Journey in Alternative World (1)

Binnar Kurnia Ramadhan
Chapter #4

Penglihatan Tim

 Zirah prajurit Abad Pertengahan, serdadu perang, gemericing pedang yang saling bergesekan, anak panah yang melesat ke targetnya, dan lemparan bola api yang dilempar dari kedua kubu. Dan suara prajurit berteriak kesakitan ketika diserang oleh pedang ataupun terkena panah. Lalu, secara tiba-tiba, muncul monster yang sangat banyak yang bentuknya samadengan monster yang ada di sekolah. Mereka menyerang para prajurit yang saling berperang. Para prajurit berusaha membalas serangan, tapi serangan mereka sama sekali tidak berpengaruh bagi monster itu. Akhirnya, setelah memakan banyak korban jiwa, kedua belah pihak memutuskan untuk melarikan diri dari medan pertempuran. Monster-monster yang melihat para prajurit melarikan diri, langsung mengaum bersama-sama, sehingga suaranya terdengar sampai satu benua, yaitu Benua Eropa.

 

Keesokan kemudian, para monster itu mulai menyerang masyarakat biasa, bahkan raja-raja sekalipun. Para pengawal dan prajurit yang terlibat tidak bisa menyakiti satupun dari mereka, sehingga mereka tewasdimakan oleh monster itu. Tidak hanya Benua Eropa, monster-monster itu juga menyerang benua lainnya. Suara kesakitan, suara teriakan, suara anak-anak yang menangis menyaksikan orang tuanya menjadi santapan monster itu, dan suara orang-orang yang meminta tolong. Akhirnya para prajurit dari seluruh dunia mulai menganggap bahwa ancaman monster itu tidak hanya untuk satu benua saja, melainkan dunia.

 

Akhirnya, para prajurit Abad Pertengahan di seluruh Eropa mengajak prajurit, penyihir, orang biasa, bahkan raja yang masih tersisa di setiap benua untuk bermusyawarah di semacam gedung perkumpulan di Eropa. Gedung itu terbuat dari batu dan tidak ada atap. Merekabermusyawarah di meja berbentuk lingkaran yang sangat besar untuk memikirkan strategi mereka untuk mengalahkan monster itu. Perbedaan pemikiran, bahasa, politik, mereka kesampingkan untuk memusnahkan monster-monster itu sebelum dunia mereka diambil alih oleh para monster itu. Setelah bermusyawarah, mereka mengangkat senjata yang mereka punya ke atas, sebagai tanda mereka bersedia bekerjasama sampai nyawa meninggalkan badan.

 

Lihat selengkapnya