Tim dan kawan-kawan menaiki mobil sedan berwarna silver. Tim berada di samping bapak itu, sedangkan Mike, Dubert, dan Hilman berada di kursi belakang. Para warga yang berada di tempat kejadian saling bekerja sama membereskan bekas pertarungan dengan bantuan polisi. Untung saja, para warga memberikan jalan bagi mobil milik bapak itu tanpa mengomel. Setelah melewati area ruko Menteng dan berada di perempatan, bapak itu membelokkan mobilnya ke arah kanan.
Keadaannya sunyi selama perjalanan. Agar keadaan menjadi ramai sedikit, Tim berkata kepada bapak itu, “Sebenarnya, bapak ini siapa?”. Jawaban bapak itu benar-benar mengagetkan Tim dan kawan-kawan, karena bapak itu menjawab, “Panggil saja saya Pak Tim”. Tim seperti akan pingsan. Karena ternyata bapak yang ada di sampingnya adalah versi dirinya yang sudah dewasa. Itulah kenapa bapak itu mengendarai mobil sedan silver yang mirip mobil kepunyaan orang tuanya. Entah karena Tim dewasa itu ingin memelihara harta milik orang tuanya atau malas membeli mobil baru. Kemudian, dengan malu-malu, Tim bertanya, “Pekerjaan Pak Tim ini apa?”. Dia merasa agak aneh menyebutkan nama sendiri. Pak Tim menjawab, “Ilmuwan. Saya pernah meneliti tentang alien biru yang tadi kamu lawan, jadi saya mungkin bisa memberi tau apa yang saya ketahui”, jawabnya dengan santai. Perawakannya benar-benar seperti dirinya ketika menjawab pertanyaan dari teman-temannya, meskipun tampangnya lebih tampan daripada dirinya.
Untung saja, Hilman mengalihkan percakapan, “Sebenarnya, kita mau ke mana, pak?”, tanya Hilman sambil melirik ke arah Tim. Hilman tahu kalau bapak itu adalah versi lain Tim, jadi dia mencoba agar Tim tidak terlalu tegang. Pak Tim menjawab, “Ke Lapangan Sutet. Tapi, bukan untuk olahraga, yah. Di sana, kalian bisa melihat pemandangan aneh nan menakjubkan”, jawabnya dengan misterius. Tim dan kawan-kawan penasaran apa yang dimaksud dengan Pak Tim itu.