Beberapa lama kemudian, Tim dan kawan-kawan mendengar suara Pak Tim berteriak, “MAU APA KALIAN?”. Dengan segera, Tim menjauh dari Mike, lalu berlari ke tempat Pak Tim berada, bersama dengan Mike, Dubert, dan Hilman. Mereka melihat UFO yang melayang di atas jalan raya, tidak jauh dari lokasi mereka. UFO itu berbentuk seperti elips, berwarna perak dan bersinar karena terkena sinar matahari. Di bagian atas UFO terdapat kaca berwarna ungu. Dengan beberapa motif warna-warna lain yang melingkari UFO itu, dari warna merah, biru, dan kuning.
Tidak lama kemudian, kaca ungu itu terbuka, lalu memperlihatkan para alien biru yang terlihat sedang mengoperasikan UFO itu. Alien yang paling depan dengan kaca itu, berkata melalui mikrophone yang ada di depannya, “Rupanya disitu kau rupanya, buronan kecil”, katanya. Para kontraktor yang sedang bekerja di belakang jalan mencari tempat aman untuk bersembunyi. Pak Tim menjawab, “Apa maksudmu pemburu kecil?”, tanyanya dengan heran. Alien biru itu menanggapi, “Apa kamu bodoh? Ziyam telah kaubunuh. Salah satu kawan kami yang melihat kejadian itu mengirimkan kepadaku pelakunya. Dan ternyata, kami menemukanmu disini”. Setelah tahu maksud alien biru itu, Tim berjalan, sehingga Pak Tim berada di belakang Tim. Pak Tim itu bertanya dengan heran dan kebingungan, “Nak, apa yang kau lakukan?”. Tapi, Tim tidak menghiraukannya. “Apa aku yang kalian inginkan?”, tanyanya dengan nada seperti menantang lawan. Alien itu menjawab, “Disana kau rupanya, dan kau cukup berani untuk mati, yah buronan kecil”, katanya dengan mengejek. Sambil mengambil Pedang Eltraksta, Tim berkata, “Kalianlah yang salah, alien jelek. Kalian datang kesini berniat untuk mengubah Bumi menjadi tempat tinggal kalian. Kalian berniat menghancurkan para penduduknya agar kalian hisa tinggal dengan leluasa? KENAPA KALIAN TIDAK TINGGAL BERDAMPINGAN DENGAN KAMI SAJA?!”, tanyanya dengan marah. Hilman berbisik-bisik dengan Mike, “Ada apa dengan Tim? Tidak seperti biasanya”. Apesnya, Pak Tim mendengar bisikan Hilman, lalu bertanya, “Tim? Nama dia Tim?”. Hilman langsung terdiam kaku. Dia lupa kalau dia telah membocorkan identitas Timyang sebenarnya. Akhirnya, Hilman mencoba menjelaskan dengan singkat kalau Tim yang Pak Tim lihat adalah Tim dari dunia lain, jadi mungkin berbeda tingkah lakunya dengan Pak Tim masa lalu. Pak Tim hanya bisa melongo saja. Meskipun berbeda dunia, tapi Pak Tim memperhatikan kalau tingkah laku Tim sangat mirip dengan dirinya saat remaja.
Alien biru itu tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, “Makhluk Bumi emang bodoh. Kami tidak akan mau hidup berdampingan dengan ras yang lemah seperti kalian. Kalau kau ingin memulai pertarungan, maka kami akan menyiapkannya untukmu”. Lalu, alien biru itu terlihat berbincang-bincang dengan kawan-kawannya. Tim tidak bisa mendengarkan percakapan mereka, tapi Tim sudah bersiap siaga.
