Pagi-pagi sekali Eun Hee sudah bersiap, perjalanan dari Hanyang[1] menuju Tamra bukan perjalanan yang singkat. Eun Hee ingat bahwa ia pernah pergi ke jeju sekali untuk darmawisata sekolah. Dari rumah hingga sampai di sana memerlukan waktu kurang lebih 2 jam lamanya, itu pun ditempuh dengan jalur udara. Namun sekarang berbeda, tidak ada pesawat. Satu-satunya jalur yang bisa ditempuh adalah jalur darat.
“Yang Mulia Permaisuri memasuki ruangan!”
Eun Hee langsung memberi hormat begitu permaisuri masuk ke dalam.
“Anakku,” permaisuri menarik Eun Hee ke dalam pelukannya
“Eomma,[2]”
“Bersenang-senanglah di sana, jangan lupa untuk makan dan pakailah pakaian yang hangat.” Walaupun wanita yang memeluknya sekarang bukanlah ibunya, tapi Eun Hee tetap menetesnya air matanya. Gadis ini pasti sangat beruntung memiliki ibu yang begitu hangat dan penyayang.
Tandu sudah ada di depan kamar Eun Hee, ia masuk ke dalam tandu itu adalah seorang pelayan menutup pintu tandu. Begitu semuanya siap, tandu mulai diangkat dan mereka pun berangkat.
Kesedihan sesaat karena meninggalkan istana langsung terganti dengan perasaan senang karena bisa berlibur berdua dengan Jae Han. Di tengah perjalanan Eun Hee membuka sedikit jendela kecil yang ada pada tandu yang berbentuk kotak itu. Ia mengintip Jae Han yang berjalan di sampingnya di atas seekor kuda yang juga nampak gagah dengan penunggangnya.
Merasa diperhatikan pangeran Jae Han pun menoleh dan menangkap basah Eun Hee yang sedang memperhatikannya.
“Waeyo? Kau butuh sesuatu?”
“Ahh… Orabeoni… itu…” Eun Hee terlihat panik mencari sebuah alasan yang bagus, “Apa Orabeoni tidak kedinginan? Mengapa tidak naik tandu saja?”
Di belakang mereka memang ada satu tandu lagi yang memang dipersiapkan khusus untuk pangeran Jae Han.
“Kakakmu ini adalah seorang panglima perang yang hebat, udara dingin ini tidak akan mampu mengusikku. Lagipula jika Orabeoni berada di dalam tandu, siapa yang akan menjagamu bila terjadi sesuatu.”
Pangeran Jae Han memang sangat hebat dalam hal berperang, ia sangat pintar dalam membuat strategi perang dan juga kemampuan panah yang tidak perlu diragukan lagi.
Kau sangat beruntung mempunyai kakak seperti dia, Yi Jeong So ucap Eun Hee dalam hatinya yang ia tunjukkan kepada gadis yang sekarang tempatnya sedang ia ambil.
***
“Eoseo Oseyo, Gonju”[3] Salam dayang Han yang sudah ada begitu tandu Eun Hee sampai.
“Kau! Ouch…” Eun Hee berdiri tiba-tiba dan tidak menyadari bahwa ia masih berada di dalam tandu, kepalanya pun terbentur atap dari tandu itu.
“Mengapa kau ada di sini?” Tanya Eun Hee yang memegangi kepalanya yang sakit karena terbentur.
“Permaisuri memerintahkan saya untuk datang kemari dan menemani Gongju.”