“Apa benar ini adalah pernikahan politik?”
“Itu yang aku dengar, tapi Gongju masih sangat muda.”
“Aku pikir itu tidak masalah karena aku dengar Uibin[1]nya sangat tampan!”
“Siapa dia?” tanya Eun Hee yang tiba-tiba ikut dalam percakapan para dayang di dapur istana.
“Dia – “
Tidak di masa lalu maupun masa depan nantinya, ketika para wanita berkumpul yang terjadi tidak akan pernah jauh dari kata gosip. Para dayang istana yang sedang bertugas di dapur istana pun melakukan hal yang sama.
“Kenapa kalian tidak melanjutkan percakapan kalian?” tanya Eun Hee yang heran karena semua dayang malah memandang ke arahnya.
“Gongju, maafkan kami, kami pantas untuk mati.” Ucap dayang itu secara bersamaan. Eun Hee memutar matanya sambil menghela nafas, sepertinya ia mulai bosan seharian ini mendengar kata-kata itu. Padahal ia ke dapur istana karena ingin meminta tambahan kismis kering yang ternyata sangat lezat.
“Gongju… Gongju… Di mana kau Gongju?” suara dayang Jo yang memanggil Gongju terdengar sampai ke dalam dapur istana.
“Gongju, ternyata kau di sini.” Dayang Jo langsung terlihat lega begitu menemukan Eun Hee. “Gongju, hamba pikir Gongju lari dari istana karena tidak ingin menikah, Gongju benar-benar membuat hamba ketakutan.”
“Menikah?” Eun Hee mengerjapkan matanya tidak mengerti, “Jadi yang dibicarakan para dayang adalah pernikahanku?”
Dayang Jo hanya mengangguk,
"Jadi Gongju yang dimaksud adalah aku? Bukan Gongju lain?”
Kini dayang Jo menggelengkan kepalanya.
“Ada ribut-ribut apa di sini?” seseorang pria dengan pakaian khas kerajaan – sebuah jubah dengan warna merah memasuki dapur istana yang langsung disambut dengan hormat khas dari para dayang dan pelayan istana. Eun Hee yang melihat sekitarnya menunduk juga ikut menunduk memberi hormat.
“Apa yang kau lakukan di sini, Jeong So?”