Journey in Alternative World (1)

Binnar Kurnia Ramadhan
Chapter #22

Tamu-Tamu Tidak Diundang

Outing Class akan dilaksanakan 2 hari setelahnya, yaitu hari Senin, 30 Agustus. Segala persiapan sudah anak-anak siapkan yaitu alat tulis, obat-obatan bila diperlukan, topi, jaket, serta cemilan. Tak lupa juga, mereka juga membawa HP agar tidak bosan selama perjalanan. Ayah Tim meminta Tim untuk membawa Pedang Eltraksta ke dalam tasnya. Awalnya, Tim menolak permintaan ayahnya karena situasinya sejauh ini terlihat aman-aman saja, akhirnya dengan tidak enak hati, Tim meletakkan Pedang Eltraksta ke dalam tasnya. Teman-teman Tim sempat mencemoohnya, tapi Tim diam saja.

 

Akhirnya, pada pukul 07.30, rombongan murid dan guru dari SMA Jaya memulai perjalanan mereka ke Monas. Mereka berangkat menggunakan 3 bus. Bus 1 untuk murid kelas 10, bus 2 untuk murid kelas 11, dan bus 3 untuk murid kelas 12. Karena Tim dan kawan-kawannya adalah murid kelas 10, mereka menaiki bus 1, dengan pendamping Pak Arman. Pak Arman mempunyai kumis tipis, dengan tompel di dahinya. Kulitnya kuning kecoklatan, dan rambut berwarna hitam tebal. Tinggi tubuhnya hampir setara dengan Tim. Keunikan dari Pak Arman adalah selalu mengeluarkan suara seperti orang batuk dan pilek, padahal tubuhnya sehat-sehat saja. Tim duduk di paling ujung, dengan Mike di sampingnya, lalu ada Dubert. Selama perjalanan, kegiatan anak-anak kebanyakan bermain game, entah itu Mobile Legends, PUBG, dan game-game lainnya. Sedangkan, Tim hanya menonton Youtube saja, karena dia merasa bosan bermain game. Perjalanan berlangsung cukup lancar, kecuali di Jalan Alternatif Cibubur yang cukup padat. Tapi, 20 menit kemudian, perjalanan menjadi lancar kembali.

 

Beberapa lama kemudian, mereka melalui jalan tol. Disana, lalu lintasnya sangat lancar, bahkan pak supir bus terlihat seperti adu kecepatan dengan kendaraan lainnya. Tim menengok keluar jendela untuk melihat pemandangan alam yang indah. Pekarangan hijau dengan sangat luas, serta suara mobil-mobil yang melaju dengan kencang di tengah terik matahari. Tim baru menyadari kalau Mike sudah tertidur. Tim menjahilinya dengan memotret mukanya. Setelah Mike terbangun, Tim menunjukkan foto hasil potretannya. “Woi, hapus fotonya”, kata Mike. “Gak usah. Entar gua kirim ke grup angkatan”, canda Tim dengan tertawa. Akhirnya, Mike mengambil paksa HP Tim, sedangkan Tim berusaha menahan Mike. Tim tertawa terbahak-bahak ketika Mike berhasil mengambil HP-nya lalu menghapus foto tidurnya. Dengan cepat, Mike langsung memotret Tim yang sedang tertawa terbahak-bahak. Foto itu sangat lucu, memperlihatkan Tim yang membuka mulutnya dengan sangat lebar. “Woi, apus!”, perintah Tim dengan masih tertawa. “Impas, lah”, kata Mike. Tak terima, mereka saling berebutan HP lagi. Dubert yang berada di samping mereka berdua berkata, “Rame amat, dah”, ucapnya sambil melihat pertengkaran kecil Tim dan Mike.

 

Pak Arman memutuskan untuk beristirahat di rest area ketika sudah melakukan perjalanan selama 1 jam 30 menit. Selama beristirahat di rest area, para murid ada yang kencing, lalu ada yang membeli makanan dan minuman ringan. Akhirnya, 10 menit kemudian, mereka melanjutkan perjalanan.

 

Mereka sudah sampai di gerbang tol ketika jam digital di bus menunjukkan pukul 09.05. Setelah itu, mereka sudah berada di Jakarta. Berbeda ketika di jalan tol,di Jakarta, langitnya mendung. Banyak kendaraan yang berlalu-lalang, sebagai bukti Jakarta sebagai tempat berkumpulnya para pekerja dalam mencari nafkah untuk keluarganya. Tim melihat-lihat ke luar jendela, melihat gedung-gedung yang berjejer serta orang-orang yang sedang berjalan di trotoar, ada yang berbincang dan ada yang sibuk dengan HP-nya. Sudah lama Tim tidak pernah berkunjung ke Jakarta lagi.

 

Beberapa lama kemudian, ketika bus mereka berhenti di lampu lalu lintas, Tim bingung ketika di luar bus banyak orang berlarian panik dan ketakutan. Tim memberitahukan Mike dan Dubert tentang keanehan itu, lalu mereka ikut melihat keluar jendela. Tidak hanya mereka saja, tampaknya anak-anak yang lain beserta para guru juga ikut melihat keluar jendela. Tiba-tiba saja, mereka kaget ketika ada sesuatu yang menabrak jendela depan bus dengan keras. Ternyata, itu adalah monster burung gagak. Monster burung gagak itu mengulurkan ekornya ke pak supir bus itu, lalu menusuknya. Dengan seketika, para murid itu berteriak ketakutan. Para murid yang berada di bagian depan bus langsung berlari ke belakang dengan ketakutan. Dengan segera, Tim mengambil Pedang Eltraksta yang ada di dalam tasnya. Dia bersyukur karena ayahnya menyuruh dia membawanya.

 

Lihat selengkapnya