Journey in Alternative World (1)

Binnar Kurnia Ramadhan
Chapter #19

Kisah Di baliknya

Beberapa lama kemudian, Tim dan kawan-kawan mendengar panggilan dari Pak Tim. Pak Tim sedang bersenderan di salah satu ring basket. Suasana Lapangan Sutet saat itu sepi, tidak ada satupun orang yang berolahraga disana. Jadi, Pak Tim bisa bercerita dengan leluasa tanpa takut ada yang mendengar.


Pak Tim membuka ceritanya, “20 tahun yang lalu, yaitu tahun 2000.”. Dengan cepat, Tim menyela, “Tunggu, berarti ini tahun 2021?”, tanyanya dengan kaget. Pak Tim memandang ke Tim seperti melihat orang gila yang pikun, lalu berkata, “Iya, nak. Saya mendengar ceritanya dari ayah saya”, katanya. Lalu, dia melanjutkan, “Salah satu organisasi antariksa dari Indonesia menemukan benda terbang tak dikenal, yang biasanya kita sebut UFO. Apa kalian tahu danau yang pas pagi-pagi itu pada jogging ama pas minggu pada jualan? Nah, di sekitar situ UFO-nya mendarat. Keesokan harinya, kami, para ilmuwan Indonesia bersama organisasi antariksa Indonesia meneliti di sekitar danau itu, dimana UFO-nya berada. Sayangnya, kami tidak menemukan apa-apa, tapi kami menemukan beberapa rumput yang kelihatannya landai. Ternyata, emang benar kalau ada UFO yang mendarat disitu. Dan anehnya, kami menemukan mayat pemuda yang keliatannya gosong. Padahal, di sekitar situ tidak ada tiang listrik yang jatuh. Kemungkinan, salah satu alien itu menyerang pemuda itu”, ceritanya dengan serius.

 

Lalu, Pak Tim melanjutkan, “Kami menemukan sebuah rumah mewah dan besar yang letaknya agak jauh dari danau itu. Yah, bisa dibilang rumah itu agak terpencil. Setelah kami memasuki rumah itu, penghuni rumah itu terlihat biasa saja. Mereka tampaknya sedang sarapan di ruang makan. Akhirnya, kami menunggu mereka di luar rumah. Setelah selesai, mereka mengundang kami untuk masuk ke dalam rumah. Aku mencoba menjelaskan kalau di sekitar danau itu ditemukan sesosok mayat, jadi aku bersama rekan-rekanku akan menginterogasi mereka, karena hanya mereka yang jaraknya tidak jauh dari danau. Mungkin hanya membutuhkan sekitar 5-8 menit sudah sampai di tepi danau”.

 

“Awalnya, mereka terlihat menjawab segala pertanyaan dengan memuaskan. Setelah kami pamit izin meninggalkan rumah, kami menemukan mayat-mayat anjing peliharaan yang ditemukan di samping rumah”, kata Pak Tim dengan serius. Dia lalu mengambil HP-nya yang ada di saku baju, lalu memperlihatkan foto yang sangat mengerikan. Foto itu memperlihatkan anjing-anjing yang bertumpuk-tumpuk, ada yang berbulu cokelat dan hitam. Ada banyak darah berwarna merah yang berlumuran di sekitar tubuh anjing-anjing itu. Bahkan, beberapa diantaranya ada yang terpisah kepalanya dengan tubuhnya. Mike bergidik, meskipun dia sendiri bukan penyuka anjing. “Tapi, gak ada yang aneh, kan dari foto itu?”, kata Dubert dengan suara bergetar. Pak Tim menjawab, “Coba kalian liat kesini”, sambil menge-zoom fotonya di sekitar punggung bangkai anjing berwarna hitam. Meskipun samar-samar, mereka bisa melihat setetes darah berwarna hijau. Tim ingat, itu adalah darah alien biru yang dia kalahkan tadi.

 

Pak Tim melanjutkan ceritanya, “Bangkai-bangkai anjing ini kami temukan di samping rumahnya. Setelah kami menemukan setetes darah hijau ini, kami langsung mendatangi rumah itu lagi. Kami bertanya apakah mereka tahu sesuatu dengan bangkai-bangkai anjing yang ada di samping rumah. Setelah itu, tingkah mereka langsung berubah total. Yang tadinya mereka terlihat bersahabat dan ceria, kali ini terlihat agresif dan kejam. Mereka sempat memberikan perlawanan, lalu salah seorang dari kami menahan gerakan mereka. Salah seorang dari mereka berhasil kabur keluar rumah lewat pintu dapur. Akhirnya, kami mengerahkan beberapa petugas polisi untuk mencari orang yang kabur itu. Sedangkan kami menginterogasi orang-orang yang berhasil kami tangkap tadi. Kami membawa mereka ke pangkalan pusat antariksa Indonesia di Jakarta Pusat”.

 

Lihat selengkapnya