Nenek mengumpulkan kami sekeluarga. Tante Mila dan juga Suaminya. Nenek mengatakan setelah empat puluh hari kematian kekek surat wasiatnya akan dibacakan.
Pengacara keluarga juga sudah hadir. Pembacaan surat Wasiat pun segera dilakukan. Dalam surat Wasiat Kakek, semua Aset kekayaan yang dimiliki kakek dibagi rata antara Ayah dan Tante Mila Kakak Ayah. Tidak ada yang protes karena bagi mereka surat Wasiat Kakek sudah cukup jelas dan adil.
Sebelum selesai masih ada satu poin lagi yaitu wasiat kakek untuk Ayah. Dalam Surat Wasiatnya Kakek berpesan bahwa jika Ayah yaitu anak laki lakinya mempunyai seorang putri maka harus dinikahkan dengan cucu sahabatnya yang pernah menolongnya saat mulai merintis usaha hingga menjadi sukses. Pengacara juga menyerahkan satu kotak merah kecil yang ternyata berisi cincin. Yang menurut Nenek itu adalah cincin yang diberikan sahabat Kakek jika suatu saat Kakek sudah memiliki cucu perempuan dari anak laki lakinya maka cincin itu harus diberikan padanya saat usia sang anak sudah delapan belas tahun. Kakek berharap dalam surat wasiatnya anak laki lakinya dapat menjalankannya dengan sebaik baiknya.
Semua memandang ke arahku, seakan-akan aku adalah terdakwa. Tapi aku tahu Ayah pasti akan menjalankan Wasiat Kakek, karena Ayah begitu mencintai dan sangat patuh pada orang tuanya. Sehingga ada satu cerita Almarhum Kakek yang aku ingat. Ayah menikahi Bunda karena Nenek yang menjodohkan dengan anak temannya, karena kesal dengan Ayah yang tak kunjung mencari Istri. Apakah sekarang cerita perjodohan ini akan terjadi padaku juga.
Aku mencari bantuan pada Bunda tapi sepertinya Bunda akan berpihak pada Ayah. Tante Mila juga pasti tidak bisa menolongku karena dia juga sama dengan Ayah. Abangku hanya tersenyum padaku seakan akan mengatakan semua akan baik baik saja. Semuanya hanya menepuk pundakku dan berlalu. Saat ini hanya tinggal Aku dan Nenek saja. Aku mulai menangis berharap setidaknya Nenek mau membatalkan Surat Wasiat Kakek.
Nenek mendekatiku. "Anak cantik ... Dena tahu enggak kenapa Kakek begitu mencintaimu ?" tanya Nenek sambil membelai rambut panjangku.
"Karena ketika Dena lahir Kakek bersyukur satu janjinya pada sahabatnya bisa dipenuhinya. Sahabatnya pernah menyelamatkan Kakek dari kematian. Selain pernah menolong Kakek dari Nol hingga Sukses dia jugalah yang menyumbangkan satu ginjalnya untuk Kakek ketika Kakek diantara hidup dan mati saat membutuhkan donor ginjal." Nenek menjelaskan dengan lembut sambil tetap membelai rambut Dena.
"Dena sayang ... bukan mereka menuntut balas budi, atau Kakek ingin menumbalkanmu. Bukan seperti itu, Kakek ingin kamu menikah dengan laki laki yang Bisa menjagamu dan mencintaimu seperti halnya Kakek yang begitu mencintaimu. Dan Almarhum Kakek yakin cucu dari Kakek Bayu sahabatnya Akan bisa menjagamu". Nenek menjelaskan panjang lebar dengan aku yang masih terus menangis tidak bisa berkata apa-apa lagi. Gadis tomboy yang biasanya tidak takut pada apapun,hari ini menangis seperti anak kecil kehilangan mainan.