Neyla dan Eben sedang menikmati malam Sabtu di taman kota. Lampu-lampu taman berkilauan, dan suara tawa teman-teman mereka mengisi udara. Mereka duduk di bangku taman yang berbentuk hati, dikelilingi teman-teman mereka yang sibuk dengan makanan dan permainan. Eben meraih tangan Neyla, mencubit lembut jemarinya. "Kamu tahu, sepertinya aku semakin sering datang ke taman ini sejak kita mulai berkencan," ujarnya sambil tersenyum.
Neyla menatapnya dengan ekspresi penasaran. "Oh ya? Kenapa, kamu jadi penggemar taman sekarang?"
Eben mengangguk serius, meski senyumnya tak bisa tersembunyi. “Tentu saja. Taman ini jadi tempat yang spesial karena aku bisa bersama kamu, jadi aku harus sering-sering datang.”
Neyla tertawa. "Aww, itu manis sekali. Beliin aku es boba itu donk!"
"Baik, Tuan Putri," jawab Eben sambil menggoda Neyla. Neyla langsung tersenyum manja dengan hati yang berbunga-bunga.
***
Malam di taman kota semakin meriah. Tiba-tiba, seseorang mendekati kelompok mereka dengan langkah percaya diri. Pemuda itu mengenakan jaket kulit dan celana jeans, dan matanya berbinar-binar dengan semangat.
"Eh, Eben! Kalian di sini?” suara yang menggelegar itu ternyata milik seorang pemuda berperawakan tinggi dan berkulit coklat yang sosoknya baru Neyla ketahui. Pemuda dengan tatapan mata tajam yang ternyata bernama Rico.
Eben melirik ke arah Rico dan terkejut. "Rico! Wah, lama tak jumpa! Aku tidak tahu kalau kamu pulang."
Rico tersenyum lebar. "Iya nih, baru balik beberapa hari yang lalu."
"Hai, aku Rico, Rico Tinoa. Kamu Neyla, pacar Eben ya?" Sapanya pada Neyla.
Neyla menatap Rico dengan penasaran. "Halo, aku Neyla. Senang bertemu denganmu, Rico."
Rico menyalami Neyla dengan hangat. "Senang banget bisa akhirnya bertemu. Eben sering cerita tentang kamu."
Eben terlihat sedikit canggung, berusaha mengalihkan perhatian dari topik yang mungkin sedikit memalukan. "Rico, kamu datang terlambat. Kami baru saja selesai foto selfie yang gila-gilaan."