~Sakti Pove~
Akhirnya aku menyetujui keinginan Kakek setelah mendengar keputusan Lana yang tidak ingin melepas karirnya dan menjadi wanita yang akan selalu menungguku pulang ke rumah.
Rasanya berat melepas Lana mengingat kami berpacaran cukup lama. Empat tahun bukan waktu yang singkat,dengan gaya pacaran sembunyi sembunyi. Aku selalu mengajaknya menikah tapi selalu karir dan kontrak yang diberatkannya. Belum lagi pertemuan kami yang bisa dihitung dengan jari jika dia sedang sibuk syuting atau pemotretan. Aku memakluminya dan berusaha sabar menantinya. Tapi pada akhirnya aku kalah, aku tak bisa menunggunya lagi ditambah permintaan Kakek membuatku harus benar benar melepaskannya.
Lana masih menelponku, memohon agar aku tidak meninggalkannya. Dia juga datang ke Rumah Sakit dan menunggu di ruanganku, meminta padaku agar tetap di sisinya. Ia memelukku mencoba menawar hatiku. Tapi keputusanku sudah bulat. Lana pergi dengan janji bahwa dia akan mendapatkanku lagi kelak. Aku hanya bisa menarik nafas lelah dengan semuanya.Aku cukup bersabar menantinya,memahaminya.
Acara pertemuan keluarga dan lamaran berubah menjadi acara pertunanganku. Saat itulah aku melihatnya, Dena mungkin melupakanku tapi aku masih mengingatnya. Anak kecil gembul yang cantik dan berusia tiga tahun saat itu, yang selalu dibawa Almarhum Kakek Damar saat betemu dengan Kakekku. Aku yang selalu mengajaknya bermain dan ia akan tertidur saat aku gendong. Dan selalu menangis saat Kakeknya mengajaknya pulang, dia tidak mau lepas dariku. Dia akan selalu memintaku mencium keningnya sebagai salam perpisahan jika akan pulang.
Aku kaget gadis cilik itu telah tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik. Aku tau dia tidak akan mengingatku. Dan benar saja dia benar-benar lupa padaku.
Tangannya gemetar saat aku pegang untuk menyematkan cincin pertunangan di jari manisnya. Dia terus menunduk tak berani menatapku atau malah malas menatapku.
Ketika waktu santai menikmati hidangan, aku berjalan ke arah taman. Saat sedang melamun di gazebo di pinggir kolam tiba-tiba Dena menghampiriku meminta izin untuk duduk disampingku dan menanyakan beberap hal mengenai diriku.
Aku tak dapat menahan tawaku saat ia mengatakan kalau dirinya sedang naksir Kapten Tim Sepak Bola Sekolahnya dan hidupnya akan terkekang karena tidak bisa bebas melirik sang Kapten. Tapi tentu saja aku tak tertawa besar di hadapannya karena akan membuatnya malu.
Aku mengatakan akan memberikan kebebasan padanya selama kami belum menikah tetapi harus tetap menjaga nama baik keluarga. Aku tidak ingin membuatnya tak bahagia. Walau pada akhirnya kami menikah maka aku akan berusaha untuk belajar mencintainya dan aku berharap Dena pun demikian.
Gadis seusianya pasti masih ingin bebas menikmati masa remajanya. Aku sangat paham itu.Dia pasti merasa tertekan sekali dengan Surat Wasiat Kakeknya. Tapi menolaknya pun tak bisa karena ia tahu itu akan menyakiti banyak orang.
Walaupun kata Bundanya dia juara taekwondo dan juga tomboy tapi terkadang masih suka cengeng dan semaunya sendiri.
Pernikahan kami diputuskan akan dilaksanakan satu minggu lagi. Aku memandang ke arah Dena yang juga memandangku, Sepertinya dia keberatan karena sangat cepat. Apalagi ia masih sekolah. Tapi pada akhirnya kami berdua hanya bisa mengiyakan setelah Kakek mengatakan ingin cepat karena beliau ingin segera menimang cicitnya sebelum ia pergi untuk selama lamanya. Kata-kata Kakek yang selalu diulang - ulangnya dan selalu sukses membuatku sedih.
Lana tidak mengetahui bahwa aku sudah bertunangan dan satu minggu lagi akan segera menikah. Yang ia tahu hanyalah aku akan dijodohkan. Maka dia masih berharap aku kembali padanya.
****************
Dena mengendarai motornya dengan cepat, hari ini dia bangun kesiangan. Semalaman masih juga menangis lagi karena calon suaminya usianya jauh di atasnya. Tapi sedikit terobati setidaknya calon suaminya tampan dan terlihat ramah.
Untung gerbang sekolah belum ditutup. Dena segera menuju tempat parkir, memarkir motornya dan segera menuju ke ruang kelas. Saat melewati perpustakaan seseorang memanggilnya, rupanya Raka anak IPS.
"Na...hari ini ada pertandingan Sepak Bola,kamu ikut nonton enggak ?" tanya Raka mendekati Adara