajak Dilla nonton bioskop, ingin juga kami seperti anak-anak muda jaman sekarang. Setelah ketahuan rekaman isi hatinya waktu itu, si singa betina makin diam jika berhadapan denganku. Irit bicara, kadang suka curi-curi pandang. Kalau ada kesempatan aku semakin sering menciumnya walaupun perempuan itu selalu menolak. Setidaknya aku tahu, ternyata dia suka dengan ciumanku, meskipun Dilla tidak pernah mengakui itu. Di ruang tengah, si sings betina sedang asik menonton tv. aku duduk di sofa mengajaknya bicara. 

“Kita nonton yuk, mumpung libur,” kataku membuka obrolan. Dilla hanya melirik sekilas lalu kembali fokus menonton sinetron di salah satu siaran televisi swasta. Aku beranjak mendekatinya yang lagi asik mengunyah keripik dalam toples di pelukan.

"Diajak bicara kok diem aja!” Aku duduk di sampingnya sambil menyentil dahinya.

“Mas, kamu apaan sih. Lagi seru nonton TV nih!” jawabnya tanpa menoleh masih mengunyah penuh keripik dalam mulut.

“Kita nonton, ya! Filmnya kayaknya bagus-bagus deh di bioskop hari ini.”

“Nggak usah deket-deket!” katanya menggeser tubuh beberapa meter dariku.

'Ish!' Aku mendengkus, kesal.

Ternyata capek juga menghadapi sikap Dilla yang selalu ingin dimengerti, tapi tidak pernah berusaha untuk mengerti aku. Baiklah, aku beranjak dan meninggalkannya pergi, naik ke atas dan menghempaskan tubuh di ranjang.

Ahhh! 

Mungkin lebih baik tidur saja, hitung-hitung istirahat setelah senin-sabtu sibuk dengan pekerjaan. Aku memejam, baru saja mata akan terpejam.

“Mas .... ” rengek seseorang menggoyang-goyang kakiku. 

Hadehh! pengganggu datang. 

“Apa?” kataku setengah membuka mata dan mengangkat kepala melihat ke bawah.

“Katanya mau ngajak nonton! Kok malah tidur? Mas nggak niat ajakin aku?!" bentaknya nyaring. 

Oh astaga naga, bukannya tadi dia yang nggak mau diganggu. Baru juga mau terpejam ini mata, si singa betina ngapain sih tiba-tiba muncul. Sedikit malas aku duduk dan bersandar di kepala ranjang.

“Kamu mau nonton?” Dilla mengangguk cepat dengan mata berbinar. Aku berdecak, antara kesal dan kasihan. Melihat matanya berbinar seperti itu jadi nggak tega. Aku mengusap wajah kasar, guna mengusir rasa kantuk yang menerpa. Lalu beranjak ke kamar mandi untuk mencuci muka.

“Sana ganti pakaian!” perintahku setelah rapi dengan setelan jins dan kemeja. Dilla diam saja, malah mengayun-ayun kan kaki di tepi ranjang.

“Dilla ..., ” panggilku perlahan.

“Mas, ngapain masih di sana? Mau lihat aku ganti pakaian? Ih mesum banget sih!” ucapnya dengan bibir mengerucut seperti biasa.

Aku memutar manik mata, malas, lalu melangkah keluar kamar. Setelah menunggu beberapa menit, singa betina tampak menuruni anak tangga dengan menenteng sepatu berwarna putih di tangan. Kenapa nggak langsung dipake coba? Kan bisa langsung berangkat kalau udah siap. Aku duduk bersandar di sofa sambil memijat kepala yang sedikit pusing karena tidurku belum terpenuhi. Sedangkan Dilla duduk bersebarangan meja denganku.

“Mas ..., “ panggilnya.

“Apa?” jawabku setengah malas sembari berusaha meluruskan punggung.

“Aku kemarin beli sepatu baru, karena ada bapak tua yang nawarin datang ke kantorku. Bagus nggak?” perempuan itu menganggkat sepatunya tinggi-tinggi menunjukkan kepadaku.

“Bagus ...,” jawabku asal. 

Padahal belum memperhatikan sepatunya. Lalu kembali lagi bersandar dan memijat kepala.

“Mas ....” Astaqfirullahalazim, aku mengelus dada dan berusaha tersenyum.

Lihat selengkapnya