Jomblo Rivarly

Suci Asdhan
Chapter #5

Rasa Curiga

Baginya, dapur adalah tempat rahasia. Salah satu ruang di sudut rumah di mana bahan-bahan sederhana bisa diubah menjadi keajaiban rasa yang memanjakan lidah. Dan sekarang, di hati Kemal Virendra, mulai tersimpan rahasia baru yang mengusik, lebih rumit dari resep soufflé sekali pun. Mengapa Ameera Minadya Nur Arifah begitu dekat dengan Pak Arman Yudhistira? Pertanyaan itu berputar-putar di benaknya seperti adonan yang tak kunjung mengembang.

Insiden bekal yang pindah tangan ke Pak Arman masih terus menghantui Kemal. Sang Chef Cintaku merasa harga dirinya tergores, lebih parah dari pisau dapur yang tumpul. Bekal yang dibuat dengan sepenuh hati, berupa Macaron Cokelat Arabika plus chicken katsu berbentuk hati yang penuh makna, seharusnya menjadi panah asmara yang tepat sasaran, menembus hati Ameera. Bukan malah cosplay sebagai santapan guru misterius yang tak menunjukkan ekspresi sama sekali. Sejak kejadian itu, pandangan Kemal terhadap Pak Arman Yudhistira pun berubah. Dari guru yang aneh dengan hobi merajutnya, kini menjadi guru yang mencurigakan, seolah sedang menyimpan rahasia besar.

"Serius, Mal, aku, sih curiga Pak Arman itu bukan cuma sekadar guru pengganti," ujar Bagas, saat ketiganya sedang nongkrong di kantin sepulang sekolah, mengisi perut yang dangdutan dengan soto Bu Tini yang pedas. Asap mengepul dari mangkuk, aroma rempah memenuhi indera penciuman.

"Jangan-jangan dia itu agent rahasia, kayak di film-film. Terus, dia lagi nyamar buat membongkar sebuah kasus di sekolah kita. Makanya selalu pakai kacamata hitam, biar identitasnya nggak ketahuan, kan?"

"Kok, mirip drakor Undercover High School, sih, Gas?" timpal Kemal sembari memalingkan wajah ke arah sang atlet cinta, Luthfi Maulana, yang sedang mengelap keringat dengan handuk kecil, menunggu pendapat darinya.

Luthfi, yang masih sedikit canggung setelah insiden diajak yoga oleh Ameera kemarin sore, hanya bergumam, suaranya pelan. "Atau mungkin..., dia lagi nyelidikin kasus penyelundupan tahu bulat yang pakai formalin. Makanya sering muncul tiba-tiba di lorong, atau di gudang belakang kantin."

Kemal mengaduk soto dengan lesu, kuahnya berputar tak tentu arah. "Apa pun itu, yang jelas, dia nyerobot bekalku! Kalian tahu rasanya? Kayak rendang yang udah dimasak seharian, dibumbui dengan cinta, terus diembat tetangga sebelum sempat disajikan di meja makan!"

"Lebih parah lagi, Mal," timpal Bagas, menyendok soto dengan ekspresi dramatis. "Itu bekal kan ada chicken katsu berbentuk hati. Maknanya dalam banget itu, declarative of love. Dia makan simbol cintamu, Mal. Itu kan pelecehan simbolis! Sungguh tragis. Bentuk hatinya jadi nggak keruan, hancur di mulut Pak Arman!"

"Udah, kalian ini jadi pada paranoid, sih. Pikiran buruk bisa bikin kesehatan terganggu tahu, nanti asam lambung naik." Luthfi seperti biasa, mengingatkan tentang kesehatan fisik. Bibirnya sedikit berkedut menahan senyum. "Mungkin Pak Arman cuma lapar. Kalian juga sering celamitan, nyomot jajanan orang lain tanpa ditawari, 'kan? Jangan-jangan itu cuma karma."

Kemal mendengkus kesal, merasa tak sependapat. "Beda, Fi. Ini Ameera yang ngasih ke dia. Kan, kalian juga tahu, Ameera itu tipe cewek yang perhitungan. Nggak mungkin dia sembarangan kasih bekal ke orang yang bukan siapa-siapanya. Aku yakin, pasti ada sesuatu di antara mereka! Pasti!"