Tiba-tiba, bagian bawah UFO itu terbuka, lalu muncul meriam berukuran kecil dan hitam. Lalu, meriam itu menembak ke arah Tim. Sempat terlena, Tim langsung menghindar. Pak Tim dan kawan-kawan Tim kaget dengan tembakan itu. Tim berkata dengan marah, “Kalian tidak berhak untuk tinggal di Bumi yang indah ini!”, lalu mengayunkan Pedang Eltrakstanya sehingga keluar bayangan api yang besar. Sayangnya, UFO itu memiliki dinding pelindung yang transparan, sehingga serangan Tim terpantul ke arah jalan yang sedang dibangun. “Kau pikir serangan itu dapat menghancurkan pesawat kami? Kamu emang tidak punya akal!”, lalu UFO itu menembakkan meriamnya ke arah Tim. Meskipun mengenai aspal dekat Tim, tapi Tim terpental karena ledakannya yang besar.
Kebetulan, terpentalnya Tim dekat dengan Pak Tim dan kawan-kawan Tim yang daritadi berdiri di samping mobil. Pak Tim mengambil sesuatu dari dalam mobilnya, lalu dia menyerahkannya ke Tim yang sedang bangkit. Ternyata, itu adalah sarung tangan. “Untuk apa, pak?”, tanya Tim dengan heran. “Untuk berjaga-jaga saja. Ini dari istri saya. Dan Tim, berhati-hatilah”, sambil memegang pundak Tim. Mendengar kata kalau sarung tangan itu dari istri Pak Tim, Tim merasa jantungnya berdebar-debar. Tapi, mau tidak mau, Tim memakai sarung tangan itu. Pak Tim dan kawan-kawan Tim menjauh dari lokasi pertarungan.
“Udah siap untuk mati, yah?”, kata alien biru dengan tertawa terbahak-bahak, dengan maksud mengejek. Tim diam saja, dia menyiapkan kuda-kudanya sambil memikirkan cara untuk mengalahkan UFO itu. Tidak lama kemudian, dia menemukan caranya. Seolah-olah tidak memberikan peluang bagi Tim untuk menyerang, meriam UFO itu sudah menembak ke arah Tim. Tim dapat menghindari tembakan itu, tapi ketika UFO itu menembak untuk kedua kalinya, Tim terkena tembakan itu lagi. Dia merasa kakinya sakit lagi. Dan setelah melihat kedua kakinya, ternyata perban dan plester yang ditempel sudah lepas. Untungnya, perban dan plesternya terlepas tidak jauh dari Tim. Jadi, Tim mengambil perban itu, lalu mengikat di kakinya yang sedang berdarah. Entah kenapa, Mike merasa Tim akan kalah karena kondisi tubuhnya yang belum pulih sepenuhnya. Tapi, dia berharap hal itu tidak akan terjadi.
Baru saja berdiri dengan bantuan Pedang Eltraksta, Tim sudah ditembak oleh UFO alien itu. “TIM!” teriak Mike, khawatir dan takut jika Tim tewas. Tembakan itu tepat mengenai Tim, sehingga para alien itu tertawa-tawa, merasa sudah menang. Tapi ternyata, Tim belum kalah dan tewas. Tidak lama kemudian, alien biru, Pak Tim, kawan-kawan Tim, dan para kontraktor yang sedari tadi menonton pertarungan itu, melihat Tim yang dilindungi oleh semacam medan pelindung. Sorak-menyorak terdengar sangat kencang, meskipun Tim belum menang. “KURANG AJAR! BUNUH DIA SEKARANG!”, teriak salah satu alien itu. Meriam itu menembak ke arah Tim, tapi tembakan itu terpantul ke berbagai arah, salah satunya mengenai Lapangan Sutet.
Dengan santai, Tim berjalan mendekati UFO itu, yang tidak mau menyerah menembakkan meriamnya. Setelah jaraknya dengan UFO sudah cukup dekat, Tim menusuk Pedang Eltraksta ke dalam tanah. Dengan segera, muncul jarum es yang sangat besar. Jarum itu menusuk ke bagian bawah UFO sekaligus menghancurkan meriam itu dan medan pelindungnya. “APA YANG TERJADI? KENAPA TIDAK BISA BERGERAK?!”, tanyanya dengan kesal dan marah kepada rekannya. “Jarum es itu, pak. Membuat pesawat kita tidak bisa bergerak. Meriam kita sudah hancur, begitu pula medan pelindungnya”, jawab salah satu operator. “APA?!”, tanggap alien biru yang paling depan dengan muka kesal.