Suara tangisan menggema di kamar pasien yang di huni wanita ini bahkan sampai terdengar di sepanjang lorong rumah sakit. Maya tidak menyangka takdir pertemuan dengan Jordan berjalan secepat ini. Bahkan Maya baru saja sampai di negara ini, dan nasibnya sudah buruk seperti ini. Tangisan Maya sudah pecah di kesunyian dan kegelapan kamarnya. Tangisannya mengundang perhatian pasien lain dan perawat menghampirinya.
"Tidak apa apa, Nona, kata perawat disini kau sudah boleh pulang besok" Kata Nenek yang ada di sebelah ranjangku untuk menghiburku. Maya tersenyum lemas. Mungkin tidak ada kata yang bisa menghiburnya saat ini.
Sejak hari itu Maya terus terbayang apa yang sudah Jordan alami selama ini. Toh semua ini bukan murni kesalahannya. Sudah seminggu sejak pertemuannya dengan Jordan. Maya belum melihatnya lagi.
"Jordan! Cafe buka satu jam lebih awal, lo yang pegang kuncinya ya" Teriak seorang pria yang pernah dilihat Maya di rumah sakit. Itu pasti pria yang bernama Juna.
"Okey, mana sini kuncinya" Juna menyerahkan kuncinya pada Jordan.
"Hey wanita itu sepertinya gue pernah melihatnya" Mata Juna tidak sengaja melihat Maya yang berkeliaran di daerah Fakultasnya. Juna menarik Jordan yang saat itu ingin pergi saat mendengar keberadaan wanita ini.
"gue pengen ngomong sama lo bentar" Maya tidak punya keberanian yang cukup tinggi untuk sekadar menatap mata Jordan. Juna yang mendengar itu langsung berinisiatif untuk bergegas pergi meninggalkan mereka berdua.
"gue aja yang pergi" Jordan tidak pernah seketus ini saat bersama Juna. Atau saat Juna pertama kali bertemu Jordan. Maya sudah tahu akan jadi seperti ini. Bagaimana pun juga Maya harus menjelaskannya pada Jordan. Bukan untuk orang yang dicintainya, tapi untuk orang yang harus dia lindungi.
Ring
Ring
"Jordan ponsel lo bunyi"
"Yaa" Jordan tak menghiraukan deringan ponselnya. Dia terlalu sibuk mengurus pesanan sore ini.
Kling
Kling
"Selamat datang" senyum Jordan seketika luntur melihat pelanggan ini. Wanita ini selalu berkeliaran disekitarnya.
"Juna, gue ijin mau ketemu wanita ini dulu" Wajah Jordan masam dan membuat Juna bingung. Walaupun akhirnya Juna mengijinknnya.
Kecanggungan mereka berlangsung cukup lama. Es dalam Coffee Maya sudah mulai mencair.
"Kenapa" Jordan menahan emosi yang telah terkubur selama ini. Jordan berharap Juna akan cepat tanggap memanggil polisi saat dia kehilangan kendali. Maya masih ngga berani membuka percakapan bahkan tidak berani menatap Jordan.
"g.. gue ngga sepenuhnya salah tentang ka Mita, g.. gue ngga tahu alesan kak Mita ninggalin lo, dan" Maya sudah seperti kehilangan napas ya karena gugup. "ka Mita selam-".
Brakk
"JUNA! gue mau ngerokok diluar dulu" teriak Jordan. Untungnya café lagi sepi, karena ini masih pagi. Maya mendengar gebrakan meja café akhirnya dapat mengukur seberapa besar kebencian Jordan terhadapnya selama ini. Tapi Maya masih tidak mengerti jika Jordan sudah tahu bahwa kak Mita meninggalkannya, mengapa Jordan tidak meminta penjelasannya selama ini.
Line