Kecurigaan Kemal makin menjadi-jadi dalam beberapa hari berikutnya. Ia sering melihat Ameera dan Pak Arman bertemu di berbagai tempat aneh. Di perpustakaan, mereka terlihat duduk di sudut tersembunyi, di antara rak-rak buku tebal. Terkadang Ameera menunjukkan sesuatu di ponselnya, lalu Pak Arman terlihat menulis di buku kecil hitamnya dengan gerakan cepat.

Pernah juga, Kemal melihat mereka di taman sekolah. Ameera memegang sebuah kertas yang terlihat seperti resep masakan, dan Pak Arman mengangguk-angguk sambil sesekali menunjuk ke arah daun singkong yang tumbuh liar.

Rasa curiga Kemal semakin menggunung dan tak tentu arah. Jangan-jangan.... Jangan-jangan Pak Arman mencoba menjadi saingan dirinya di dunia kuliner? Ide itu menggelitik perut Kemal, lebih pedas dari pada sambal chili oil soto Bu Tini. Nggak mungkin, 'kan? Masa iya Pak Arman juga naksir Ameera, terus Ameera punya perasaan yang sama juga. Ah, mustahil. Tapi, kalau impossible, kenapa Ameera sering mengajak Pak Arman untuk ikut mencicipi bekal pemberian Kemal? Apakah Pak Arman adalah semacam food critic dadakan?

Sejumlah kecurigaan terus saja berputar-putar dalam benak Kemal, membuat hatinya semakin merasa tak tenang. Ternyata begini rasanya menahan rasa cemburu, hati terasa panas membara seperti terbakar api.

"Oke, misi kita sekarang adalah memata-matai Pak Arman dan Ameera," kata Kemal pada Bagas dan Luthfi suatu siang. Nada bicaranya terdengar berapi-api.

Para Trio Brokoli Ijo saat ini sedang berkumpul di markas rahasia mereka, yaitu bangku belakang lapangan futsal yang sepi. Angin semilir berembus, menerbarkan aroma rerumputan.

"Mengawasi gerak-gerik mereka maksudnya?" Bagas mengangkat alis, matanya berbinar seperti menemukan ide puisi baru. "Kedengarannya seperti plot drakor thriller detektif, menegangkan!"

"Ini lebih dari thriller, Gas," ucap Kemal serius, raut wajahnya tegang. "Ini tentang mengembalikan harga diri seorang chef cinta! Ini adalah pertarungan!"

Luthfi menghela napas panjang, bola futsal di sampingnya tergeletak. "Baiklah, aku akan bertugas dalam pengintaian jarak jauh. Di antara kita bertiga, gerakanku, kan paling senyap. Aku bisa menyelinap tanpa ketahuan. Nah, kamu, Gas, bisa jadi gangguan buat mereka. Bikin drama apa gitu, lah, biar nggak ketahuan kalau kita lagi stalking."

"Oke, serahkan pada sang pujangga ini. Melakukan distraksi, itu adalah keahlianku!" Bagas menepuk-nepuk dadanya, merasa bangga punya julukan sebagai makhluk pengganggu paling dramatis. "Aku bisa pura-pura kesurupan jin cinta, atau baca puisi sambil guling-guling di lantai, bikin kegaduhan."

"Oke, deal!" Kemal berseru dengan wajah semringah serta mata yang berkaca-kaca. Ia tak menyangka, kedua rivalnya ini ternyata bisa diajak kerja sama dan kompak bersedia membantunya, demi tujuan yang sama, meskipun dengan agenda tersembunyi masing-masing. Terharu rasanya mendapati kenyataan, bahwa mereka bisa juga menjadi setia kawan di tengah persaingan yang semakin memanas.

Trio Brokoli Ijo bergantian melakukan high five sambil berseru fighting, lalu mengangkat kepalan tangan ke udara. Rapat dadakan itu pun bubar dengan sendirinya, tanpa disertai pidato penutupan.

Maka, operasi "Stalking Agent BIN kw versi lokal" pun resmi dijalankan. Pagi itu, mereka bertiga mulai melancarkan aksi. Kedua target utama yang menjadi sasaran kecurigaan Kemal, kini sedang berada di perpustakaan sekolah. Suasana perpustakaan pagi itu hening, hanya terdengar suara halaman buku dibolak-balik.

"Oke, Gas, saatnya beraksi," bisik Kemal pada Bagas yang sedang mengintip dari balik rak buku paling tinggi, tubuhnya sedikit gemetaran.

Lihat selengkapnya