Jodohku Jauh di Seberang Sana

Dee GK
Chapter #2

Chapter 2 - Jauh dari Kata Bahagia

**1994**

"Kringgggg... Kringgg..." Suara telepon rumah Pak Matius yang berdering.

"Halo??" Pak Matius.

"Bisa tolong kabarin Bu Tiara kalau suaminya, Pak Damian, sudah wafat," suara dari seberang telepon yang mengabarkan kalau suami Bu Tiara sudah meninggal dunia saat bertugas di pulau Jawa. Pak Matius, satu-satunya tetangga Bu Tiara yang memiliki telepon rumah di kala itu, dengan sesegera mungkin berlari ke rumah Bu Tiara untuk mengabarkan berita itu. Langkahnya cepat dan terburu-buru, seperti ada dorongan kuat yang mendorongnya untuk segera sampai di sana. Setibanya di depan rumah Bu Tiara, ia mencoba menenangkan napasnya sejenak dan berusaha keras untuk tetap tenang meski hatinya terasa berat.

Ketika mengetuk pintu rumah Bu Tiara, Pak Matius merasakan getaran di tangannya. Pintu dibuka oleh salah satu anggota keluarga Bu Tiara, dan dengan nada bergetar, Pak Matius meminta izin untuk masuk. Setelah berada di dalam rumah, ia melihat Bu Tiara sedang duduk di ruang tamu, tampak tenang meskipun suasananya sepi. Dengan penuh hati-hati, Pak Matius mulai berbicara, mengungkapkan kabar duka tersebut dengan lembut. “Bu Tiara, saya minta maaf karena harus menyampaikan berita buruk ini, tetapi saya baru saja mendapat kabar bahwa suami Ibu telah meninggal dunia.”

Bola mata Bu Tiara membesar, dan rasa kaget dan kesedihan langsung tampak di wajahnya. Bu Tiara merasakan seolah-olah waktu berhenti sejenak. Di tengah-tengah rasa kaget yang menghujani dirinya, Bu Tiara mungkin merasakan ketidakpercayaan. Kesedihannya begitu mendalam sehingga rasanya sulit untuk memahami atau menerima kenyataan tersebut. Apalagi dia sedang dalam kondisi hamil muda. Baru saja 3 hari yang lalu Bu Tiara memberikan kabar baik itu kepada suaminya melalui telepon. Dan Pak Damian sangat senang sekali setelah bertahun-tahun mereka menunggu kelahiran anak kedua mereka. Tapi, kenapa sekarang hal ini malah terjadi?

Emosi Bu Tiara bisa berubah dengan cepat dari ketidakpercayaan menjadi rasa sakit yang tajam. Air mata mungkin mulai mengalir tanpa bisa dihentikan, dan setiap detik rasanya seperti perjuangan untuk menerima kenyataan. Dalam saat-saat seperti itu, rasa sakit emosional sering kali begitu menyakitkan sehingga hampir tidak bisa dipahami oleh orang lain. Setelah mendengar kabar duka yang menghancurkan hati, Tamara, adik Bu Tiara, segera memeluk Bu Tiara dan membiarkan kakaknya mengeluarkan semua tangisannya di bahunya.

***

"Ayo Nak kita naik pesawat ke Jawa, ke tempat papa," Ujar Bu Tiara kepada anak pertamanya, Marvel, yang masih berumur 9 tahun.

"Iya, Ma," Marvel bukan anak yang bodoh, dia berusaha menutupi kenyataan bahwa dia sebenarnya sudah tahu bahwa papanya sudah meninggal. Tapi, karena mama dan keluarga besarnya berusaha menutupi kebenaran itu dari Marvel, ia diam saja dan pura-pura tidak tahu. Dengan kepolosannya, dia belum pernah tahu rasa kehilangan orang yang dicintai itu seperti apa. Pun, dia hanya bertemu papanya sesekali dalam satu tahun.

Lihat selengkapnya