Mereka melanjutkan perjalanan menuju Hotel Harmoni. Hilman masih bertugas menunjukkan jalan, sedangkan Tim bertugas menjaga gerombolan SMA Jaya dari serangan. Perjalanan mereka lancar-lancar saja, sebelum mereka dikagetkan dengan kemunculan beruang cokelat yang keluar dari dalam tanah. Beruang itu mempunyai sirip berwarna biru hitam, seperti siripnya ikan hiu. Beruang itu mengaum keras, sambil menghancurkan mobil-mobil yang ada di sekitarnya. Polisi dan SWAT menembak beruang itu bersama-sama, bahkan ada yang menggunakan rocket launcher. Beruang itu mengaum kesakitan. Merasa kesal, beruang itu mengangkat sebuah taxi biru yang ada di sampingnya, lalu dia melemparkan taxi itu ke arah penyerangnya. Meskipun ada 2 orang yang masih hidup, mereka sudah dicakar habis oleh beruang itu.
Gerombolan itu berhenti berjalan untuk menonton beruang itu yang sedang mengganas. Tim sudah bersiap siaga, berjaga-jaga jika nanti beruang itu hendak menyerang gerombolan. Tapi untunglah, beruang itu masuk lagi dalam tanah, memperlihatkan siripnya yang melaju kencang. Sayangnya, jalan mereka telah terblokir oleh mobil yang terbalik karena beruang tadi. Akhirnya, Hilman berkata, “Belok kesini aja. Hotel Harmoni berada di belokan kanan depan sana, kita tinggal melewati jalan ini, kita sudah dekat dengan Hotel Harmoni”, sambil menunjuk ke arah jalan sempit yang ada di antara dua gedung. Tanpa berpikir dua kali, Tim dan yang lain mematuhi arahan Hilman. Mereka terpaksa berdempet-dempetan karena jalannya yang sempit dan panas.
Tidak lama kemudian, mereka sudah keluar dari jalan yang sempit itu. Hilman benar, mereka sudah di depan Hotel Harmoni. Hotel itu memiliki bentuk yang unik, yaitu di tengah sampai atas hotel membuat terdapat pola berbentuk persegi yang terbuat dari kaca. Lalu dari tengah ke bawah gedung berwarna hitam dengan sedikit campuran warna krem. Pintu hotel itu dijaga oleh 2 anggota SWAT yang menginstruksikan para warga untuk masuk secepat mungkin. Dari luar, Tim dan yang lain bisa melihat ruang makan yang mewah, tapi menjadi berantakan karena kursi dan mejanya yang berjatuhan dan lantainya kotor. Baru saja mereka sampai di depan hotel, mereka dikagetkan dengan kemunculan gajah berkaki dua yang merusak gedung samping hotel.
Dengan cepat, Tim menyuruh teman-temannya untuk bergegas memasuki hotel. Dengan bantuan anggota SWAT, gerombolan itu dapat masuk dengan selamat. Beberapa lama kemudian, Mike bertanya di tengah-tengah gerombolan, “Tim, apa yang kau lakukan? Cepat masuk!”, katanya ketika Tim berjaga di samping pintu bersama anggota SWAT. “Aku disini saja, Mike. Kamu masuk aja ke dalam”, suruhnya kepada sahabatnya. Mike ingin menemani Tim, tapi arus gerombolan itu sangat deras sehingga mau tak mau Mike masuk ke dalam hotel itu karena terbawa arus. Ketika gerombolan itu semakin lama semakin sedikit, Tim merasa tangannya dipegang dengan erat oleh seseorang. Ternyata dia adalah Rani. Tim melihat ekspresiRani yang terlihat cemas dan khawatir. Dengan suara lembut bercampur takut, Rani berkata, “Berhati-hatilah, Tim”, pintanya. Tim memegang tangan Rani yang memegang lengannya, lalu berkata, “Aku akan berhati-hati. Aku berjanji”, katanya dengan senyum tipis. Kemudian, Rani diingatkan oleh kawannya untuk segera masuk. Tim masih melihat pandangan mata khawatir Rani, sebelum ia sudah tertutup oleh gerombolan guru.
Setelah seluruh gerombolan sudah masuk, Tim berkata kepada anggota SWAT, “Tutup pintunya, pak!”. Anggota SWAT mematuhi perintah Tim. Mereka menutup pintu hotel dengan rapat. Setelah itu, Tim berjalan ke tengah-tengah jalan raya. Salah satu anggota SWAT bertanya, “Nak, apa yang kamu lakukan?”. Tim tidak menjawab, melainkan menyuruh anggota SWAT untuk menjaga ketat pintu hotel itu.