Radit mengantar Helen sampai di bawah jembatan penyeberangan stasiun Buaran. Ketika Helen turun dari motornya, ia berpikir sejenak. Hatinya seperti berat untuk berpisah dengannya. “Apakah ini terakhir kali aku ketemu sama dia?”
Helen menundukkan kepala dan memejamkan matanya sejenak. Setelah ia menarik dan menghembuskan napasnya perlahan, kemudian ia berbalik untuk menuju anak tangga stasiun kereta. Tak lama itu pula, Radit yang dari tadi melihatnya seperti enggan untuk berpisah, segera memanggilnya kembali.
“Helen!”
Helen yang merasa terpanggil, menghentikan langkahnya, kemudian berbalik ke arahnya.
“Iya.” Matanya membola, karena terkejut dengan panggilan Radit.
“Katanya kamu mau makan, kebetulan aku juga laper, nih. Temenin aku, yuk!”
Ajakan Radit membuat Helena senang sekaligus merasa bimbang. “Oke deh, terakhir kali ini aja.”
Helen mengangguk, kemudian menghampirinya lagi. Radit menangkap kodenya dan membuka kunci motornya kembali. Setelah itu, Helen menaiki motornya.
“Oke. Mau makan apa?”
“Terserah.” Salah satu jurus andalan cewek-cewek, jika ditanya.
Radit akhirnya melajukan motornya sampai di depan warung mie ayam terlaris, yang berada di tengah-tengah pasar. Warungnya berada di dekat kantor pos yang sudah lama tidak terpakai. Warungnya sangat ramai. Hampir semua tempat duduk penuh terisi. Bahkan ada yang rela duduk lesehan di kantor pos.
“Apa kita makan di tempat lain aja? Mie ayamnya enak sih, menurut aku.” Radit yang masih duduk di atas motor menanyakan pendapatnya terlebih dahulu. Ia menoleh ke arah Helen yang masih terdiam sambil melihat warung mie ayam yang terasa sumpek, sesak, dan panas.
Helen terlihat berpikir dan menggigit bibir bawahnya. “Mungkin benar rasanya enak, makanya rame banget. Apa aku coba aja kali, ya? Kayanya menggiurkan.”
“Di sini aja, deh!”
“Beneran?”
“Iya.”
“Oke.”
Radit segera memarkirkan motornya di depan kantor pos. Mereka turun dan memesan mie ayam. Bersyukurnya lagi, ketika Radit sedang mencari kursi, mereka dipersilahkan duduk oleh orang lain yang baru saja menyelesaikan makannya. Tempat duduknya juga dekat dengan kipas angin.
Tak selang berapa lama, mie ayam dan es teh yang dipesan, sudah disajikan. Selain warungnya ramai, ternyata pelayanannya juga gercep.