Jodohku Bukan Ahli Surga

Suci Afiati
Chapter #10

Sebuah Candaan

Hari Sabtu adalah hari yang paling sibuk bagi Helen, karena pada hari itu dia harus bekerja lembur. Helen merasa sedikit kelelahan, karena harus menyelesaikan tugas tambahan di luar jam kerja normalnya. 

Menghitung keluar masuknya stok obat dan alat kesehatan, meneliti obat-obatan yang hampir kadaluarsa atau rusak, dan mengembalikannya ke pusat pengadaan obat di RS, serta membuat daftar permintaan obat yang akan Helen pesan setiap minggunya. 

Tadi malam Karin sempat mengirimkan pesan kepada Helen, kalau hari ini ia berencana untuk mengajak Helen menginap di kosnya yang ada di Jakarta Pusat, sekaligus ingin mengajaknya berjalan-jalan mencari penginapan murah atau Guest House di dekat kosnya. Namun Helen sudah memberitahunya, bahwa ia akan datang lebih malam, karena harus mengerjakan tugas laporan mingguannya.

Untung saja Helen sudah menyiapkan baju ganti dan beberapa pakaian dalam di tas ransel kerjanya yang berukuran sedang untuk menginap di kos Karin, sehingga ketika ia sudah selesai dalam mengerjakan lemburannya, tanpa berlama-lama ia langsung berangkat menuju stasiun Bogor.

“Asep!” panggilnya. Asep yang melewati ruang kerjanya pun sontak berhenti seketika dan menoleh.

“Kamu yang sekarang giliran mengirim laporan ke bagian pengadaan rumah sakit, kan?”

“Iya. Mbak, udah selesai ngerjainnya?”

“Udah, nih, laporannya!” Helen menyodorkan kertas laporannya ke office boy tersebut. “Makasih, ya! Aku pulang dulu!” Helen berlari keluar ruangannya dan meninggalkan Asep.

“Hati-hati, Mbak Cantik!” ucap Asep berteriak.

Helen segera mengeluarkan motor Hunda Repo-nya, yang tampak belum dicuci tersebut dari halaman parkiran motor klinik, lalu melajukan motornya dengan cepat.

Jam 5 sore, jalanan Bogor sudah macet total. Helen yang sedang menaiki motor bergigi tersebut sangat kewalahan, karena begitu ia terjebak macet, ia akan otomatis menurunkan gigi motornya menjadi dua, lalu setelah lancar kembali, ia akan menaikkan kembali gigi motornya menjadi gigi tiga, begitu seterusnya. 

Perjalanan yang biasanya singkat menjadi melelahkan bagi Helen, karena kemacetan dan polusi yang semakin parah di kota Bogor. Setelah berjuang dengan kemacetan, rasa lelah dan panas sepertinya benar-benar menguras energinya. Semoga ketika menaiki kereta nanti, ia bisa sedikit bersantai. 

Berkejaran dengan waktu dan penumpang lainnya, Helen akhirnya menemukan kursi penumpang yang kosong, yang berada di tengah-tengah penumpang lainnya, sehingga penumpang lain pun memberikan space untuk Helen, agar dapat diduduki.

“Alhamdulillah,” ucapnya dalam hati. Waktu maghrib pun telah tiba. Untung Helen sedang datang bulan waktu itu, jadi ia bisa sedikit lebih santai.

Tas ransel yang berisi pakaian tersebut, Helen pangku di atas kedua pahanya. Setelah itu, ia tak lupa mengirimkan kabar kepada Karin, kalau ia sudah on the way Jakarta Pusat. 

Helen : Aku sudah OTW, Rin.

Nanti aku naik ojol turun ke mana?

Karin : Ke kos Wisma Sakinah, di maps ada, kok.

Helen : Oke.

Karin : Sini, buruan! Aku nggak sabar ketemu kamu

Pengen curcol hahahaha …. (emot tertawa terpingkal-pingkal)

Lihat selengkapnya