Jodohku di Tangan Orang Tuaku

Lolita Alvianti susintaningrum
Chapter #2

DUA

Tes kenaikan kelas telah usai. Seminggu kemudian, pembagian rapot pun tiba. Aku naik kelas 2 dengan rata-rata rapot 8,7. Orang tuaku bangga padaku. Sesuai perjanjian, jika aku berhasil mendapat nilai rata-rata di atas 8 mereka akan memberi hadiah apapun yang ku minta. Namun aku tak menginginkan hadiah. Aku hanya ingin mereka mengijinkan aku pacaran. Hadiah apapun tak ada artinya jika dibandingkan dengan itu.

"Nilai rapotmu kan bagus, kamu mau minta hadiah apa?” tanya Papa ketika kami sarapan.

Aku mengangakat bahu. “Belum tahu, Pa. bingung.” 

“Loh, kok bingung? Kamu kan tinggal nyebutin mau apa? Lebih dari satu juga boleh.”

“Kalau gitu, ijinin aku pacaran,” kataku mencoba. Walau aku tak yakin.

“Kalau yang satu itu tetap nggak boleh,” jawab Papa tegas.

Aku mendengus kesal. “Ya elah, Pa. Apa ruginya sih ijinin aku pacaran? Papa kan nggak perlu mengeluarkan uang. Aku janji deh nggak akan macam-macam,” bujukku.

“Ini bukan tentang uang. Papa tetap nggak akan ijinin kamu pacaran. Kamu tahu kan Papa ingin yang terbaik buat kamu?” kata Papa keukeuh.

“Iya, Pa. Aku tahu,” sahutku malas. Setelah itu aku tak lagi bicara dengan Papa karena terlanjur bad mood

***

“Aku pengen liburan sama Kakak di Semarang,” kataku setelah membuat keputusan.

“Liburan ke Semarang? Apa nggak ngerepotin?” kata Mama.

“Ngerepotin gimana sih, Ma? Kakak kan cuma tinggal sama suaminya. Dia pasti seneng kok kalau aku datang kesana.”

“Ya udah, kamu boleh liburan kesana,” sahut Papa.

Aku tersenyum puas.

“Tapi kamu berani nggak kesana sendiri? Mama sama Papa sibuk, nggak bisa antar kamu.”

“Berani laah.. cuma naik bus sekali doang terus naik taksi. Gampang kan?”

“Tapi kamu bilang dulu sama Kakakmu,” kata Mama.

"Aku udah bilang sama Kak Evelyn, dan dia oke-oke aja.”

Mama tertawa kecil. “Iya deh, mau berangkat kapan?”

“Besok ya.”

***

Sesuai rencana, keesokan harinya aku berangkat ke Semarang. Aku berangkat pukul empat sore naik bus malam. Papa membelikan aku tiket bus eksekutif dan mengantarku sampai terminal. Aku dapat kursi nomor tiga dari depan.Papa membantu meletakkan ranselku di bagasi atas dan berpesan pada supir bus untuk mengawasiku sepanjang perjalanan. 

“Hati-hati ya Clara. Ingat, jangan sampai ketinggalan bus kalau turun, jangan gampang percaya sama orang yang nggak di kenal, dan jangan jajan sembarangan. Kalau kamu lapar, Mama udah bawain bekal di tas kamu," pesan Papa panjang lebar sebelum bus berangkat.

“Iya, Papa,” jawabku.

Setelah semua penumpang sudah dipastikan lengkap, bus mulai bergerak meninggalkan terminal. Kulambaikan tangan pada Papa melalui jendela di dekat pintu bus. Setelah Papa tak terlihat lagi, aku kembali ke kursiku. Ketika aku hampir sampai, ponselku jatuh dari saku celana jeansku. Dengan hati-hati aku membungkuk mengambilnya.

Sebelum aku sempat berdiri lagi, bus mengerem mendadak dan membuatku terhuyung. Kupikir aku akan jatuh tersungkur. Namun ternyata tidak, saat seseorang mencekal kuat lenganku. Aku terkejut, berdebar, dan sedikit terengah. Mungkin karena aku hampir jatuh, atau karena orang yang mencekal tanganku adalah seorang laki-laki?

Dengan cepat, kusambar ponselku dan berdiri. Ternyata dia duduk di sebelahku.

“Makasih ya,” kataku padanya.

“Sama-sama,” sahut laki-laki itu.

Kupandangi lelaki yang duduk disampingku itu. Dia masih muda, hampir sebaya denganku. Tapi sepertinya lebih tua sedikit dari diriku. Kira-kira, dia berumur 18 tahun dan… kuakui dia tampan. Kulitnya putih—lebih putih dari kulitku—rambutmya hitam dan tebal, sepasang mata hitam indah yang dipayungi alis tebal dan melengkung sempurna, dan postur tubuh yang cukup atletis. Satu lagi pengakuan jujurku, dia lebih tampan daripada Andre.

“Kamu pergi sendirian?” tanyanya.

Aku segera menundukkan pandangan, menyembunyikan rasa malu karena kedapatan memperhatikannya. “Ya,” sahutku singkat.

“Berani banget kamu, udah biasa ya pulang-pergi Semarang-Jakarta?”

“Sebenarnya sih baru kali ini aku pergi dari Jakarta ke Semarang sendirian,” akuku pelan. Semoga aku mengaku pada orang yang benar.

Lihat selengkapnya