Jomlo App

Shela Puzi Dina
Chapter #1

Bagian 1: Mimpi Buruk

"BAGAS!"

Suara melengking membuat perhatian para pengunjung kafe teralihkan. Gadis muda berambut panjang berdiri di depan pintu dengan napas ngos-ngosan. Tubuh cekingnya tampak gemetaran. Dia melangkah cepat ke meja nomor delapan.

Pemuda di meja nomor delapan tampak menelan ludah. Sementara itu, gadis berambut sebahu yang duduk di hadapannya mengerutkan kening. 

"Abang kenal?" tanyanya.

"Ah itu, enggak. Abang ...."

"Oh, jadi enggak kenal? Pacaran udah 10 taun, tapi dibilang enggak kenal. Lu pikir gua apaan, Gas?"

Gadis berambut sebahu tampak tersentak. Dia menatap nyalang kepada si pemuda yang dipanggil Bagas. Matanya berkaca-kaca.

"Jadi, aku cuman selingkuhan Abang?"

Si pemuda memeluknya erat.

"Enggak, Sayang. Abang sebenarnya sudah lama pengen putus sama dia, cuma dianya aja yang ngejar-ngejar terus ...."

Gadis berambut panjang refleks menampar si pemuda.

"Gitu, ya? Padahal, selama ini lu udah sok-sokan posesif. Gua ampe enggak bisa main sama temen gara-gara lu cemburuin mulu, terus ini balesan lu, hah?"

Gadis berambut panjang mengebrak meja. 

"Setahun ini lu berubah, ternyata ini alesannya!"

"Ini salah lu juga, Din."

"Apa? Salah gua? Coba tunjukkin di mana salah gua!"

"Lu, kan, udah gua bilang gemukin dikit. Gua enggak suka cewek kurus, mana susah beudh pacaran sama lu, mau nyium aja mesti berhadapan sama bokap lu yang setengah dukun itu."

"Eh, Borokokok! Semena-mena lu ngatain bokap gua. Awas lu, ya!"

Gadis muda berambut panjang tak lagi bisa menahan amarah, langsung mencakar-cakar wajah tampan si pemuda.

"Argggh!"

...

Suara alarm memekakkan telinga. Gadis muda membuka mata. Dia melongo saat melihat tangannya sedang mencakar-cakar guling. Setelah berpikir sesaat, gadis itu langsung mendecakkan lidah.

"Ck! Sial! Bisa-bisanya mimpi Si Borokokok! Najis! Najis! Najis!" 

Gadis muda itu bergidik sendiri. Dia memang baru saja terbangun dari mimpi buruk. Bukan benar-benar mimpi, tetapi ingatan masa lalu tentang mantan terberengsek.

Nama gadis itu Adinda Rembulan Cahyani, biasa dipanggil Dinda. Dia memiliki paras cantik dan menarik. Namun, tubuhnya sangat ceking. Saat perempuan lain bermasalah dengan kegemukan, Dinda malah sebaliknya.

Dulu, dia lumayan berisi. Namun, setelah bekerja entah kenapa berat badan semakin merosot padahal pola makan biasa-biasa saja. Si mantan awalnya hanya menyindir-nyindir, lama kelamaan malah berpaling. Bahkan, cowok-cowok yang diincar Dinda setelah putus pun mempermasalahkan hal yang sama.

Alarm berbunyi lagi. Dinda mendecakkan lidah. Waktunya tak banyak. Dia tergesa menuju kamar mandi. Kalau tak ingin terlambat, dia harus berangkat 1 jam lebih dulu dari jam masuk kerja.

***

Dinda mengelap keringat di kening, lalu menghempaskan pantat di kursi kerja. Dia meletakkan tas di meja sambil berkipas-kipas. Hati masih kesal karena memimpikan kenangan buruk, ditambah cuaca terik di sepanjang jalan yang macet membuat perasaannya benar-benar kacau.

"Ck! Ck! Bete, bete, bete!" gerutu Dinda sambil menyalakan komputer, lalu membuka salah satu data laporan pemesanan bulan lalu.

Farah, rekan kerja sekaligus sahabatnya di kantor langsung mengalihkan pandangan. Gadis muda berkacamata dengan rambut pendek itu segera mencolek lengan Dinda.

"Lu, kenapa, sih, Din? Muka, kok, kayak baju belum disetrika, kusut bener."

Dinda memasang wajah paling memelas sedunia. Laporan yang baru dibuka, ditinggalkan begitu saja.

"Gua mimpi buruk," keluhnya.

"Mimpi buruk?"

Dinda mengangguk.

"Udah baca doa, terus ngeludah ke kiri tiga kali," celetuk Farah polos, membuat Dinda mencubitnya dengan gemas.

Lihat selengkapnya