“Clara, Hari ini kamu ada acara nggak?” Tanya Andre seraya berjalan disampingku menyusuri koridor sekolah.
"Nggak ada, Dre. Kenapa emang?” jawabku.
“Nanti malam aku mau ngajak kamu … nge-date,” kata Andre mengutarakan maksudnya.
Aku terdiam sejenak dengan senyum terkembang lebar dibibirku. Duh senangnya… akhirnya pacarku mengajakku kencan. Ini adalah kali pertamanya dia mengajakku berkencan sejak dua bulan kami pacaran.
"Gimana? Mau nggak?” Andre meminta jawabanku.
Dengan semangat, aku mengangguk. “Mau dong, Sayang,” jawabku tanpa pikir panjang.
Andre tersenyum senang mendengar jawabanku. “Siip... nanti kita ketemuan di Space Cafe. Aku jemput jam 7 malam ya.”
Andre akan menjemputku?! Gawat, bisa kacau kalau sampai Andre menjemputku dan muncul di hadapan orang tuaku. Selama ini mereka tidak pernah mengijikan aku pacaran. Kalau sampai mereka tahu aku punya pacar, pasti aku akan dimarahi dan dihukum.
“Emm… Dre, mending kita ketemu di Space Cafe langsung aja deh, Kamu tahu kan kalau mama-papaku ngelarang aku pacaran?” kataku minta pengertian.
"Oh, iya ya," Andre baru ingat. "Ya udah, kita langsung ketemu di Space Cafe ya."
“Oke, Sayang,” kataku setuju.
Pokoknya nanti malam aku harus bisa keluar, entah bagaimana caranya. Yang pasti sih aku harus berbohong pada mereka.
Aku sudah dua bulan menjalani hubungan sembunyi-sembunyi alias backstreet dengan kekasihku Andre. Kami resmi jadian tanggal 12 April sepulang sekolah. Sebenarnya aku menyukai Andre sejak kami MOS. Waktu itu kami bertemu sebagai sesama murid bernasib sial. Kami sama-sama sedang dihukum kakak kelas. Aku dihukum karena terlambat masuk kelas, sedangkan Andre dihukum karena melakukan suatu kesalahan. Sejak saat itu, semua berjalan sederhana. Kami berkenalan, berteman, dan akhirnya jadian.
Bagiku Andre laki-laki sempurna. Dia tampan, baik, dan cerdas. Tidak sedikit perempuan yang menaruh hati padanya. Dan aku adalah perempuan paling beruntung yang bisa mendapatkan cintanya.
***
“Emangnya kamu mau main kemana?” tanya Mama ketika aku minta izin.
“Aku mau jalan sama Rosa, Ma,” kataku berbohong. Dalam hati, aku terus berharap semoga Mama mengijinkanku keluar malam ini.
“Oh, ya udah, tapi pulangnya jangan kemalaman ya,” pesan Mama.
eesss..!!! pekikku dalam hati. Tak kusangka semudah ini minta izin pada Mama. Aku berusaha terlihat tenang dan biasa saja supaya tidak mencurigakan.
“Oke Ma,” sahutku senang.
***
Lima belas menit kemudian, aku telah sampai di Space Cafe, tempatku dan Andre berjanji untuk bertemu. Kuedarkan pandangan ke seluruh restoran mencari di mana pacarku berada, dan mendapatinya tak lama kemudian sudah duduk menungguku di meja nomor tujuh belas. Ia melambai ke arahku. Aku melangkah menghampirinya
Aku duduk di depan Andre. “Aku telat nggak?” tanyaku.
“Enggak kok, aku juga belum lama di sini,” jawab Andre.
Andre memanggil seorang pelayan yang kebetulan lewat, kemudian memesankan sesuatu untuk kami berdua.
"Kamu mau pesan apa, Sayang?" tanya Andre.
"Umm..." aku berpikir sambil melihat-lihat buku menu. "Fettuccine aglio olio deh."
Andre kembali beralih ke pelayan dan memesankan menu untuk kami berdua. "Fettuccine aglio olio, lasagna, sama dua es krim cokelat."
Pelayan itu mengangguk dan pergi. Dalam hati aku ingin protes pada Andre yang seenaknya saja memesan es krim cokelat tanpa bertanya dulu padaku. Aku tidak suka es krim cokelat. Kombinasi susu dan rasa cokelat yang manis membuatku agak pusing dan kadang ingin muntah. Dibanding es krim cokelat, aku paling suka es krim vanilla. Seingatku aku sudah pernah bilang padanya. Apa dia lupa?
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang membawakan pesanan kami. Suka tidak suka, makanan dan es krim cokelat sudah dipesan dan aku harus memakannya. Tidak enak juga kalau protes. Aku tidak mau merusak suasana indah kencan pertamaku dengan mengecewakan hati Andre. Lagipula ini hanya soal es krim cokelat, bukan masalah besar. Aku bisa mengingatkannya lain kali. Yang pentig sekarang, aku ingin menikmati kencan ini.
“Oh iya, aku punya sesuatu buat kamu,” kata Andre tiba-tiba.
“Apa?” aku bertanya penasaran.
“Tutup dulu mata kamu, dan jangan ngintip.”
Aku menuruti Andre, aku memejamkan kedua mata dan berusaha tidak mengintip walau aku penasaran dan ingin sekali mengintip. Kurasakan kedua tangan Andre menyibakkan rambut panjangku kesamping dan mengenakan sesuatu di leherku. Aku yakin ini pasti kalung, tapi aku tetap penasaran bagaimana bentuknya.
"Sekarang, kamu boleh buka mata kamu,” kata Andre kemudian.
Akhirnya sekarang aku bisa membuka mata untuk melihat bentuk kalung pemberian Andre yang membuatku penasaran. Rupanya sebuah kalung liontin yang bisa dibuka, rasa penasaranku belum tuntas.
"Aku boleh buka nggak liontinnya?"
"Boleh dong, Sayang," kata Andre lembut dengan senyum manisnya.