Karena lelah dengan perjalanan lima hari dengan kapal, Neyla menghabiskan hari pertamanya untuk beristirahat di kamar barunya. Keesokan harinya, Ney bangun dan mulai berpikir apa yang harus dikerjakannya hari itu. Dia merasa sedikit canggung dan belum sepenuhnya terbiasa dengan lingkungan barunya. Kemudian dia mulai merapikan barang-barangnya dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyesuaikan diri dengan tempat tinggal yang baru. Setelah semua barang tertata rapi, dia keluar rumah untuk mendapat udara segar.
Ketika sedang berdiri di halaman depan, dia melihat sekelompok pemuda-pemudi yang sedang melintas di jalan menuju gereja. Salah satu dari mereka, Eben, adalah seorang pemuda yang dikenal karena keramahan dan keterlibatannya dalam berbagai kegiatan gereja. Melihat Ney yang terlihat canggung sedang berdiri di halaman rumahnya, Eben menghampirinya dengan senyum lebar. “Hei, kamu pasti orang baru di sini, kan? Aku Eben, Eben Regalio. Kami melihat kamu sedang sendirian di luar, jadi kami pikir kami akan memperkenalkan diri," kata Eben sambil mengulurkan tangan ingin berkenalan.
Ney dengan senyum lebar menyambut tangan Eben. “Oh, hai! Aku Neyla Orchisia, panggil saja aku Ney. Aku baru pindah ke sini kemarin.”
"Hai, namaku Lily," ucap salah seorang gadis di antara mereka.
"Aku Sam, salam kenal ya," pemuda yang lain juga memperkenalkan dirinya.
"Hai, Lily. Hai, Sam," sambut Ney dengan sumringah.
"Aku Karin," kata seorang gadis lainnya.
"Hai, Karin," balas Ney menyapa Karin itu.
"Kami mau ke gereja untuk mempersiapkan makan malam bersama di sana. Apa kau mau ikut dengan kami? Kau bisa berkenalan dengan teman-teman lebih banyak lagi nanti, Ney," Eben mengajak Ney dengan suara yang lembut dan hangat.
"Boleh. Tapi, aku bersiap-siap dulu ya. Nanti aku akan menyusul kesana," ucap Ney dengan semangat. Eben, Lily, Sam dan Karin pun akhirnya meninggalkan Neyla dan pergi menuju gereja yang berada di pojok seberang rumah Neyla. Neyla segera masuk ke rumah untuk mandi dan berdandan. 'Ini hari pertamaku di lingkungan ini, aku harus tampil maksimal' otak Neyla mulai menyusun strategi untuk malam ini. Tak lama kemudian Neyla sudah berdandan rapi dan berjalan menuju gereja.
Saat Neyla memasuki pelataran gereja, ia disambut oleh udara segar yang membelai wajahnya. Pemandangan pelataran yang bersih dan tertata rapi memancarkan ketenangan, dengan beberapa bangku kayu yang diletakkan di bawah naungan pohon rindang. Suara riuh rendah dari pemuda-pemudi yang sudah berada di dalam gereja menyambutnya. Mereka sedang bercengkerama dengan penuh semangat, mempersiapkan diri untuk acara makan malam bersama itu.
Dengan rambut panjang yang terurai dan gaya busana yang sederhana namun elegan, Ney memasuki gereja dengan rasa gugup. Neyla melangkah memasuki ruang utama gereja dan suasana hangat langsung menyambutnya. Ruangan yang luas dan megah, dengan langit-langit tinggi dan jendela-jendela kaca patri yang memancarkan cahaya lembut, memberi kesan damai dan khidmat. Beberapa pemuda-pemudi yang sudah berada di sana segera mendekati Neyla dengan senyum lebar.
"Hai Ney, ayo gabung sini," Eben mengajak Neyla untuk mendekat. Neyla bergabung dengan mereka di sana sambil mengenal satu dengan yang lain. Dia mulai memperhatikan secara detail sosok Eben di hadapannya. Eben ternyata berusia 18 tahun, selisih 4 tahun di bawah Ney. Kulit Eben kulit sawo matang yang menonjolkan kehangatan dan daya tarik alami. Rambutnya ikal, berwarna hitam menambah kesan santai namun berkarakter. Alisnya tebal dan terdefinisi jelas, dan bola mata berwarna hitam memberi ekspresi yang kuat dan penuh perhatian. Senyum Eben adalah ciri khasnya—manis dan tulus, sering kali memancarkan keceriaan. Dengan penampilannya yang sederhana namun menarik, Eben memancarkan aura percaya diri dan ramah yang membuat Neyla tidak bisa mengalihkan pandangan darinya.
"Ney, kamu suka bernyanyi ndak? Kami ada latihan paduan suara akhir pekan ini. Kalau kamu mau, kamu bisa datang dan ikut bergabung dengan kami," kata Lily dengan antusias. Neyla yang sedang memperhatikan Eben langsung mengarahkan matanya ke Lily sambil berpikir.
"Suka sih... Tapi suaraku ga merdu. Hehehe," jawab Ney.
"Ndak masalah Ney, kita pokoknya seru-seruan aja latihan sama-sama," Sam menyahut pembicaraan mereka.