Joseon Unmyeong

Tanya Fransisca
Chapter #9

Debaran yang Baru

Malam sudah menjemput tapi tanah lapang itu masih dipenuhi oleh orang-orang. Sebentar lagi memang waktunya untuk pelepasan lampion. Festival ini sudah dilakukan bertahun-tahun. Ratusan lampion yang digantungin kertas berisi harapan diterbangkan bersama-sama ke langit, dengan harapan semoga harapan yang mereka tulis dapat terkabul. Seakan mengirimkan harapan itu kepada Tuhan yang ada di atas sana.

Gongju, apa kau siap?”

“Tentu,”

Api di dalam lampion mulai dinyalakan, Eun Hee mengangkat lampionnya ke udara dan perlahan mulai melepaskannya terbang ke atas. Langit yang awalnya gelap mulai penuh dengan warna yang indah dari pendar cahaya lampion.

Yeppeo[1]” ucap Eun Hee kecil

“Tidakkah ini malam yang miris?” Eun Hee menoleh ke samping

“Kilau harapan bisa membutakan siapa saja, hingga mereka tidak sadar bahwa mereka sudah tersesat. Ketika pendar cahaya itu mulai padam barulah mereka sadar bahwa mereka sudah benar-benar tersesat di dalam kegelapan yang tak berujung.”

Entah sadar atau tidak secara tidak sadar, kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut pengawal itu. Eun Hee kembali dikejutkan dengan ucapannya yang seakan sedang menghakimi dirinya.

***

Hari ini nampak berbeda dari biasanya, Eun Hee dibangunkan lebih awal oleh para dayang, memakai riasan yang lebih sederhana – hanya sedikit polesan bedak agar wajahnya tidak terlihat pucat. Namun hari ini ia tidak memakai pakaiannya yang seperti biasa.

Pakaian yang kini Eun Hee pakai lebih bisa mirip dengan pakaian lelaki pada zaman Joseon. Jeogori yang Eun Hee pakai tidak hanya sampai bawah dada melainkan panjang hingga jauh di bawah lutut. Eun Hee juga memakai baji dan sepatu kulit yang menutupi seluruh kakinya hingga mata kaki.

“Apa aku akan berperang?” Tanya Eun Hee begitu melihat pantulan dirinya dari dalam cermin besar yang ia beli dari pasar kemarin.

“Ini bahkan lebih baik daripada sebuah perang Gongju.” Ucap dayang Jo senang, “Mari, Gongju, aku akan memasangkan ikat kepalanya.” Lanjut dayang Jo lagi.

Dengan dominasi warna biru Eun Hee benar-benar terlihat berbeda, ia tidak nampak seperti seorang Gongju lagi tapi sekarang ia lebih mirip sebagai seorang wanita yang sedang menyamar menjadi seorang pria. Tapi dari semua itu Eun Hee sangat menyukai gaya rambutnya yang hanya diikat satu di atas kepalanya, benar-benar membuatnya terlihat lebih berani dan gagah.

Jika di depan pavilion milik keluarga kerajaan terdapat pantai yang begitu indah maka di belakang pavilion ini ada sebuah lapangan kosong yang hanya ditumbuhi oleh rumput liar dan ilang yang tinggi.

“Aku akan berkuda!” Eun Hee berteriak senang begitu mengetahui apa yang akan dilakukannya hari ini dan akhirnya dia tahu alasan ia mengenakan pakaian yang berbeda dari biasanya, tapi yang paling membuatnya senang adalah Orabeoni yang sengaja menyiapkan semua ini dan itu berarti Orabeoni akan menghabiskan satu hari ini dengannya.

Sudah ada beberapa kuda yang terikat di sebuah pagar yang terlihat memang sengaja dipasang untuk mengikat kuda-kuda tersebut agar tidak lari. Jae Han mengajak Eun Hee untuk melihat kuda yang sudah dipersiapkan untuknya.

Seekor kuda putih dengan rambut berwarna cokelat berkilau bila tertempa sinar matahari. Eun Hee sempat terpukau sejenak dengan kuda yang ada di hadapannya. Apalagi dengan warna rambut kuda tersebut yang mengingatkannya akan rambutnya yang dulu juga berwarna cokelat.

Kuda ini memang paling mencolok dan terlihat berbeda dari kuda yang lainnya, kontras warna dari tubuhnya dan wambutnya yang sangat berbeda membuat kuda ini nampak special dan karena itulah Jae Han sengaja menyiapkan kuda ini khusus untuk Eun Hee – adiknya yang paling ia sayangi.

“Ini kudaku?” Eun Hee mendekat dan hendak membelai rambut kuda itu tapi pangeran Jae Han langsung menahannya.

“Kau tidak bisa sembarangan menyentuh kuda, terlebih lagi jika kau belum mengenalnya.” Jelas Jae Han.

“Yoon Do” terlihat pangeran Jae Han memanggil salah satu pengawalnya dan datanglah seorang yang nampak familiar di mata Eun Hee.

“Kau!” Eun Hee akhirnya ingat, pemuda yang datang mendekat setelah dipanggil oleh pangeran Jae Han adalah pemuda yang sama dengan yang kemarin melayangkan pedang kepadanya dan yang membuat keributan dengannya di tengah pasar dan tentunya yang mempunyai wajah yang sama persis dengan Dae Young.

Penampilan pengawal itu masih nampak sama dengan kemarin, masih menggunakan baju biasa dengan sebuah pedang yang ia pegang di sampingnya.

“Tolong ajari Gongju berkuda.”

Eun Hee langsung melihat ke arah kakaknya dan baru saja ingin memprotes tapi Jae Han sudah bicara lagi,

“Kita akan bertemu saat makan siang, bersenang senanglah hari ini,”

“Bukan Orabeoni yang mengajariku?” protes Eun Hee

Mianhae, Orabeoni juga sudah berjanji pada orang lain untuk mengajarinya berkuda. Kau tidak perlu khawatir, Yoon Do adalah seorang yang hebat, ia akan mengajarimu dengan baik dan lagipula dia adalah orang kepercayaan kakak. Kau tahu bukan, Orabeoni tidak akan membiarkan sembarangan orang untuk mengajarimu.” Jae Han pun segera berlalu dan meninggalkan Eun Hee yang sebenarnya masih tidak terima dengan apa yang dilakukannya.

Orang kepercayaanmu! Orang yang Orabeoni percaya ini sudah berani melayangkan pedangnya kepadaku! Bagaimana orabeoni mempercayakan dia untuk mengajariku!

Lihat selengkapnya